Kisah Pelari Tuna Netra yang Menginspirasi
Solomon menyelesaikan lomba berjarak 42.195 kilometer tersebut dalam 3 jam 7 menit.
Sebagai pelari tuna netra, Solomon harus diampingi pelari dengan penglihatan normal. Selama ini ia memang ditemani dua pendampingnya, Ariel Goldsmith dan Lior Berhano. Keduanya menemani Solomon menyelesaikan lomba di London Marathon.
"Selama berlomba, saya dan pendamping harus tetap berkomunikasi," jelas Solomon.
"Merekalah mata saya yang meceritakan tentang kondisi lintasan serta suasana sekitar lokasi, baik itu tentang pelari lainnya atau pun adanya rintangan di muka saya. Kami harus memutuskan apakah kami harus melambat, kapan menambah kecepatan atau hal lain. Kami seperti menjadi satu saat lomba. Ini bicara sola rasa kedekatan."
• Lalu Muhammad Zohri Sukses Pecahkan Rekor Manusia Tercepat Asia Tenggara
Menurut Solomon, perbedaan besar antara pelari normal dan pelari tuna netra adalah soal keterlibatan banyak orang.
"Sekarang, saat saya mulai berlari, saya membutuhkan persiapan. Untuk mewujudkan impian saya, sekarang banyak orang harus terlibat dengan mempersiapkan penjemputan, tempat berlatih dan lainnya," lanjut Solomon.
Solomon memuji pelatihnya Daniel Ishta yang bekerja keras termasuk menyiapkan kostum khusus yang lebih nyaman buat pelari tuna netra. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul "Pelari Buta Israel Yang Inspiratif"