Harganya jauh lebih mahal dari harga pakaian orang biasa, dan juga susah mencarinya.
Baca juga: 6.000 Hektare Lahan Rawa di Bangka Selatan Bakal Dialihfungsikan Jadi Sawah
"Terpaksa di pesan dahulu atau dijahitkan. Untuk ukuran baju saat ini Sagil menggunakan ukuran XXXXL, ukuran celana nomor 38," kata dia.
"Sedangkan ukuran sepatu atau sendal nomor 50. Itu masih sempit," jelasnya.
Dengan kondisi hidup yang pas-pasan, jelasnya, kebutuhan untuk perlengkapan anak itu jadi sulit dipenuhi.
"Tapi harus bagaimana lagi karena kebutuhan tetap kita usahakan,” ucap Susi.
Main dengan Anak Sebaya
Saat ini, Sagil yang masih usia 12 tahun menjadi pria paling tinggi di desanya.
Hal itu sempat membuat Sagil kurang percaya diri saat bergaul dan bermain dengan teman sebaya.
Kehidupan kesehariannya masih sama seperti anak-anak lain pada umumnya.
Untuk urusan makan, dia mengaku makan 2-3 kali sehari.
"Porsinya sama seperti biasa, tidak ada yang berbeda. Saya kurang tahu juga kenapa bisa setinggi ini," tutur Sagil.
Diakuinya, dengan kondisinya yang jauh lebih besar, sempat malu atau minder.
"Dulu sempat malu karena sangat jauh beda dengan kawan seumuran saya. Sempat juga kurang pede bermain bersama kawan," ungkapnya.
"Kini saya sudah terbiasa dan percaya diri," tambahnya.
Namun, saat ini masih malu saat membeli pakaian di pasar. Sebab ia selalu kesulitan menemukan ukuran pakaian yang sesuai.