Cerita di Balik Janda Tunanetra yang Doakan Molen Jadi Presiden

Matanya tidak bisa melihat. Berdoa, tiap malam tahajud. Cita-citanya (supaya) ada di sini (mencari jalan keluar). Dia jual jamu tradisional

Penulis: Dedi Qurniawan |
BANGKA POS / DEDY QURNIAWAN
Ibu Samik saat memijit Wali Kota Pangkalpinang Maulan Aklil (Molen), Jumat (4/1/2019). Samik datang menemui Molen pada program Jumat Bahagia yang baru saja dimulai pagi tadi. 

POSBELITUNG.CO,BANGKA- Dua tangan ibu Samik (58) terlihat seperti memohon saat bertemu Wali Kota Pangkalpinang Maulan Aklil (Molen) di rumah dinas Wali Kota Pangkalpinang, Jumat (4/1/2019) pagi.

Warga Bukittani itu adalah satu dari sejumlah warga yang datang pada saat program Jumat Bahagia pertama kali dimulai pagi tadi.

Membawa sepucuk surat yang ditulis di kertas folio dan dilampiri fotokopi KTP, janda tunanetra itu datang bersama anaknya mencurahkan isi hati.

Samik yang penglihatannya mulai terganggu sejak usia 14 tahun itu meminta bantuan dimodali untuk berjualan jamu.

Usaha itu akan dijadikan usahanya yang lain selain memijit. Dia perlu uang tambahan untuk membiayai satu dari lima anaknya yang masih bersekolah.

"Semoga bapak bisa jadi presiden," kata Samik kepada Molen yang saat itu tengah membaca isi surat Samik.

Molen yang mendengar doa seperti itu tampak tersenyum dan sedikit tertawa. Sambil memerintahkan sejumlah kepala dinas untuk mencatat keluh kesah wanita berhijab itu, dia kemudian meminta Samik memijit tangan dan pundaknya.

Samik diajak bercerita dan bercanda. "Ini prioritas ok, sikok ni ok," kata Molen kepada para kepala dinas terkait.

Oleh Molen, nama Samik diminta untuk dicatat guna diberikan bantuan permodalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

"Matanya tidak bisa melihat. Berdoa, tiap malam tahajud. Cita-citanya (supaya) ada di sini (mencari jalan keluar). Dia jual jamu tradisional. Itu bagus. Kalau ada yang suka jamu, nanti jamu ibu tiap Jumat kami taruh di sini....Kelak ke rumah ku ok, kalau (mijit) ni untuk ngetes bai ni," ucap Molen lagi pada pertemuan itu.

Ditemui setelah bertemu Molen, Samik bercerita bahwa rumah dan seisinya habis saat Pangkalpinang dilanda banjir besar beberapa tahun lalu.

Tak lama setelah itu, suaminya meninggal dunia, dan Samik, seorang diri menghidupi keluarganya.

Matanya semakin parah karena banyak menangis setelah suaminya meninggal dunia. "Mata saya ini meletus (semakin parah). Jadi saya tidak sanggup lagi mencari (bekerja).

Sebelumnya saya bisa melihat sedikit-sedikit," ucap Samik. Dia kembali menangis.

Sejak saat itu, ia hidup seorang diri dari pekerjaannya memijit dan berjualan jamu. Kehidupan ekonomi empat anak-anaknya yang telah menikah belum bisa banyak membantu dirinya.

Halaman
12
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved