Di Tengah Pandemi Corona, Edward Kampanye Telur Ceplok, Ajak Masyarakat Jangan Panic Buying

Namun, panic buying ini hanya terjadi di segelintir masyarakat yang memiliki uang cukup untuk membeli bahan-bahan pokok secara berlebihan.

Tribunnews
Telur ceplok 

POSBELITUNG.CO-- Sejak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengumumkan di Istana Kepresidenan, Senin (2/3/2020) dua pasien yang positif terinfeksi virus corona menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat.

Padahal pengumuman yang dilakukan pemerintah agar masyarakat lebih waspada untuk menjaga kesehatan.

Namun kondisi ini membuat masyarakat panic buying atau belanja berlebihan terjadi sehingga banyak warga yang langsung ke mall-mall untuk membeli berbagai kebutuhan rumah tangga.

Kondisi ini terjadi karena mereka khawatir stok makanan habis dan kelaparan.

Namun, panic buying ini hanya terjadi di segelintir masyarakat yang memiliki uang cukup untuk membeli bahan-bahan pokok secara berlebihan.

Bagi mereka yang tak punya uang banyak, hanya bisa pasrah dengan keadaan. Bahkan ungkapan “mereka yang punya duit yang bertahan” seolah menjadi kenyataan.

Situasi ini menjadi perhatian banyak orang. Banyak yang prihatin dengan kondisi tersebut.

Melihat fenomena yang terjadi Edward Suhadi, seorang Creative Director di perusahaan di Jakarta miris dengan keadaan tersebut.

Merespons kondisi tersebut, ia membuat kampanye agar masyarakat tidak panik di tengah pandemi Covid-19 Belakangan, video-video yang dibuatnya disambut positif dan viral di media sosial.

Seperti video kurva, penimbunan, masker hingga telor ceplok ala Edward.

Bahkan video tersebut kerap disadur banyak orang termasuk influencer. Ide telur ceplok Edward membuat video "selalu ada telur ceplok" merespons panic buying di tengah masyarakat.

Dalam video yang dikemasnya, Edward mengingatkan bahwa setiap orang hanya butuh telur ceplok untuk hidup.

Sebab, semua orang di Indonesia suka dengan telur ceplok, apalagi kalau ditambah kecap.

Edward menjelaskan, berbahaya jika panic buying terus terjadi. Mulai dari harga naik dan stok malah kosong. 

Hal itu sudah terjadi pada masker dan hand sanitizer. Kondisi itu merugikan orang yang sangat membutuhkan barang-barang itu seperti dokter, dan perawat.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved