POSBELITUNG.CO - Inilah kisah Okta, bocah berusia 12 tahun di Cengkareng, Jakarta Barat, menjalani hari-harinya dengan berjualan kue keliling.
Meski tak pernah mengenyam bangku sekolah sebelumnya, ia mampu berbicara lancar dan menjelaskan kondisi ekonomi keluarganya secara detail.
Sejak usia belia, Okta sudah terbiasa bekerja untuk membantu keluarga.
Setiap hari, ia berjalan kaki menyusuri jalanan di wilayah Cengkareng untuk menjajakan kue yang dibandrol seharga Rp 2 ribu per buah.
Okta tidak berjualan sendiri, melainkan bersama temannya.
Dalam sehari, penghasilan yang ia dapatkan sekitar Rp 50 ribu, kemudian dibagi dua.
Dari bagiannya, ia memberikan Rp 20 ribu kepada sang ayah, sementara Rp 5 ribu sisanya digunakan untuk jajan.
Selain berjualan kue, Okta juga kerap membantu ayahnya dalam bekerja.
Abangnya pun turut membantu sang ayah mencari nafkah.
Di tengah rutinitasnya yang padat, Okta menyimpan mimpi besar untuk masa depan.
Ia mengaku pernah mengajak kakaknya ikut sekolah, namun ajakan itu ditolak.
Sang kakak beralasan, jika ikut sekolah, tidak akan ada yang mencari uang untuk keluarga.
Kisah Okta kemudian terungkap setelah Anggota DPRD DKI Jakarta, Lukmanul Hakim, menemukan 48 anak putus sekolah di Jakarta Barat.
Okta menjadi salah satu anak yang kemudian difasilitasi untuk kembali mendapatkan pendidikan.
Ia kini resmi menjadi siswa di SKB 07, sekolah paket yang menerima anak-anak putus sekolah.
Meski belum pernah mencicipi pendidikan formal, pihak sekolah mempertimbangkan untuk menempatkan Okta langsung di kelas tiga.
Pertimbangan itu diambil mengingat usianya yang sudah menginjak 12 tahun.
Jika mengikuti jalur pendidikan normal, Okta seharusnya sudah berada di bangku kelas enam SD.
Saat ditanya bagaimana perasaannya kini bisa bersekolah, Okta menjawab singkat, “Senang,” sambil tersenyum malu-malu.
Masuknya Okta ke SKB 07 membuat aktivitas berjualannya berkurang.
Kini ia hanya berjualan kue pada hari Sabtu saja.
Sementara pada hari-hari sekolah, ia fokus mengikuti pelajaran.
Ketika ditanya cita-citanya, Okta menyebut ingin menjadi guru.
Baginya, menjadi guru adalah cara untuk membantu anak-anak lain mendapatkan pendidikan.
Meski jalan yang harus ditempuh masih panjang, Okta kini selangkah lebih dekat dengan mimpinya.
Dukungan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat diharapkan dapat membantu Okta mewujudkan cita-cita tersebut.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Kisah Okta Bocah 12 Tahun Penjual Kue Keliling di Cengkareng, Bermimpi Jadi Guru Meski Telat Sekolah