Musibah di Objek Wisata
Kisah Haru Korban Selamat, Mordang Sempat Genggam Tangan Zahra Sebelum Terseret Arus
Saat terjadi banjir bandang, Mordang sempat menggenggam tangan Zahra beberapa saat. Namun, derasnya arus air membuat genggamannya terlepas.
POSBELITUNG.COM - Hari Minggu siang (15/5), orang-orang ramai berkumpul dan bersenang-senang di sekitaran Air Terjun Telaga Dua Warna, Kecamatan Sibolangit, Deliserdang.
Gerimis dan awan mendung tak menjadi penghadang.
Sekelompok di antara orang-orang itu sedang mandi di sungai.
Sekelompok lainnya duduk-duduk sambil bercerita dan menatap lukisan alam. Sekelompok lainnya lagi berfoto-foto.
Lalu, perlahan, rintik gerimis membesar. Hujan menderas. Tak lama, air bah dari arah atas (arah Gunung Sibayak, Karo) datang.
Puluhan orang di lokasi, seketika tersapu, hanyut dibawa air. Beberapa di antaranya berjibaku menyelamatkan diri.
Gambaran itu dikisahkan Mordang Sualoan Harahap (18), korban selamat.
"Kami datang Sabtu malam. Sampai sini sekitar jam 11. Begitu sampai kami bikin kemah. Lalu kami tidur. Besoknya, Minggu pagi-pagi sekali kami baru bergerak ke air terjun."
"Hujannya gak deras, cuma gerimis. Pas sekitar jam 2 (siang), air besar tiba-tiba datang," ujar Mordang kepada Tribun Medan, saat ditemui di posko penampungan korban, Senin (16/5).
Saat ditemui di posko, Mordang terbaring lemah. Pakaiannya basah oleh keringat yang merembes. Wajahnya pucat dan suaranya parau.
Banjir bandang, menurut kesaksian Mordang, berlangsung selama berjam-jam.
Para pengunjung panik dan berhamburan dan masing-masing berusaha menggapai lokasi yang lebih tinggi.
Mordang mengaku, sangat terpukul atas apa yang menimpanya.
Namun, bukan lantaran kengerian yang dialaminya, tetapi karena sahabatnya, Riski Zahra Ayu (17), yang juga ikut dalam rombongan kemah bersamanya, hanyut dan belum ditemukan.
Yang memilukan, meski tak menyebut sahabatnya itu sebagai pacar, Mordang mengaku sangat mencintai Riski Zahra Ayu.
"Dia sahabat saya, sahabat hati saya. Orang manggilnya Ayu. Kalau saya manggilnya Zahra," katan Mordang.
Mordang mengenal Zahra sejak bersekolah di Pesantren Darul Mursyid enam tahun lalu.
Bersama Zahra, ia telah banyak menghabiskan waktu, bermain dan belajar.
Terakhir, mereka sama-sama mengikuti bimbingan belajar sebagai persiapan menghadapi Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
"Saya mau masuk ITB. Dia pengin masuk jurusan Kimia Unpad," ujarnya.
Saat terjadi banjir bandang, Mordang sempat menggenggam tangan Zahra beberapa saat. Namun, derasnya arus air membuat genggamannya terlepas.
"Gimana saya bisa melupakan itu," kata Mordang sambil menahan tangis.
Semasa bersamanya, kata Mordang, Zahra termasuk tipe perempuan pemalu. Mereka bertemu sejak sekolah menengah pertama.
"Saya dari Batangtoru. Dia dari Padanglawas. Saya sudah kenal dia enam tahun. Dia jago Kimia. Kami masih sempat sama-sama berlindung di tenda waktu air datang."
"Dia terlihat senyum. Saya sempat tanya ke dia, 'Masih kuat?' Dia jawab, 'Tenanglah, Do. Strong aku, strong.' Saya masih ingat semuanya," ujar Mordang.
Gantung 10 Jam
Camat Sibolangit, Amos Karokaro mengatakan, Mordang sempat nekat kembali ke lokasi air terjun untuk mencari Zahra.
"Tadi pagi lari dia dari posko. Mau dicarinya kawannya itu. Kami cegah. Kami bilang, kami aja yang cari," kata Amos.
Mordang selamat, karena bergantung di tebing selama sepuluh jam. Padahal, tebing di mana ia berpijak nyaris tegak lurus.
Mordang menggambarkan kemiringan tebing itu hampir 90 derajat. "Dari jam dua siang sampai dua belas malam saya berdiri di tebing. Tebingnya hampir tegak lurus," katanya.
Selama berdiri sepuluh jam di tebing, hanya separuh telapak kaki Mordang yang bisa bertumpu pada batu.
Tangannya mencengkram rerumputan yang tumbuh di bebatuan, menjaga diri agar tak sampai jatuh.
Ia tak bisa banyak bergerak atau bergeser, apalagi membalik badan. Di bawahnya, selama waktu itu, air bah berbatu-batu mengalir deras. "Kalau saya gak kuat, saya mungkin sudah hanyut," katanya.
Mordang bukan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Flora, seperti yang dikabarkan sebelumnya. Ia hanya ikut dengan rombongan mahasiswa STIKES Flora.
"Saya kebetulan memang berangkat sama rombongan mahasiswa itu. Saya diajak," katanya.
Mordang adalah pria yang baru saja dinyatakan lulus dari SMA Pondok Pesantren Darul Mursyid. Saat ini, ia sedang mengikuti bimbingan belajar sebagai persiapan SBMPTN. Selain dirinya, Riski Ayu Zahra juga lulusan Pondok Pesantren Darul Mursyid.
"Kami ada 16 orang. Yang belum mahasiswa, saya sama Zahra," kata Mordang. Sementara itu, tim pencarian dan evakuasi korban banjir bandang Sibolangit menghentikan kerja mereka tepat pukul 18.00 WIB.
Dari hasil pencarian sejak pagi, 14 dari 17 korban tewas telah berhasil dievakuasi. Dari 14 korban yang telah dievakuasi, delapan perempuan dan enam laki-laki.
Sedangkan tiga korban tewas lainnya masih belum dievakuasi, karena tersangkut bebatuan dan medan yang ekstrem. Selain itu, empat korban hilang juga belum ditemukan.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Deliserdang Darwin Surbakti mengatakan, evakuasi dan pencarian korban akan dilanjutkan pagi ini, Selasa (17/5).
"Ini karena sudah jam segini, kami hentikan. Besok kami lanjutkan lagi," ujarnya.
Darwin meyakini, tiga korban hilang yang belum berhasil dievakuasi tidak akan hanyut terbawa arus atau hilang. "Insya Allah tidak. Sulit sekali mengambilnya," katanya. (amr)
