Menilik Tradisi Gelar Selamat Laut Suak Gual, Ada Pengakuan Nelayan Tentang Hantu Laut
“Ini bukan untuk menghalang-halangi kita dalam mencari nafkah, tapi inti dari Selamat Laut ini adalah agar kita memperoleh keselamatan ..."
Nuansa magis pun terasa ketika Dukun Kampong memulai ritual dengan menghidupkan api di sebuah tempat perdupaan.
Sejumlah perlengkapan lain seperti tepung tawar dan air juag sudah menanti di hadapannya.
Kedua perlengkapan itu tampak diberi baca-bacaan oleh Dukun Kampong.
Di hadapannya juga sudah berjejer sejumlah kantong plastik berisikan dedaunan dan botol air.
Kantong plastik ini merupakan titipan para nelayan untuk Dukun Kampong.
Setelah ritual selesai, prosesi kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa secara Islam.
Setelah doa selesai, tepung tawar dan air dari Dukun Kampong dimasukkan dalam kantong plastik titipan warga.



“Tiga hari setelah ritual ini para nelayan belum boleh melaut, boleh kembali ke laut pada Kamis malam,” kata Dukun Kampong.
Pesan ini diperkuat lagi dengan pernyataan dari Kepala Desa agar para nelayan dan masyarakat mematuhi pesan Dukun Kampong.
Menurutnya kepatuhan terhadap pesan tersebut merupakan penghormatan terhadap tradisi Selamat Laut.
“Ini bukan untuk menghalang-halangi kita dalam mencari nafkah, tapi inti dari Selamat Laut ini adalah agar kita memperoleh keselamatan saat mencari rezeki di laut,” kata Yusup.
Tak lama kemudian nelayan membubarkan diri sambil membawa kantong pulang kantong plastik tersebut.
Ketua Kelompok Nelayan Tigor mengatakan, tepung tawar dan air dari Dukun Kampong akan dicampur dan kemudian dicipratkan ke perahu mereka dengan menggunakan dedaunan.
Terdapat dua jenis daun yang dititipkan dalam kantong plastik nelayan yakni daun Tembiang Berani dan daun Naga Emas.
Sebagian nelayan tampak memilih langsung menyipratkan air bercampur tepung tawar tersebut ke sekeliling badan perahu.