TI Di Depan Kantor Kian Marak, Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailat Prihatin

Keberadaan TI tersebut dari arah depan PPN tidak tampak karena tertutup pagar pembatas tetapi suara deru mesin TI tersebut terdengar jelas.

Istimewa
Operasional TI di depan Kantor PPN. 

Laporan Wartawan Bangka Pos, Nurhayati

POSBELITUNG.CO - Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sungailiat Tri Aris Wibowo prihatin maraknya penambangan tambang inkonvensional (TI) yang ada di wilayah PPN Sungailiat utamanya di hulu jembatan dan depan Kantor PPN Sungailiat.

Keberadaan TI tersebut dari arah depan PPN tidak tampak karena tertutup pagar pembatas tetapi suara deru mesin TI tersebut terdengar jelas.

Diakuinya keberadaan TI ini sudah lama tetapi saat ini operasional tambang ilegal tersebut semakin berani.

"Inikan sudah masalah lama dari tahun lalu kami sudah koordinasi dengan polres berkirim surat resmi. Dari polres juga sudah menanyakan posisinya di mana saya sampaikan di depan kantor," ungkap Tri saat dikonfirmasi bangkapos , Rabu (30/5/2018) di PPN Sungailiat.

Bahkan pada tahun 2017 lalu dari Satpol PP Kabupaten Bangka juga sudah pernah melakukan penertiban tetapi para pemilik TI tersebut tidak pernah jera melakukan penambangan.

Diakuinya, dampak keberadaan TI tersebut menyebabkan bertambahnya sedimentasi terhadap alur pelabuhan sehingga mengakibatkan pendangkalan.

Namun ia tidak mengetahui pasti berapa tinggi sendimentasi yang terjadi akibat limbah TI tersebut.

"Sekilas memang sudah pasti setiap saat bertambah karena produksi sedimentasi dari atas dari dulu kan selalu ada. Sementara upaya untuk mengurangi kan nggak ada," sesal Tri.

Diakuinya secara umum konflik antara penambang timah dengan perikanan dan pariwisata tidak pernah selesai di Bangka Belitung. Untuk itu menurut Tri, pentingnya segera diterbitkan perda mengenai zonasi.

"Itu yang mendesak sebenarnya dari pertambangan terhadap dunia perikanan. Kalau dibilang parah ya bukannya sudah bertahun-tahun bahwa suara keluhan lainnya juga selalu ada. Kita sama-sama lihat bahwa sedimentasi semakin banyak, mungkin juga sama-sama berkepentingan memikirkan dari sisi nelayan, perikanan, sementara tambang juga memikirkan dari sisi tambangnya bahwa mereka juga mempunyai hak untuk mencari makan," ungkap Tri.

Dia tidak membantah saat ini produksi hasil tangkapan ikan nelayan berkurang dibandingkan tahun sebelumnya. Dimana untuk tahun 2017 dibandingkan 2016 lalu turun dari sekitar 6.000 ton turun menjadi 4.000 ton.

Tri, tidak bisa mengatakan faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan produksi ikan tersebut, bisa juga karena faktor cuaca.

"Kalau dampak penurunan produksi kan bisa juga langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung terhadap jumlah kapal yang membongkar dan dampak tidak langsungnya penurunan hasil produksi," ungkap Tri.

Disinggung apakah keberadaan TI tersebut menyebabkan banyak nelayan Sungailiat yang pindah ke daerah lain, dia juga tidak mengetahui pasti apakah pindahnya itu karena kesulitan masuk ke muara atau dari fishing groundnya sudah semakin susah di sekitar Sungailiat.

Namun Tri berharap adanya upaya dari pihak aparat pemegak hukum untuk menertiban TI-TI ilegal tersebut agar tidak menyebabkan semakin dangkalnya alur muara pelabuhan.

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved