Biodata

Biodata Prof Hamatar Rasyid, Ketua MUI Babel, Awalnya Sedih Lulus SD Dikirim Orang Tua ke Pesantren

Termasuk Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Provinsi Bangka Belitung periode 2011-2015.

Penulis: Rifqi Nugroho | Editor: Alza
Dok. Pribadi Prof Hatamar Rasyid
KETUA MUI - Profesor Hatamar Rasyid resmi menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bangka Belitung (Babel) tahun 2025-2029. 

POSBELITUNG.CO, BANGKA - Inilah sosok Profesor Hatamar Rasyid, yang resmi menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bangka Belitung (Babel) tahun 2025-2029.

Sebelum mendapatkan amanah tersebut, Guru Besar dan Wakil Rektor I IAIN SAS Bangka Belitung itu telah memiliki segudang pengalaman jabatan.

Termasuk Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Provinsi Bangka Belitung periode 2011-2015.

Sebagai salah satu tokoh pendidikan dan agama di Bangka Belitung, Prof Hatamar Rasyid menyampaikan jika dirinya juga memiliki lika-liku ataupun dinamika pendidikan dan karier jabatan.

Ia mengisahkan, saat usia sangat belia, Hatamar Rasyid kecil yang lahir pada 15 September 1965 di Desa Rajik atau Permis Bangka Selatan, dikirim oleh orang tuanya merantau.

Pilihannya adalah menuntut ilmu di Pondok Pesantren Nurul Islam Seri Bandung, Ogan Ilir, Sumatera Selatan setelah tamat sekolah dasar (SD). 

"Saat itu saya sebenarnya sangat sedih, karena di usia ini dan di pondok ini semua urusan ditanggung sendiri, mulai dari bahan-bahan untuk memasaknya menjadi santapan.

Kemudian mencuci juga sendiri, tinggal di pondokan dari bahan kayu yang juga jika rusak pun diperbaiki sendiri," ujarnya, Sabtu (8/3/2025).

Hatamar Rasyid juga menyebutkan, perjuangan menempuh pendidikanya berlanjut dengan menyelesaikan pendidikan menengah di PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) di Palembang.

Dia melanjutkan kuliah di IAIN Raden Fatah (sekarang UIN Raden Fatah) melalui jalur beasiswa SUPERSEMAR.

"setamat S1 tahun 1990 dan sudah CPNS, tidak ada fikiran untuk melanjutkan S2 sebenarnya.

Namun dosen-dosen semua menganjurkan kuliah di luar negeri dengan ikut kompetisi AusAid, sebuah program belajar di Australia dengan program beasiswa.

Tapi karena orang tua dirawat di rumah sakit, akhirnya terlambat ikuti beasiswa ke Australia.

Tapi Alhamdulillah punya kesempatan studi dalam negeri yaitu beasiswa Kementerian Agama dan lulus S2 pada tahun 1994, di IAIN Syarif Hidayatullah (universitas Islam negeri)," tuturnya.

Dia juga mengisahkan terdapat hal yang unik, setelah menyelesaikan teori S3, pada waktu itu Hatamar di sela-sela menulis disertasi kembali ke kampus Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved