Berita Bangka Selatan

Penyakit Kaki Gajah Tidak Bisa Diobati, Namun Bisa Dicegah dengan Minum Obat

Penyakit kaki gajah ini tidak bisa diobati kalau sudah kronis. Namun bisa dicegah dengan meminum obat

Penulis: Cepi Marlianto |
(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)
Sejumlah petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan saat mengambil sampel darah warga di beberapa wilayah, Rabu (22/11/2023) kemarin. 

POSBELITUNG.CO, BANGKA – Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Kabupaten Bangka Selatan, Slamet Wahidin mengatakan, masyarakat harus mencegah filariasis.

Lantaran, penyakit tersebut tidak dapat diobati, melainkan hanya bisa dicegah dengan cara rutin meminum obat.

Baca juga: Dinkes Basel Ambil 1.037 Sampel Darah, Masih Ditemukan Positif Kaki Gajah

Oleh sebab itu pentingnya meminum obat kaki gajah yang telah diberikan oleh petugas puskesmas.

“Penyakit kaki gajah ini tidak bisa diobati kalau sudah kronis. Namun bisa dicegah dengan meminum obat yang telah diberikan kepada masyarakat,” ujar dia di Toboali, Kamis (23/11/2023).

Slamet Wahidin mengungkapkan, pihaknya telah mendistribusikan obat kepada masyarakat. Sekaligus melakukan kegiatan minum obat ini disebut Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis. Terutama setiap peringatan Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah atau Belkaga.

Masyarakat diminta untuk meminum obat satu kali dalam setahun, selama minimal lima tahun berturut-turut. Dengan meminum obat itu diklaim mampu memutuskan rantai penularan penyakit kaki gajah sepenuhnya. Pemberian Albendazole pada POPM Filariasis mempunyai manfaat ganda. Selain dapat mematikan atau memandulkan cacing filaria dewasa, juga dapat mematikan cacing perut seperti cacing gelang, cacing tambang, cacing cambuk dan cacing kremi.

“Dengan demikian, orang yang minum obat pencegah penyakit kaki gajah memperoleh dua manfaat sekaligus, yakni melindungi dirinya dari risiko terkena penyakit kaki gajah dan cacingan,” jelas Slamet.

Di sisi lain sambung dia, semua orang yang berusia antara du tahun sampai 70 tahun yang tinggal di daerah endemis, wajib minum obat pencegah penyakit kaki gajah tersebut sekali setahun. Namun faktanya saat ini masih banyak masyarakat yang enggan meminum obat tersebut. Padahal obat tersebut disediakan pemerintah secara gratis.

Alasan yang dilontarkan masyarakat pun beragam, dari mengaku dirinya sehat sehingga enggan meminum obat. Sampai beberapa efek samping yang khawatir ditimbulkan terhadap kesehatan mereka. Belum lagi adanya pemberitaan kasus kematian diakibatkan usai meminum obat antifilariarsis beberapa tahun silam.

“Obat yang diminum juga hanya dua tablet dalam setahun, tetapi masih banyak masyarakat yang enggan meminumnya. Padahal obat tersebut efektif mencegah penyakit kaki gajah,” ucapnya.

Walaupun begitu kata Slamet, ada beberapa cara yang harus dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran penyakit kaki gajah. Selain pencegahan lewat obat, masyarakat juga bisa menghindari terinfeksi cacing filaria dengan menghindari gigitan nyamuk. Yakni tidur menggunakan kelambu, menggunakan obat nyamuk atau krim, dan membasmi sarang nyamuk.

Selain minum obat ada cara lain untuk mencegah penularan penyakit kaki gajah yakni dengan cara pola hidup bersih. Di antaranya adalah tidak membiarkan lingkungan kita menjadi sarang nyamuk.

“Semua nyamuk itu bisa menularkan. Jadi sarang nyamuk harus sudah bersih,” pungkas Slamet. 

(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved