Buntut Brimob Tangkap BAIS Intel Berpangkat Mayor, Wakil Pangima Sesalkan KTA Disebarkan

Pria bertubuh kurus mengenakan kaus polo hijau itu dinarasikan berpangkat Mayor Infanteri.

Editor: Alza
Facebook
MAYOR DITANGKAP - Beredar postingan dengan narasi bahwa anggota Brimob di Jakarta mengamankan seorang anggota BAIS TNI berpangkat Mayor. Namun Mabes TNI membantah ada anak buahnya yang diamankan Brimob.  

POSBELITUNG.CO - Seorang anggota TNI berpangkat Mayor diamankan anggota Brimob berseragam lengkap.

TNI itu disebut-sebut sebagai anggota Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Angkatan Darat.

Pria bertubuh kurus mengenakan kaus polo hijau itu dinarasikan berpangkat Mayor Infanteri.

Dia adalah Mayor berinisial SS yang dituding sebagai provokator dalam aksi massa yang terjadi di Jakarta.

Beredar informasi di medsos, Mayor Inf SS disebut diamankan anggota Brimob di kawasan Pejompongan, Jakarta pada Jumat 29 Agustus 2025.

Saat diamankan, pria yang disebut sebagai Mayor Inf SS itu membawa senjata api jenis Sig Sauer P224 Sas produksi Jerman kaliber 9 mm.

Mayor Inf SS yang kabarnya menjabat sebagai Komandan Tim (Dantim) ini turut diamankan beserta Kartu Tanda Anggota (KTA) miliknya yang berwarna jingga.

Di kartu yang dipamerkan tersebut, terlihat tulisan Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Badan Intelijen Strategis.

Sejak viral, Mabes TNI pun membantah informasi itu.

Mereka menyebut tidak ada anggotanya yang diamankan.

“Kami sangat menyayangkan framing negatif terhadap TNI, dan menindaklanjuti hal tersebut perlu saya tegaskan bahwa tidak ada anggota TNI yang ditangkap Polri maupun menjadi provokator dalam peristiwa tersebut, itu narasi bohong dan menyesatkan,” kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Brigjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah, dalam keterangannya, Minggu (31/8/2025).

Respons Wakil Panglima TNI

Meski Mabes TNI membantah adanya kabar penangkapan anggota TNI terlebih-lebih BAIS.

Wakil Panglima TNI Jenderal Tandyo Budi Revita justru menyayangkan adanya pihak yang sengaja menyebarkan KTA BAIS TNI tersebut.             

Menurutnya, informasi itu tidak seharusnya disebarluaskan ke publik jika memang peristiwa penangkapan anggota intelijen TNI tersebut benar-benar terjadi. 

“Begitu ini ditangkap, kemudian keluar seperti itu (foto orang dan KTA), harusnya yang menangkap itu tidak menyebarkan itu, karena kan intelijen,” ujar Tandyo saat ditemui di Gedung DPR RI, Senin (1/9/2025) dikutip dari Kompas.com.

Tandyo menegaskan, bahwa kehadiran TNI dalam kegiatan pengamanan kerusuhan aksi demonstrasi justru untuk membantu Polri meredam situasi agar kondusif.

Dalam kesempatan itu, dia juga memastikan bahwa TNI tunduk pada konstitusi yang berlaku dalam menjalankan tugas.

“Saya sampaikan ya, namanya orang memberikan informasi itu kan kita harus masuk di dalam ya.

Itu kita ikut mereka, kegiatan mereka (Polri),” ucap Tandyo.

Meski begitu, Tandyo tak menjawab pertanyaan awak media soal kebenaran kabar intelijen TNI yang ditangkap, karena langsung berjalan meninggalkan gedung DPR RI. 

Anggota Kavaleri Sempat Dituding Provokator

Video lain yang viral di media sosial adalah soal penangkapan Pratu Handika Novaldo, anggota Batalyon Kavaleri V/DPC (Dwi Pangga Ceta).

Pratu Handika Novaldo sempat dituding sebagai provokator dalam aksi massa yang terjadi di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Ia sempat diamankan dan dipiting anggota Brimob yang bertugas.

Bahkan, anggota Brimob tidak hanya menampilkan wajah, tapi juga Kartu Tanda Anggota (KTA) milik Pratu Handika Novaldo.

Setelah video pengamanan tersebut viral, Brimob Polda Sulsel lantas minta maaf.

Mereka membuat video klarifikasi soal penangkapan Pratu Handika Novaldo.

Dalam video yang beredar di lini massa medsos, Komandan Satuan Brimob Polda Sulsel, Kombes Susnadim meminta maaf di hadapan Komandan Batalyon Kavaleri V/DPC, Mayor Kav Sahid Winagiri.

Di tengah-tengah kedua pejabat itu ada Pratu Handika Novaldo.

Dalam keterangannya, Kombes Susnadim mengatakan bahwa pada Minggu (31/8/2025) dinihari itu anak buahnya tengah mengejar sekelompok geng motor yang merusak pos polisi dan menyerang kantor DPRD setempat.

Saat pengejaran berlangsung hingga ke samping SPBU Hotel Amaris, ada Pratu Handika Novaldo yang saat itu tengah mencari makan malam.

Sialnya, anggota TNI AD tersebut malah diciduk.

Wajahnya divideokan dengan cara dipiting.

KTA nya juga dipamerkan, hingga videonya viral di medsos.

Setelah peristiwa itu terjadi, Brimob pun meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi.

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved