Perang di Palestina

40 Pejabat Militer Israel Diseret ke Pengadilan Internasional, Akan Diadili Sebagai Penjahat Perang

Ada 40 pejabat militer Israel akan diseret ke pengadilan internasional atas tuduhan penjahat perang, urutan pertama nama Menhan Israel, Yoav Gallant

Penulis: Hendra CC | Editor: Hendra
Fatima Shbair/Associated Press
Warga Palestina memeluk jenazah keluarga yang terbunuh serangan Israel di Deir Al-Balah, Gaza, Rabu (1/11/2023). 

POSBELITUNG.CO, - Kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel kepada rakyat Gaza di Palestina dipastikan tak akan lepas dari hukum internasional.

Mereka yang sampai saat ini telah membunuh lebih dari 20.000 warga sipil akan segera diseret ke pengadilan international sebagai penjahat perang.

Organisasi nirlaba Democracy for the Arab World Now (DAWN), yang didirikan oleh jurnalis Saudi Jamal Khashoggi, telah menyerahkan daftar nama-nama pejabat militer Israel untuk diadili di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Total nama-nama penjahat perang yang akan diadili di ICC nantinya sebanyak 40 orang pejabat tinggi militer Israel.

DAWN telah menyerahkan dokumen berisi nama-nama petugas dan komandan yang bertanggung jawab dalam perang di Gaza, Rabu (20/12/2023).

“40 komandan IDF yang bertanggung jawab merencanakan, memerintahkan, dan melaksanakan pemboman tanpa pandang bulu, penghancuran membabi buta, dan membunuh massal warga sipil di Gaza, harus menjadi tersangka utama dalam penyelidikan ICC,” kata direktur eksekutif DAWN Sarah Leah Whitson dalam sebuah pernyataan.

“Meskipun Israel telah melakukan yang terbaik untuk menyembunyikan identitas banyak petugasnya, mereka harus diberitahu bahwa mereka menghadapi tanggung jawab pidana individu atas kejahatan yang terjadi di Gaza.”

“Dengan sengaja merampas kebutuhan dasar warga sipil, termasuk memblokir atau bahkan menghalangi penyediaan pasokan bantuan kemanusiaan, itu adalah kejahatan perang berdasarkan Statuta Roma ICC,” kata DAWN.

“Dengan sengaja menargetkan fasilitas medis, ambulans, tempat ibadah, tempat kebudayaan, dan yang paling serius adalah pemboman tanpa pandang bulu terhadap wilayah sipil, itu merupakan kejahatan dalam Statuta Roma.”

Israel memang bukan penandatangan Statuta Roma yang membentuk ICC.

Tetapi yurisdiksi pengadilan tersebut mencakup Palestina, sehingga siapa pun yang melakukan kejahatan perang di sana dapat diadili.

Daftar nama yang diserahkan DAWN hanya mencakup perwira Israel dari pangkat letnan jenderal ke atas yang memimpin unit di atas pasukan setingkat batalion.

Menurut DAWN, daftar tersangka teratas adalah Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.

Pada tanggal 9 Oktober 2023, Gallant memerintahkan pengepungan total terhadap Kota Gaza, memutus pasokan air minum ke seluruh penduduk Jalur Gaza yang berjumlah lebih dari 2 juta orang, dan memblokir masuknya bantuan kemanusiaan.

“Kami memerangi manusia dan hewan dan kami akan mengambil tindakan yang sesuai,” kata Gallant, menjelaskan keputusan tersebut.

Sehari kemudian, Gallant mengatakan kepada pasukan Israel, "Gaza tidak akan pernah kembali seperti semula."

Nama lainnya dalam daftar yakni kepala COGAT (Koordinator Kegiatan Pemerintahan di Wilayah Militer Israel), Mayjen Ghassan Alian.

Mayjen Alian bertanggung jawab mengatur pengepungan Gaza, dan bertanggung jawab memutus pasokan air, makanan, dan bahan bakar pada hari-hari awal perang.

Pada tanggal 10 Oktober 2023, Alian mengatakan dalam pesan video berbahasa Arab kepada penduduk sipil Gaza bahwa Israel memberlakukan blokade total, di mana tidak ada listrik, tidak ada air, yang ada hanya kerusakan.

Ia menambahkan peringatan yang mengerikan, "Anda menginginkan neraka, Anda akan masuk neraka."

Daftar DAWN ini muncul ketika Afrika Selatan dilaporkan telah menyerahkan dokumentasi ke ICC dalam mengejar tuduhan kejahatan perang terhadap Israel.

Bangladesh, Bolivia, Komoro, dan Djibouti juga telah meminta pengadilan untuk menyelidiki Israel atas dugaan kejahatan perang di Gaza.

Pihak-pihak non-pemerintah termasuk kelompok advokasi Reporters Without Borders (RSF) dan jaringan berita Al Jazeera yang berbasis di Qatar juga telah meminta ICC menyelidiki pembunuhan jurnalis oleh Israel.

Karim Khan, kepala jaksa ICC, mendapat kecaman dari para pembela Palestina.

Karim Khan dianggap tidak menunjukkan minat untuk menyelidiki kebijakan dan praktik Israel di Gaza dan sekitarnya.

Setelah mengunjungi Gaza pada akhir Oktober, Khan menyebut penyelidikan ICC terhadap Palestina sedang berlangsung sejak tahun 2014.

Ia menyoroti sebuah portal online di mana siapa pun dapat mengirimkan informasi tentang dugaan kejahatan perang.

Sementara itu, Komite Boikot, Divestasi, dan Sanksi Palestina (BDS) bulan lalu menuduh Khan sebagai “pendukung genosida” karena kegagalannya mengadili penjahat perang Israel.

Bunuh Warga Sendiri

Serangan militer Israel tak hanya menewaskan warga sipil di Jalur Gaza, tetapi juga menewaskan warganya sendiri yang ditawan oleh Hamas.

Sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Brigade Al-Qassam, mengunggah video pendek di Telegram yang memperlihatkan tiga sandera Israel yang disebut terbunuh lagi oleh tentara Israel di Jalur Gaza.

Video pendek itu memperlihatkan gambar tiga sandera Israel; Elijah Toledano (28), Nick Beers (19), dan Ron Sherman (19).

Jenazah mereka ditemukan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dari Jalur Gaza pada Jumat (15/12/2023) lalu, tidak dijelaskan kapan mereka meninggal.

“Meskipun kami sangat ingin menyelamatkan nyawa mereka, (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu masih bersikeras untuk membunuh mereka,” kata Abu Ubaida juru bicara Hamas pada Kamis (21/12/2023), mengacu pada tahanan lainnya yang ditahan di Jalur Gaza.

"Ketiganya dibunuh oleh senjata tentara Anda (Israel),” tambahnya, tanpa menyebutkan secara spesifik tempat atau bagaimana mereka terbunuh.

Brigade Al-Qassam sebelumnya menerbitkan video sandera Israel yang ditahan oleh mereka, menuntut pemerintah Netanyahu bekerja keras untuk membebaskan mereka.

3 Sandera Lainnya Terbunuh di Shujaiya

Pada hari yang sama dengan ditemukannya tiga jenazah sandera Israel di Gaza, tiga sandera Israel lainnya; Yotam Haim (28); Samer Talalqa (22); Alon Shamrez (26), terbunuh oleh tembakan Israel di Shujaiya.

Ketiga sandera yang terbunuh di Shujaiya itu telah melepas pakaian dan mengibarkan bendera putih, tanda mereka tidak bersenjata.

Mereka juga berteriak minta tolong dengan bahasa Ibrani setelah sempat menulis kalimat SOS di dinding tempat mereka keluar.

Salah satu pejabat Israel mengatakan, salah satu tentara Israel merasa terancam ketika ketiga sandera muncul.

Ketika para sandera berada puluhan meter jauhnya, tentara Israel itu berkata "Mereka teroris,” lalu melepaskan tembakan.

Dua orang sandera tewas seketika, sementara sandera ketiga yang terluka kembali ke gedung tempat mereka muncul.

Israel mengakui tentaranya membunuh tiga sandera Israel di Shujaiya, yang merupakan pelanggaran terhadap aturan keterlibatan, dikutip dari Al Jazeera.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti/Tiara Shelavie)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved