Ini Penjelasan Psikolog Cantik di Belitung Soal Penyebab Perilaku Bunuh Diri

Labilitas emosi yang terjadi pada seorang manusia, bisa memberikan implikasi sehingga membuat hati seseorang berpikiran pendek. Bunuh diri pun menjadi

Penulis: Disa Aryandi |
Facebook Melly Triani
Psikolog Melly Triani 

News Analisis

Melly Triani, Psikolog Belitung

POSBELITUNG.COM - Labilitas emosi yang terjadi pada seorang manusia, bisa memberikan implikasi sehingga membuat hati seseorang berpikiran pendek.

Bunuh diri pun menjadi salah satu cara, jika kejiwaan emosional seseorang sedang dalam kondisi tidak tentu arah.

Untuk mengantisipasi itu, salah satu kebutuhan manusia yang harus dilakukan yaitu harus memberikan pengakuan akan eksistensinya. Sehingga keluh kesah yang ada dibagian jiwa maupun hati seseorang tidak menjadi jangalan atau terpendam didalam hati.

Semakin diakui keberadaan seseorang itu, maka semakin bermakna hidup tersebut. Namun jika dikaitkan dengan kontek asmara, sehingga membuat orang berupa untuk melakukan bunuh diri, itu merupakan salah seorang yang telah diabaikan eksistensinya.

Terutama dari pasangan mereka, sehingga memberikan respon ketidakbermaknaan diri yang dirasakan oleh korban. Sebab dari ketidakbermaknaan seseorang itu, bisa berkelanjutan sehingga akhirnya beralih dengan rasa depresi.

Ketika proses ketidakberdayaan tidak segera dialihkan pada kegiatan lain, perasaan depresi dapat dengan mudah muncul. Kemudian dilanjutkan dengan anggapan bahwa dunia telah tidak menganggap dirinya.

Pasalnya, dalam rasa korban itu semua orang tidak menyukai dirinya sehingga bunuh diri adalah jawaban terakhir.

Begitupula dalam kasus-kasus yang lainnya, semuanya berpangkal pada ketidak bermaknaan seseorang korban, sehingga pilihan untuk bunuh diri dirasa efektif untuk melawannya.

Sedikitnya terdiri dari tiga faktor yang menjadi penyebab perilaku bunuh diri secara umum berdasarkan aspek psikologis.

Tinjauan dari aspek ini memaparkan bahwa perilaku bunuh diri dikarenakan karena adanya faktor psikologis, seperti halnya depresi, gangguan kognitif, stress akut dan lain sebagainya.

Untuk mengantisipasi itu, harus terdapat seseorang yang bisa mendengarkan curhatan dan keluhkesah seorseorang ini, agar depresi yang dialaminya bisa tersalurkan.

Selain itu, untuk korban ini harus tetap memiliki pendamping atau teman, agar dia merasa terlindungi. (N3).

Baca selengkapnya di Pos Belitung edisi cetak Jumat (23/12/2016)

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved