Berita Belitung Timur
Banyak Petani Lada di Belitung Timur Beralih karena Harganya yang Terus Merosot
Harga Lada putih di Belitung Timur masih berkisar Rp 39- Rp40 ribu per kilogram. Petani berharap harga lada bisa lebih baik.
POSBELITUNG.CO, BELITUNGTIMUR- Harga Lada putih di Belitung Timur masih berkisar Rp 39- Rp40 ribu per kilogram.
Petani berharap harga lada bisa lebih baik melalui program Badan Pengelolaan pemgembangan Pemasaran Lada (BP3L) Provinsi Bangka Belitung.
Hal tersebut disampaikan oleh Kabid Perkebunan, Dinas Pertanian Pangan Belitung Timur Marlina.
Dia mengatakan kedatangan mereka akan bertahap.
Untuk sementara hanya delapan kelompok tani yang ada di Belitung Timur.
"Jadi semua petani nantinya akan didatangi, yang didatangi pada saat ini mereka yang sebelumnya sudah pernah menerima bantuan pada 2019 lalu dari APBN untuk rehab lada," ujarnya.
Terkait upaya membantu petani lada, Marlina mengatakan melalui dinas pertanian sudah menyalurkan bantuan berupa bibit, pupuk, dan penyuluhan.
Selain itu untuk menekan kendala penyebab menurunnya produksi lada putih, satu di antaranya penyakit Kuning, Marlina mengatakan Dinas pertanian melalui APBD sudah menyelenggarakan sekolah lapangan pengendalian hama terpadu.
Selain itu, menurut Marlina bantuan untuk petani lada dari APBN selain rehab tanaman lada 200 hektar berupa pupuk dan bibit, ada juga bantu intensifikasi 400 hektar berupa pupuk.
Menurut Marlina, yang menjadi perhatian saat ini adalah banyak petani lada yang beralih profesi dikarenakan harga lada yang terus merosot.
"Kami pernah bertanya alasannya kenapa tidak mau meneruskan tani lada, alasannya pupuk dan junjungan tidak atau biaya produksi sudah tidak sesuai lagi, makanya beralih ketanaman sayuran," ujar Marlina.
"Biasanya yang tetap bertahan ini petani-petani lama, karena sudah tradisi mereka kan, kalau yang banyak patah semangat ini kebanyakan pemain baru,apa lagi kalau kena penyakit tanamanya lesu jadinya," ujar Marlina.
Sementara itu Penyuluh pertanian Kabupaten Belitung Timur, Dedi Kurniawan mengatakan tantangan bagi petani lada saat ini mudah tergiur dengan profesi lain yang lebih cepat menguntungkannya misalnya beralih ke timah, selain itu pengaruh dari kurangnya lahan.
Menurut Dedi untuk menambah produksi lada sebenarnya ada teknologi tepat guna standar mengelola kebun lada yang baik sudah ada.
"Tapi bagaimana mereka menerapkannya, karena masih tergiur akan kegiatan lainnya, yang menyebabkan menyebabkan kurang fokus," ujar Dedi.
Deni mencontohkan Vietnam dulunya belajar ke Indonesia bagaimana budidaya lada yang baik dan itu telah diterapkan.
"Ini menurut mereka (BP3L-red) di Vietnam mereka menanam tidak terlalu banyak hanya setengah hektar tetapi fokus, jadi mereka terapkan bagaimana pengelolaan tanah bagaimana tanah sudah siap ditanami tanaman, kemudian perawatan dan pengendalian,hasilnya lebih dari cukup, dibandingkan petani kita yang menannam sampai dengan 1-2 hektar karena tidak fokus hasilnya tlmasih kalah dengan yang ada di vietnam," ujarnya.
Menurut Dedi bila di Vietnam satu Jujungan atau tiang biasanya ditanami 2-3 tanaman, sedangkan kebanyakan disini masih satu tanaman satu tiang.
"Selain itu di Vietnam mereka menggunakan junjungan hidup, jadi memberikan mutualisme, usia tanamannya pun umurnya lebih panjang," ujarnya.
Terkait BP3L, Dedi mengatakan, langkah pengurus baru BP3L manargetkan menaikan harga harga 85 ribu perkilogram.
Menurutnya, karena sistem sudah terbangun para pelaku usaha lada, jadi tidak mudah memberhentikan, masih ada tahapan untuk melindungi harga lada, satu di antaranya mematenkan indikasi geografis.
"Jadi tidak mudah orang menjual belikan lada dari Bangka Belitung keuntungan dari lada bangka Belitung dari kuantitas memang masih kalah, tapi dari rasa tingkat kepedasan lada Bangka Belitung masih terbaik di dunia," ujarnya.
Satu diantara kelompok tani yang didatangi oleh BP3L yakni kelompok tani Desa Bentaian Jaya.
Ketuanya Rusli mengaku anggotanya ada sekitar 20 orang dengan total luasan tanam lada 10 hektar.
Dia mengatakan kedatangan BP3L beberapa waktu lalu ubtuk audiensi sekaligus memetakan luasan tanaman lada pada kelompoknya.
"Kedalanya meski sudah banyak yang nanam tapi hasilnya kurang memuaskan, dari pihak BP3L juga baru berusaha untuk menaikan harga dari lada ini, juga menawarkan untuk pelatihan lada yang tepat dan baik," ujarnya.
Untuk harga lada saat menurutnya sekitar Rp 40 ribu sangat murah dibandingkan biaya oprasional.
Data Lada Belitung Timur
#Jenis komoditas lada tanaman pada kondisi akhir tahun 2019 sbb:
-Luasan 3.763,08 hektar.
produksi akhir tahun 1.698.431,60 kilo,
-Rata-rata perhektar panen 868,42.
-Jumlah petani 5.127
(Sumber : Dinas Pertanian Belitung Timur)
(posbelitung.co / Suharli)
