Menilik Tradisi Gelar Selamat Laut Suak Gual, Ada Pengakuan Nelayan Tentang Hantu Laut
“Ini bukan untuk menghalang-halangi kita dalam mencari nafkah, tapi inti dari Selamat Laut ini adalah agar kita memperoleh keselamatan ..."
Namun sebagian lainnya memilih menyiprakannya menjelang habis sore.

Suhai (38) merupakan salah seorang nelayan yang memilih langsung menyiparkan air tepung tawak usai ritual Selamat Laut.
Ia mengaku percaya bahwa Selamat Laut merupakan bagian penting dari aktivitasnya sebagai nelayan.
Ia mengatakan akan mematuhi pesan Dukun Kampong untuk tidak pergi melaut selama tiga hari ke depan.
“Kita akan turuti itu untuk menghindari bala, antu laut (Hantu Laut-red), dan segala macam hal yang buruk yang ada di laut, semua nelayan percaya itu (keberadaan hantu laut-red) bukan hanya nelayan yang ada di Suak Gual ini,” kata Suhai kepada Pos Belitung.
Kepercayaan itu lanjutnya bukannya tanpa alasan. Sebab mereka sudah sering melihat bukti kecelakaan di laut akibat melanggar pesan Dukun Kampong.
“Kalau di langgar, Dukun Kampong tidak akan bertanggung jawab, makanya kita tetap pilih diam di darat, sebagian ada yang milih mengurus kebun, kalau yang tidak ada kebun ya santai-santai aja di warung kopi,” ujar nelayan lainnya, Azhri.
Kepala Desa Suak Gual Yusup Kamarudin memastikan, tradisi Selamat Laut akan terus dimeriahkan seperti ini.
Bahkan ia bertekad untuk membuatnya menjadi lebih meriah pada tahun depan sebagai upaya untuk mempromosikan potensi yang ada di desanya.
Berita ini hasil observasi dan wawancara Pos Belitung, Desember 2014.
Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan kalian tentang budaya di Pulau Belitung ya. (posbelitung.co/Wahyu Kurniawan)