Ini Pengakuan Warga Belitung yang Terjebak di Lantai 6 Nagoya University Saat Topan Jebi
Di kampus, Ayu mengerjakan banyak sekali tugas yang harus segera diselesaikan, padahal jadwalnya, ia libur.
POSBELITUNG.CO - Topan Jebi yang terjadi di Jepang, Selasa (4/9/2018) dikabarkan menewaskan sembilan orang dan melukai ratusan orang.
Bangunan dan kendaraan pun banyak rusak.
Namun demikian, belum ada informasi Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam insiden yang disebut terburuk selama kurun waktu 25 tahun terakhir.
Marlisa Ayu Trisia, orang Belitung yang bekerja sebagai peneliti di Nagoya University menceritakan pengalaman mencekamnya saat topan jebi terjadi.
Perempuan yang akrab disapa Ayu mengaku panik dan sempat stres dalam ruang kerjanya, Selasa (4/9/2018). Apalagi, ia sempat terjebak di lantai enam kampus.
Padahal, pagi harinya semua terasa normal dan tidak terlihat ada tanda-tanda bakal terjadi angin topan yang dahsyat di Jepang.
Di kampus, Ayu mengerjakan banyak sekali tugas yang harus segera diselesaikan, padahal jadwalnya, ia libur.
“Kemarin sebenarnya libur, dari kampus sudah diwarning via email hari sebelumnya (Senin). Cuma karena emailnya kantor bahasa Jepang dan lagi sibuk deadline kerjaan jadi nggak ngeh. Jadilah aku kerja ha ha ha ha. Aku kerja disini di Nagoya University jadi peneliti,” kata Ayu kepada posbelitung.co via inbok facebook, Rabu (5/9/2018).
Ayu tak menduga dirinya bakal terdampak angin topan jebi ini.
Pasalnya, saat berangkat kerja kondisi cuaca memang sudah berangin cukup kencang namun masih terketegori normal.
“Pas berangkat sih aman-aman aja..sedikit berangin tapi santai..aq pikir cuma typhoon (topan—red) biasa kan sering banget. Sama sekali nggak lihat berita atau apapun. Iya cuma yah aku sibuk deadline kerjaan..males ngecek kan,” sebut Ayu.
Kondisi makin tak menentu saat Ayu sedang keluar mencari makan siang.
Ia melihat banyak sekali toko yang tutup.
“Nah pas makan siang, pergi cari makan mulai ngerasa aneh tuh kenapa pada tutup semuanya, Terus anginnya tambah kenceng. Akhirnya diluar cari makan ketemu coffeshop beli roti aja. Balik ke kantor angin tambah kencang, payung sampai hampir patah. Nyampe di kantor aku cuma sama satu sensei (dosen) disini, dia tenang-tenang saja. Jam 3-4 itu puncaknya. Aku stres sendiri di kantor mana deket jendela lagi ruang kerjaku. Baru kemudian cek berita. Rupanya parah kuat banget. Jendela sampe geser-geser sendiri,” cerita Ayu.
Alarm Berbunyi