Iran Vs Israel

VIDEO Iran Ancam Tolak Negosiasi Nuklir Jika AS Masih Serang Wilayahnya

Iran hanya akan melanjutkan perundingan nuklir dengan Amerika Serikat jika mendapat jaminan penuh bahwa AS tidak akan melakukan serangan militer lagi.

Penulis: Lisa Lestari | Editor: Teddy Malaka

POSBELITUNG.CO - Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghci, menegaskan pada Selasa (1/7/2025) bahwa Iran hanya akan melanjutkan perundingan nuklir dengan Amerika Serikat jika mendapatkan jaminan penuh bahwa AS tidak akan melakukan serangan militer lagi di wilayah Iran selama negosiasi berlangsung.

Pernyataan tersebut muncul di tengah konfirmasi Gedung Putih pada Senin (30/6/2025) terkait pembicaraan antara utusan Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, dengan pejabat Iran.

Dialog ini digelar setelah tercapainya gencatan senjata yang mengakhiri konflik berdarah selama 12 hari antara kedua negara.

Araghci menegaskan bahwa program pengayaan nuklir Iran merupakan kebanggaan nasional yang tidak akan dilepas begitu saja.

Saat ini, pemerintahan Trump berusaha menegosiasikan kembali kesepakatan nuklir yang sebelumnya dibatalkan oleh Trump pada masa pemerintahannya.

Padahal, perjanjian tersebut ditandatangani pada 2015 untuk membatasi pengayaan uranium Iran di bawah 3,67 persen, cukup untuk bahan bakar pembangkit listrik, dengan imbalan pelonggaran sanksi ekonomi, menurut laporan Al Jazeera.

Namun, setelah AS menarik diri dari perjanjian tersebut, Iran meningkatkan kadar pengayaan uranium hingga 60 persen.

Meski jauh di atas batas sipil, level itu masih belum mencapai tingkat yang dibutuhkan untuk senjata nuklir.

Trump mengklaim serangan AS terhadap situs nuklir Iran berhasil “merusak” program nuklir negara itu.

Pejabat senior AS menyebut bahwa serangan tersebut menjadi hambatan besar bagi Iran untuk mengaktifkan kembali fasilitas nuklirnya.

Namun, Araghci membantah klaim itu dalam wawancaranya dengan CBS.

Ia menegaskan bahwa teknologi dan ilmu pengayaan uranium tidak dapat dihancurkan hanya dengan pengeboman.

Sejak serangan AS dan Israel, Iran menghentikan kerja samanya dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, juga menilai sikap kepala IAEA telah bersifat “destruktif” bagi negaranya.

Iran pun menyerukan semua pihak agar tidak melakukan tindakan yang dapat memperburuk stabilitas kawasan.

Diketahui, konflik ini bermula pada 13 Juni ketika Israel melancarkan serangan udara ke fasilitas militer dan nuklir Iran, menewaskan sedikitnya 935 orang dan melukai lebih dari 5.300 lainnya.

Sebagai balasan, Iran meluncurkan rudal dan drone ke Israel, yang menewaskan 29 orang dan melukai ribuan lainnya.

Konflik semakin memanas setelah AS ikut menyerang fasilitas nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Isfahan.

Namun, situasi akhirnya mereda setelah gencatan senjata yang ditengahi AS mulai berlaku pada 24 Juni.(*)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved