Biodata

Biodata Irjen Pol Suharyono, Kapolda yang Disentil DPR Usai Cari Orang Penyebar Video Kematian Afif

Setelah kasus ini terbongkar, Suharyono justru hendak mencari orang yang memviralkan kematian Afif.

Editor: Alza
Istimewa
Kapolda Sumatera Barat Irjen Pol Suharyono 

POSBELITUNG.CO - Biodata Kapolda Sumatera Barat Irjen Pol Suharyono.

Suharyono semakin terkenal setelah pernyataannya soal kematian Afif Maulana (13).

Afif merupakan korban tewas diduga disiksa sejumlah oknum polisi Kota Padang.

Setelah kasus ini terbongkar, Suharyono justru hendak mencari orang yang memviralkan kematian Afif.

Namun, pernyataannya itu malah disentil anggota DPR Ahmad Sahroni.

Suharyono mengungkap, narasi dalam unggahan video merupakan tuduhan yang berpotensi merusak citra institusi polisi.

Pihaknya merasa menjadi korban trial by the press atau pengadilan oleh pers terkait berita viral kematian Afif.

"Dia (orang yang memviralkan) harus (memberi) testimoni, ’Apakah kamu benar melihat (kejadian).

Kamu kok ngomong begitu? Kamu, kan, sudah trial by the press, menyampaikan ke pers sebelum fakta yang sebenarnya cukup bukti atau tidak.

Atau kamu hanya asumsi dan ngarang-ngarang’,” kata Suharyono.

Siapa sosok Irjen Suharyono, yang menjabat sebagai Kapolda Sumbar sejak 14 Oktober 2022?

Dia menggantikan Irjen Teddy Minahasa yang sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka peredaran narkoba.

Teddy dalam perkara tersebut divonis penjara seumur hidup.

Irjen Suharyono lahir pada 2 Desember 1966 di Temanggung, Jawa Tengah.

Suharyono adalah lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) dan merupakan salah satu taruna beprestasi.

Dia meraih penghargaan Adhi Makayasa atau lulusan terbaik angkatan 1992.

Suharyono dikenal berpengalaman dalam bidang intelijen.

Dirinya pernah menjadi Kapolres Banjarmasin tahun 2012.

Lalu menjadi Direktur Intelijen Keamanan Polda Kepri, Analis Kebijakan Madya Bidang Politik Baintelkam Polri.

Pada tahun 2017, ia naik pangkat dari Komisaris Besar menjadi Perwira Tinggi Baintelkam Polri.

Pernah juga penugasan di Badan Intelijen Negara (BIN) pada 2017.

Hingga akhirnya pada 2022 ia menjabat sebagai Kapolda Sumbar.

Dilansir dari Kompas.com, Koalisi Masyarakat Sipil Anti Penyiksaan juga mendesak Kapolri Jenderal Listyo Sigit untuk mencopot Kapolda Sumbar.

Mereka menilai jika Kapolda Sumbar menghalang-halangi penegakan hukum dan melindungi pelaku anggota polisi yang diduga menyiksa Afif hingga tewas.

"Mendesak Kapolri untuk segera mencopot Irjen Suharyono dari jabatan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Barat," kata Direktur LBH Padang Indira Suryani, dalam keterangan pers, Selasa (2/7/2024) dikutip dari Kompas.com.

Sebelumnya, Afif ditemukan meninggal di Sungai Kuranji, dekat jembatan Jalan Bypass, Padang, Sumatera Barat, Minggu (9/6/2024) pukul 11.55 WIB.

Saat ditemukan, jenazah Afif mengapung di sungai dengan luka lebam pada bagian punggung dan perutnya.

Dugaan kematian Afif akibat dianiaya polisi mencuat setelah keterangan 18 pemuda yang ditangkap anggota Sabhara yang berpatroli yang juga merupakan teman Afif.

Namun, Polda Sumbar membantah hal tersebut karena menyebut tidak ada saksi yang melihat penganiayaan itu.

Kritisi Kapolda 

Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni geram, karena Kapolda Sumatera Barat (Sumbar) Irjen Suharyono malah sibuk mencari orang yang memviralkan informasi tentang kematian Afif Maulana.

Politikus Partai NasDem tersebut menilai, sebaiknya pihak Polda Sumbar fokus dalam mendalami serta mengusut kasus tersebut.

"Sebaiknya Polda Sumbar tidak perlu mempermasalahkan siapa yang memviralkan.

Yang terpenting kasusnya diusut tuntas, transparan, dan terang benderang.

Lagian kalau sudah ketemu pelakunya mau diapakan?" kata Sahroni kepada wartawan Selasa (2/7/2024).

Diketahui sebelumnya, Polda Sumatera Barat tengah mencari pihak yang memviralkan informasi dugaan penyiksaan Afif Maulana, anak 13 tahun di Kota Padang hingga tewas oleh polisi.

Kapolda Sumbar Irjen Suharyono, pada (23/6/2024) lalu, menyebut pihaknya merasa menjadi korban trial by the press atau pengadilan oleh pers.

Justru Sahroni menyebut keadilan di negara ini masih banyak bergantung dari laporan masyarakat.

Satu diantaranya dengan cara viral di media sosial. Menurutnya, ketika polisi sering bereaksi cepat, hal tersebutlah yang membuat masyarakat percaya kepada Polri.

“Justru kepercayaan masyarakat itu meningkat seiring Polri kerap bereaksi cepat terhadap laporan-laporan masyarakat, khususnya yang telah viral," ucapnya.

"Seharusnya polisi malah terbantu kalau ada laporan yang seperti ini, tinggal fokus usut tuntas lalu sampaikan lagi hasilnya ke masyarakat, beres.

Jangan malah diburu yang melaporkan atau memviralkan, kan bukan di situ poin utamanya.

Ada yang memviralkan itu tanda masyarakat masih percaya sama polisi. Karena tau polisi bakal usut,” imbuh Sahroni.

Sahroni menambahkan, dirinya tidak ingin reaksi keras Kapolda Sumbar membuat masyarakat takut melapor ke kepolisian.

“Jangan sampai gara-gara ini, masyarakat jadi takut melapor, takut menyuarakan keadilan, karena khawatir dicari aparat.

Parah kalau sampai ada rasa takut seperti itu di masyarakat,” tandas Sahroni.

Sebelumnya, meski banyak dikritik soal pencarian siapa sosok yang viralkan kasus kematian Afif Maulana, siswa SMP di Kota Padang, Polda Sumatera Barat (Sumbar) tetap akan memburu siapa yang viralkan kasus tersebut.

(kompas.com/tribunnews.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved