Tolak Kapal Isap, Pertambangan Laut di Bangka Jadi Contoh Nelayan di Kelapa Kampit

Hasilnya, menurut dia, potensi kelautan dan perikanan di Belitung diakui oleh penyelam asal Bangka.

Penulis: Dedi Qurniawan |
Pos Belitung/Dedi Qurniawan
Suasana tepian Pantai Pering, Kelapa Kampit, Belitung Timur, Senin (11/4/2016) lalu. 

Laporan wartawan Pos Belitung, Dedy Qurniawan

POSBELITUNG.COM, BELITUNG - Sekretaris Kelompok Nelayan Budidaya Mitra Mandiri Sehati Pantai Batu Lesong, Kelapa Kampit, Iwan menegaskan sikap penolakan kelompok nelayan-nya terkait keberadaan kapal isap (yang dinyatakan sejumlah pihak hanya parkir) di perairan Pering, Kelapa Kampit, Belitung Timur, sepekan belakangan ini.

Pengurus kelompok nelayan budidaya Kerapu di perairan Selindang, Kelapa Kampit, ini menjelaskan beragam hal yang mendasari sikap penolakan nelayan.

Satu diantaranya adalah didasarkan dengan mencontoh dampak pertambangan laut di Pulau Bangka. Kelompok Iwan dan penyelam dari Pulau Bangka pernah bertukar lokasi penyelaman di dua lokasi, Pulau Bangka dan Pulau Belitung.

Hasilnya, menurut dia, potensi kelautan dan perikanan di Belitung diakui oleh penyelam asal Bangka.

"(Paska kejayaan PT Timah di Belitung pudar)Terumbu karang sudah mulai tumbuh, normal. Kami beberapa kali pelatihan selam di Pulau Bangka. Kawan-kawan di Bangka juga berkunjung menyelam di Pulau Keran dan pesisir Pering di bawah Pulau Kandis. Mereka menyatakan, 'kalau seperti ini wilayah Belitung masih enak jadi nelayan. Kami (perairan Bangka) sekarang, jangankan dapat Kerisi dalam waktu setengah jam dari pinggir pantai. Tiga jam pun, kami hanya dapat Kerisi Hijau (Anjang-Anjang; sebutan lokal Belitong-red)'," beber dia menirukan tanggapan penyelam Bangka kepada Pos Belitung, Selasa (12/4/2016).

Masih banyak lagi pembeberan Iwan soal alasan penolakan para nelayan ini. Dia menyebut bagaimana dampak kebijakan pertambangan laut di perairan Kampit dan sekitarnya mengancam ekosistem laut hingga ke perairan Sungai Padang, Kabupaten Belitung.

Selengkapnya soal alasan Iwan ini dapat diikuti pada edisi Pos Belitung, Rabu (13/4/2016).

Sebelumnya diberitakan, keberadaan kapal isap yang dinyatakan parkir di perairan Pering, Kelapa Kampit, Belitung Timur membuat polemik di masyarakat. Bagaimana tidak, serombongan orang atas nama nelayan Kelapa Kampit dan sekitarnya menemui Bupati Belitung Timur Yuslih Ihza, Rabu (6/4) malam lalu.

Pantauan Pos Belitung, di sejumlah grup media sosial yang kerap membahas isu lokal Belitung seperti Idang Kite Ngembangun Belitong misalnya, polemik keberadaan kapal isap ini tak kalah hebatnya. Komentar-komentar netizen berseliweran di grup tersebut sepekan belakangan.

Anggota DPRD Beltim Koko Haryanto sampai harus turun ke laut dan menaiki kapal isap tersebut, Rabu (6/4) lalu. Kepada media dia menyatakan bahwa ABK (Anak Buah Kapal) kapal isap tersebut mengaku sedang parkir karena kapal mengalami kerusakan mesin. Dinyatakan juga bahwa kapal tak beroperasi.

Rabu (6/4) lalu juga, Kantor Unit Pelayanan Pelubahan Kelas 1 Manggar menyatakan bahwa dokumen kapal tersebut lengkap dan hanya berlabuh di perairan tersebut. Kapal juga dinyatakan tak memiliki izin olah gerak. Kapal disebut berasal dari pulau 'saudara' alias Bangka.

Terbaru, Gabungan Pecinta Alam Belitong (Gapabel) menyuarakan sikap penolakan serupa pada aksi di pusat kota Tanjungpandan, Belitung, Minggu (10/4) kemarin. Rombongan yang dimotori aktifiss Gapabel Jokkie ini juga mendatangai kapal isap tersebut.

Pantauan Pos Belitung di Pantai Pering, Kelapa Kampit, Belitung Timur, Senin (11/4) lalu pukul 17.00 WIB, sesosok kapal yang menurut nelayan sekitar adalah kapal isap yang dimaksud berada di sebelah kanan Pulau Kandis. Posisi ini berbeda ketimbang pengamatan Pos Belitung pada Kamis (7/4) lalu. Saat itu kapal ada di posisi sebelah kiri Pulau Kandis. (*)

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved