"Berarti mendengar. Jadi mendengar dan bisa nerima kebaikan dari yang dilakukan oleh orang yang hidup dari panjatan doa, istighfarnya, dan lain sebagainya," jelas Buya Yahya.
"Mendengar dan alat dengar sudah berbeda bukan seperti kita.
Sampai dikatakan kalau orang mau ditinggal itu akan mendengar terompah kaki yang berjalan mau pulang, mendengar,"
"Cuman rumusnya apakah sama dengan di Indonesia pake daun telinga dan sebagainya?"
"kita maknai mendengar adalah doa-doa itu akan nyambung sampai kepada orang yang telah meninggal dunia," jelas Buya Yahya Menjelaskan.
Sementara untuk tujuh hari dan 40 hari, Buya Yahya menegaskan bahwa hal tersebut berkaitan dengan akidah sesesorang.
Kendati demikian, ia tidak mendustakan itu semua, hanya saja yang perlu dipahami adalah bahwa seseorang yang telah meninggal dunia maka ia akan berada di alam barzah.
"Adapun kisah tujuh hari, 40 hari, inikan masalah akidah, keyakinan," ucap Buya Yahya.
"Jika ada orang bercerita, kita tidak mendustakan itu semuanya.
Akan tetapi yang wajib kita yakini adalah orang kalau meninggal dunia, dia punya urusan masuk alam barzah," sambung Buya Yahya.
Bahkan dalam penjelasannya, Buya Yahya juga menjelaskan berdasarkan Hadist.
"Bukankah kisahnya dalam hadist, nyawa itu adalah ruh, lembut, ruh ahli beriman dibawa ke langit, kemudian diturunkan, dikembalikan, setelah itu adalah ditanyakan.
Itu di alam barzah sudah," kata Buya Yahya.
"Jadi sudah di alam barzah, bukan keliling rumah kita," sambungnya lagi.
Buya Yahya menegaskan, yang perlu kita yakini sebagai umat Muslim yakni percaya akan adanya alam barzah.
Ada kenikmatan bagi orang yang beriman, dan ada pula siksa bagi orang yang tidak beriman.
"Makanya yang perlu kita yakini, kita iman kepada alam barzah.
Di situ ada kenikmatan dan juga ada siksa, dan kita akan memasukinya.
Selesai sampai di situ, harus kita yakini," ucap Buya Yahya.
(Posbelitung.co)