Tanaman Porang Jadi Harapan Warga Cikatomas di Masa Pandemi Covid-19, Harga Biji Bunganya Selangit
Di tengah pandemi Covid-19 yang berdampak pada perekonomian, banyak masyarakat yang mencari solusi.
POSBELITUNG.CO -- Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 yang berdampak pada perekonomian, kini banyak masyarakat yang mencari solusi.
Hal itu pula yang dilakukan oleh warga Dusun Cikatomas, Desa Handapherang, Ciamis.
Adapun mereka mulai ramai-ramai menanam tanaman porang (Amorphophalus muelleri).
Di Dusun Cikatomas, khususnya di Blok Purut RT 15 RW 06, dalam tiga bulan terakhir ada 9 KK yang mulai bercocok tanam porang.
Mereka tergabung dalam komunitas petani porang Purut Makmur Sauyunan.
Kini ada sekitar 5.000 batang porang yang ditanam tersebar di blok itu. Tak banyak memang, tapi sangat menjanjikan.
• Bayangan Berkelebat di Jendela yang Nodai Siswi SMA Hingga Hamil Terungkap, Ternyata Sopir Truk ini
Maklum tanaman itu kini paling diburu dan sangat dicari.
Terutama untuk keperluan industri yang diekspor ke Jepang dan Cina.
Hal ini memunculkan potensi ekonomi yang menjanjikan. Bahkan tanaman porang telah melahirkan banyak orang kaya baru di Tanah Air.
Di Blok Purut tersebut, Hendrawan (33) yang merintis dan memulai bercocok tanam porang pada enam bulan lalu.
Setelah kandas bertani cabai di kampung halamannya di Tambaksari Rancah, bapak tiga anak itu kini lebih banyak tinggal di kampung istrinya di Blok Purut, sambil mencari peluang usaha baru.
Hendrawan tertarik dengan tanaman porang setelah mendengar banyak cerita dan mencari informasi lebih banyak lewat youtube.
Ia tak menyangka kalau tanaman liar yang marak dibudidayakan tersebut banyak ditemukan di areal TPA Cikatomas tak jauh dari Blok Purut.
• Gadis 16 Tahun Pilih Bercinta sama Tukang Bakso ini Meski sang Ayah Cemas Mencarinya, Ini Faktanya
Di kawasan tempat pembuangan sampah itu banyak ditemukan tanaman porang yang tumbuh subur dan tak pernah diambil. Mungkin karena tidak banyak yang tahu.
“Tanaman porang memang mirip suweg atau iles. Bedanya, tanaman porang ada kataknya (ada buah tunggal di ketiak daun) atau buah bulbil. Kalau umbinya sih mirip,” ujar Hendrawan kepada Tribun, Sabtu (30/5).