Iran Vs Israel

Perang Iran vs Israel, Iran Beli Rudal SAM China yang Dibarter Minyak Mentah

Perang Iran vs Israel selama 12 hari, mempertontonkan canggihnya persenjataan kedua negara.

Editor: Alza
X US Civil Defense News
RUDAL IRAN - Penampakan Kheibar Shekan-2 IRAN. Rudal ini perdana digunakan Iran untuk membombardir Israel, beberapa saat usai Iran diserang AS. Iran membeli rudal dari China yang dibarter dengan minyak mentah. 

POSBELITUNG.CO - Perang Iran vs Israel selama 12 hari, mempertontonkan canggihnya persenjataan kedua negara.

Iran yang dikenai sanksi oleh Amerika Serikat, ternyata memiliki kekuatan militer mengejutkan.

Israel sangat kewalahan menghadapi serangan rudal Iran yang tepat sasaran.

Pertahanan militer Israel berupa Irone Dome, tak mampu menangkis semua rudal.

Ternyata, Iran bekerja sama dengan China dalam pengadaan senjata.

Baru-baru ini, diketahui militer Iran diam-diam menerima sistem rudal permukaan-ke-udara (SAM) buatan China.

Hal diketahui usai Iran menekan kesepakatan gencatan senjata dengan Israel.

Tak dirinci berapa banyak rudal SAM yang dikirim China untuk Iran.

Namun menurut laporan Middle East Eye, pengiriman ini dilakukan hanya beberapa hari setelah Iran dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata de-facto pada 24 Juni 2025.

Beberapa pengamat pertahanan menduga, pengiriman rudal dilakukan bertahap dalam beberapa gelombang sejak akhir Juni.

Hal ini berdasarkan pola logistik pengiriman senjata sebelumnya.

Serta kemampuan Iran menyembunyikan pergerakan persenjataan melalui pelabuhan-pelabuhan kecil dan mitra regional seperti Suriah dan Irak.

Laporan pejabat Arab yang enggan disebutkan namanya, menyebut pengiriman rudal pertahanan asal China merupakan bagian dari upaya cepat militer Iran.

Untuk membangun kembali pertahanannya yang hancur akibat gempuran Israel dalam konflik 12 hari terakhir.

"Pengiriman baterai rudal permukaan-ke-udara China terjadi setelah gencatan senjata de facto dicapai antara Iran dan Israel pada 24 Juni," tegas pejabat Arab yang mengetahui intelijen tersebut.

Dibarter dengan minyak

Sementara, laporan salah satu pejabat intelijen regional menyebut, hampir seluruh pengiriman SAM tersebut dibiayai menggunakan komoditas ekspor utama Iran, yakni minyak mentah.

Dugaan ini terjadi di tengah sanksi ekonomi AS yang masih diberlakukan terhadap ekspor minyak Iran.

Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia.

Meski ekspornya dibatasi oleh sanksi, Iran tetap mampu menjual minyaknya secara diam-diam, terutama ke negara-negara seperti China.

Karena tidak bisa menggunakan hasil ekspor itu dalam bentuk kas internasional, minyak dijadikan alat tukar langsung untuk memperoleh barang penting seperti persenjataan.

Dugaan tersebut diperkuat dengan data Badan Informasi Energi AS (EIA) yang menunjukkan, 90 persen ekspor minyak Iran saat ini mengalir ke China, menjadikan Beijing sebagai mitra dagang utama Teheran.

Untuk menyiasati sanksi, Iran disebut menggunakan skema pengiriman tidak langsung lewat negara pihak ketiga seperti Malaysia guna menyamarkan asal minyak mentahnya.

"Orang Iran terlibat dalam cara-cara kreatif dalam berdagang," ujar salah satu pejabat Arab kepada MEE.

Barter ini mencerminkan bukan hanya strategi dagang alternatif, tetapi juga konsolidasi geopolitik antara Iran dan China dalam menghadapi tekanan dari blok Barat.

Hubungan kerja sama militer Iran–China

Hubungan militer Iran dengan China bukan hal baru.

Pada akhir 1980-an, Iran diketahui menerima rudal jelajah HY-2 Silkworm dari China melalui Korea Utara, yang digunakan dalam Perang Tanker untuk menyerang kapal tanker minyak dan infrastruktur negara-negara Teluk.

Hubungan antara Republik Islam Iran dan Republik Rakyat Tiongkok kini memasuki fase yang semakin erat.

Hal ini menandai aliansi strategis yang terus berkembang di tengah tekanan dan isolasi dari negara-negara Barat.

Adapun fondasi hubungan Iran–China diperkuat melalui perjanjian kerja sama strategis selama 25 tahun yang ditandatangani pada 2021.

Di mana dalam kesepakatan itu, China berkomitmen menanamkan investasi senilai 400 miliar dolar AS di berbagai sektor Iran, termasuk energi, infrastruktur, dan transportasi.

Sebagai gantinya, Iran menjamin pasokan minyak jangka panjang ke China dengan harga kompetitif.

Kedekatan keduanya bukan tanpa alasan, Iran dan China memiliki kesamaan posisi politik dalam menentang dominasi global AS.

Kedua negara menolak sanksi unilateral, intervensi asing, serta menentang kebijakan "pengekangan" yang dilakukan Washington.

Iran kini aktif dalam organisasi seperti Shanghai Cooperation Organization (SCO) dan menunjukkan ketertarikan bergabung lebih dalam dengan BRICS, dua forum internasional yang didorong oleh China dan Rusia untuk melawan dominasi dolar dan sistem Barat.

Dalam konteks ini, kemitraan Iran dan China adalah bagian dari konsolidasi kekuatan multipolar global, yang menawarkan alternatif dari tatanan dunia yang selama ini dipimpin oleh AS. 

(Tribunnews.com / Namira)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved