Pilu, Orangtua Jalan Kaki 10 KM, Antar Anak Berobat, Balita 4,5 Tahun Meninggal dalam Gendongan

Kami pun berangkat saat itu anak saya muntah-muntah terus, belum lama kami mulai berjalan mungkin sekitar 5 menit lebih anak saya meninggal dalam ...

Dok Polsek Pendopo
Personel Polsek Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, saat membantu mengantarkan balita Meilani yang meninggal dalam gendongan ayahnya, Martadinata. Kisah pilu orangtua yang berjalan kaki 10 km dalam gelap antar anak berobat, namun balita 4,5 tahun itu meninggal dalam gendongan ayahnya. 

Mereka tetap berangkat dengan menggunakan penerangan seadanya melintasi perkebunan kopi dengan kontur naik turun di tengah malam yang gelap gulita.

Baca juga: Kalender 2023, Daftar Tanggal Merah Juli 2023, Lengkap Libur Nasional dan Hari Besar Internasional

Baca juga: Benarkah Higgs Domino Dihapus dari Play Store? Ternyata Bukan Dihapus, Ini yang Terjadi

Baca juga: Spek HP OPPO A17: Helio G35, RAM 4GB+4GB, Kamera 50MP, Cek harga HP OPPO di Juli 2023

Tak ada sedikitpun rasa takut yang mengurungkan niat Martadinata dan istrinya malam itu, walau beresiko bertemu hewan buas mereka menguatkan hati dan pikiran untuk segera membawa anak nomor duanya itu ke desa dan segera menuju rumah sakit terdekat.

"Kami pun berangkat saat itu anak saya muntah-muntah terus, belum lama kami mulai berjalan mungkin sekitar 5 menit lebih anak saya meninggal dalam gendongan saya," ujarnya.

Personel Polsek Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, saat membantu mengantarkan balita Meilani yang meninggal dalam gendongan ayahnya, Martadinata. Kisah pilu orangtua yang berjalan kaki 10 km dalam gelap antar anak berobat, namun balita 4,5 tahun itu meninggal dalam gendongan ayahnya.
Personel Polsek Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, saat membantu mengantarkan balita Meilani yang meninggal dalam gendongan ayahnya, Martadinata. Kisah pilu orangtua yang berjalan kaki 10 km dalam gelap antar anak berobat, namun balita 4,5 tahun itu meninggal dalam gendongan ayahnya. (Dok Polsek Pendopo)

Saat Maradinata menyadari jika Meilani telah meninggal dalam gendongannya, ia terus menguatkan hatinya untuk membawa anaknya ke desa dengan terus berjalan kaki bersama istrinya menempuh jarak 10 km jauhnya.

"Setelah sampai di jalan besar atau desa terdekat Desa Gunung Meraksa Lama di itulah saya bertemu polisi yang sedang patroli.

Di sana saya ceritakan kepada mereka lalu saya minta diantar pulang ke Desa Landur," katanya.

Ia bercerita jika pagi harinya sebelum berangkat ke talang anak mereka sehat.

Anak keduanya mulai mengeluhkan sakit perut pada malam harinya.

"Anak saya sehat-sehat saja hari itu neneknya juga sempat mengantar ke talang.

Anak saya mulai keluhkan sakit perut pada malam harinya," ujarnya.

Adapun Meilani telah dimakamkan di hari yang sama saat ia meninggal yakni Mingggu 2 Juli 2023 di pemakaman umum Desa Landur.

Baca juga: Miris, Orangtua di Tangerang Simpan Jasad Bayi di Kulkas Sampai Beku, Tak Ada Uang untuk Mengubur?

Baca juga: Spek HP Oppo Reno7 Z 5G, Smartphone Jaringan 5G Paling Terjangkau, Cek Harga HP OPPO Juli 2023

Baca juga: 135 Contoh Soal dan Kunci Jawaban Tes Bahasa Inggris BUMN, Lengkap Link PDF Kumpulan Soal RBB 2023

Ditemukan polisi dalam gelapnya malam

Bantuan kepada Marthadinata dan istrinya datang saat keduanya ditemukan anggota kepolisian dalam gelapnya malam.

Petugas dari Polsek Pendopo melihat keduanya berjalan tergesa-gesa pada Minggu (2/7/2023) sekitar pukul 01.40 WIB.

Kapolsek Pendopo, AKP Dwi Sapri Adi menyebut, balita tersebut sudah meninggal dunia saat polisi datang menghampiri.

"Saat kami evakuasi posisi balita itu sudah meninggal," katanya dikutip dari Kompas.com.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved