Tinggal Berdampingan dengan Makam Kolonial Belanda DW Becking, Nenek Sulami Ungkap Pengalamannya

Makam DW Becking berusia 167 tahun ini merupakan makam seorang kolonial Belanda yang pernah menjajah pulau Bangka.

BANGKAPOS/Adinda Rizki Amanda
Keadaan makam DW Becking saat ini 

Laporan Wartawan Bangka Pos Adinda Rizki Amanda

POSBELITUNG.CO - Bangka Belitung kaya dengan wisata alamnya sekaligus kaya dengan wisata sejarahnya.

Seperti wisata sejarah peninggalan era zaman penjajahan kolonial Belanda yakni makam DW Becking di RT 1 RW 1 kelurahan Sungaiselan Kecamatan Sungaiselan di kabupaten Bangka Tengah, Rabu (18/4/2018).

Makam DW Becking berusia 167 tahun ini merupakan makam seorang kolonial Belanda yang pernah menjajah pulau Bangka. Ia adalah seorang mayor Infantri yang diangkat oleh pemerintahan kalonial Belanda sebagai pemimpin pertempuran melawan Depati Amir.

Pertempuran itu berlangsung 4 tahun lamanya sejak tahun 1848 sampai tahun 1851.
Kemudian DW Becking meninggal 1 tahun setelah Depati Amir di berangkatkan ke pembuangan di wilayah Kupang.

DW Becking dimakamkan sejak tahun 1851 dan terus berdiri hingga saat ini.
Meski berada tepat dibelakang halaman rumah warga makam ini tetap kokoh dan tidak mengalami perubahan.

Sulami(80) warga Sungaiselan yang rumahnya tepat di depan makam DW Becking mengungkapkan setiap tahun selalu ada pengunjung yang datang, baik dari sekolah-sekolah hingga turis lokal dan mancanegara.

"Setiap tahun pasti akan selalu ada pengunjung yang datang, sebelumnya tahun 2017 ada beberapa bus yang datang melihat makam DW Becking disini" tuturnya kepada Bangka Pos.

Menurut nenek Sulami yang sudah tinggal 52 tahun dirumah tersebut menceritakan penyebab meninggalnya DW Becking karena kalah dalam pertempuran melawan Batin Tikal pejuang asli Bangka Belitung yang kononnya memiliki kesaktian pada masa Depati Amir.

Meski sudah lama tinggal berdampingan dengan makam DW Becking namun nenek Sulami tidak pernah merasakan hal mistis yang mengganggunya selama ini.

"Kita sudah biasa tinggal disini, selama ini kami hidup tenang nyaman dan damai kami tidak pernah mengalami hal-hal mistis yang mengganggu kami"ujarnya saat ditemui di kediaman rumahnya.

Tulisan dari makam ini pun masih terlihat jelas menggunakan bahasa Belanda yakni Hear Rust DW Becking. Majoor Der Infanterie Mil Kommd Van Banka Ridder Der Mil. Will. Orde geb. te Weerdi 12 Maarl 1808. Overl te Soengei Slan, 25 Februarij 1851.

Beredarnya cerita tentang makam DW Becking yang tinggi, banyak yang mengatakan DW Becking meninggal dalam keadaan berdiri dan juga ada yang bilang dalam keadaan duduk.

"Dulunya rumah ini milik Suhaili warga Sungaiselan, namun waktu itu dijual ke saya" jelas nenek Sulami.

Meski banyak yang berkunjung ke makam DW Becking, selama ini belum ada pembenahan untuk wisata sejarah era zaman kolonial Belanda. Sebelumnya sempat terdengar akan dibangunnya pagar di sekeliling makam akan tetapi tak kunjung dilakukan hingga sekarang.

Sumber: Bangka Pos
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved