Berita Eksklusif

Tebat Rasau Tandus, BP Geopark Belitong hingga Pegiat Lingkungan Kompak Soal TI Ilegal di Sungai

Ketua BP Geopark Pulau Belitong Yuspian sangat menyayangkan kekeringan yang dialami tempat wisata Tebat Rasau.

POS BELITUNG/SUHARLI
Aparat menertibkan tambang inkonvensional (TI) ilegal jenis rajuk di seputaran daerah Aliran Sungai (DAS) Lenggang, Pulau Dapor, Desa Selingsing, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, beberapa waktu lalu. 

Kekeringan di Tebat rasau dinilai karena pengupasan dan pemotongan vegetasi sekitar.

"Kalau ingin kembali, vegetasi lingkungannya dikembalikan, yang terjadi di situ saat ini air berubah menjadi partikel microscopis. Dia masuk ke pori batuan karena vegetasi tidak seimbang. Vegetasi tidak seimbang mengakibatkan air pada muka tubuh Tebat Rasau berubah menjadi partikel microscopis sembunyi di pori batuan jadi tersimpan dibawah itu, jadi itu tidak kering total," jelas Andrey.

Lokasi wisata Tebat Rasau sebelum kekeringan
Lokasi wisata Tebat Rasau sebelum kekeringan (Dok.Disbudpar Belitung Timur)

Tebat Rasau merupakan cekungan terjadi karena gravitasional colev. Ini karena Tebat Rasau kaya akan biota-biota.

"Karena oksida dari pelapukan dua buah bukit tadi, bukit itu dulunya sama cuma itu putus oleh sesar. Sesar karena gaya rilis bukan dari gaya tension. Kalau karena tension hilang Tebat Rasau. Gaya rilis energi yang lebih kecil daripada energi pertama menghasilkan morfologi. Morfologi seperti itu disebut daerah punggungan. Daerah itu sepanjang masa ditumbuhi oleh vegetasi, karena kaya akan oksigen," ujar Andrey.

Menurut Andrey Tebat Rasau masuk dalam formasi Kelapa Kampit dalam tatanan lexicon internasional sekarang ini. 

Pemerintah harus tegas

Ketua Gabungan Pecinta Alam Belitung (Gapabel) Pifin Heriyanto mengatakan, yang menjadi salah satu indikasi, lokasi wisata tersebut kering total lantaran adanya aktivitas tambang dan perkebunan sawit berskala besar tidak jauh berada di lokasi sungai itu.

Terutama perkebunan sawit yang kini banyak menyedot air setiap harinya, harus menjadi pemikiran bersama.

Pemerintah daerah setempat harus kembali melakukan penataan terhadap perkebunan sawit terutama yang berskala besar lantaran bisa berdampak buruk bagi pariwisata.

Pondok peristirahatan untuk wisatawan di Tebat Rasau.
Pondok peristirahatan untuk wisatawan di Tebat Rasau. (Dok.Disbudpar Belitung Timur)

Termasuk wisata Tebat Rasau yang sudah masuk dalam geosite Geopark Pulau Belitong.

"Begitu pula pertambangan timah yang kini semakin merajalela, tentu akan membuat kerusakan semakin parah di bagian sisi darat," katanya.

Sebab bagian ujung dari sungai ini diduga sudah banyak pertambangan timah sehingga Bendungan Pice di Kecamatan Gantung harus dibuka sementara guna menetralisir kekeruhan.

Apabila kondisi tersebut dibiarkan, tentu keparahan kondisi alam akan semakin terjadi. Bukan tidak mungkin ke depan, kekeringan yang lebih parah terjadi secara menyeluruh, mengingat kondisi air yang semakin tidak memiliki aliran dan sumber mata air.

"Yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah yaitu, secara bersama-sama menggandeng penegak hukum untuk melakukan penataan terhadap aktivitas tambang ilegal dan perkebunan sawit berskala besar," ucap Pifin. (*)

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved