Jumlah Mal di Jogja Sudah Overload, Warganya Dinilai Makin Doyan Belanja

Mal mendorong sikap konsumtif bahkan hedonistic. Selain itu sudah terbukti mendistorsi pemanfaatan fasilitas publik seperti kemacetan lalu lintas.

Tribun Jogja/ Fauziarakhman
Ilustrasi 

POSBELITUNG.COM - Wacana Pemkab Bantul yang akan mendirikan mal tampaknya perlu dikomparasikan dengan populasi mal yang saat ini sudah ada di Yogyakarta.

Sejauh ini mal yang berdiri sudah melebihi kata ideal. Setidaknya ada tujuh mal besar di Yogya bagian tengah dan utara.

Sebelumnya, Pemkab Bantul mewacanakan ada mal yang dibangun di lahan eks Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kerjasama (STIKERers), atau di daerah sekitar Ringroad (Tribun Jogja edisi Sabtu 27/8).

Jika mengacu lokasi,maka lokasi tersebut sudah sesuai dengan pandangan praktisi dan pemerhati tata ruang dan perkotaan

Praktisi Perencanaan Tata Ruang, Dambung Lamuara Djaja mengatakan bahwa untuk Bantul, daerah yang bisa didirikan pusat perbelanjaan dan jasa adalah hanya di sekitar ringroad. Serta di sekitaran jalan arteri, seperti Jalan Wates dan jalan Wonosari.

"Karena yang diusulkan oleh Bantul yang untuk perdagangan dan jasa besar hanya di sekitar Ringroad kurang dari satu atau dua kilometer. Itu ada di RDTR (Rencana Detil Tata Ruang), pokoknya di sekitar Ringroad atau di jalan Arteri, Jalan Wates atau jalan Wonosori, karena jalan arterinya Bantul itu," ujar Dambung yang menjadi salah satu penyusun dokumen RDTR Bantul.

Menurutnya, rencana pembangunan mal di Bantul perlu dikaji lebih dalam. Dimana saat ini Yogya sudah kelebihan mal.

Menurut alumni Pengembangan Wilayah Fakultas Geografi UGM ini, saat ini jumlah mal yang sudah berdiri sudah melebihi angka ideal. Mal yang sudah lama berdiri dan mal yangbaru-baru berdiri dianggap sudah melebihi kebutuhan.

"Sekarang bisa dihitung, mal sudah banyak banget. Belum lagi pusat perbelanjaan yang kecil-kecil, puluhan, terus yang mau dilayani siapa?," kritik Dambung.

"Penduduk di sekitaran ringroad atau yang disebut KPY (Kawasan Perkotaan Yogyakarta), hitungan saya sekarang paling tinggi 1,3 juta orang. Apakah perlu dengan adanya mal yang ada saat ini," lanjutnya.

Secara tata ruang, mal yang ada sudah berlebih.

Jika beralasan bahwa Yogya menjadi pusat pengembangan Jawa bagian tengah dan selatan.

Dambung melihat itu sudah tidak sangat relevan, karena saat ini kota kota di sekitar Yogya sudah mulai membangun mal sendiri-sendiri, sebut saja Purwokerto, Magelang, Solo.

Idealnya, menurutnya dua atau tiga mal adalah jumlah yang ideal. Jika berlebih maka dampak yang ditimbulkan adalah sepinya mal, dan ia mengamati itu terjadi saat ini.

Mal akan ramai hanya pas weekend atau peak season saja dan itu sudah terjadi saat ini menurutnya.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved