Modus Ngaku Sebagai HRD Perusahaan, Sopir Angkot Ini Kelabuhi 11 Wanita Sampai Mau Foto Bugil
Pemuda berusia 24 tahun mengaku seorang staf Human Resource Departement (HRD) di salah satuperusahaan.
"Empat korban itu saya setubuhi, ada di kosan teman dan ada di kebun masyarakat," sambung Suherman.
Saat menjalankan aksinya, Suherman memiliki dua peran, yaitu sebagai HRD untuk meminta administrasi berupa uang dan merangkap sebagai tim kesehatan untuk modus cek keperawanan.
Kapolres Cimahi menjelaskan, dari 11 korban tersebut, sudah ada 5 korban yang mendatangi Mapolres Cimahi untuk membuat laporan kepolisian.
Dari tangan pelaku, polisi menyita sejumlah barang bukti seperti ponsel, emas, kartu SIM ponsel, bukti transaksi, dan rekaman (screen shoot) percakapan pelaku dan korban.
• Begini Cara Membalas Para Penipu Online, Bukti Ini Jangan Sampai Hilang, Ingat Jangan Tertipu Lagi!
Rekaman percakapan yang ditunjukkan oleh Kasat Reskrim Polres Cimahi AKP Yohannes Sigiro, bahwa pelaku berperan sebagai seorang wanita yang meminta korban untuk foto tanpa busana untuk keperluan cek fisik.
Dari percakapan tersebut, ada keraguan dan pertanyaan dari korban karena diminta foto bugil.
Namun, Suherman berusaha meyakinkan korban bahwa foto tersebut tidak akan disebarluaskan.
Pelaku memaksa korban untuk mengirimkan foto tanpa busana dan harus dikirim via Whatsapp.
Cerita korban
Sambil berusaha menahan air mata, korban Suherman berinisial SA menceritakan pengalaman buruknya.
"Awalnya saya melihat status WhatsApp teman saya tentang adanya lowongan pekerjaan di PT Ultra Jaya, saya tertarik,"
"Kemudian saya mencoba dan direspons oleh pelaku di kolom komentar Facebook. Saya diminta untuk membuat lamaran," kata SA saat ditanyai oleh Kasat Reskrim Polres Cimahi, AKP Yohannes R Sigiro, Senin (3/8/2020).
• Pria Ini Minta Bantu Dukun Sampai Nyewa Kamar Hotel untuk Obati Istri, Akhirnya Malah Disetubuhi
Selesai buat surat lamaran, pelaku minta korban untuk bertemu di daerah pertigaan Cimareme, Kabupaten Bandung Barat dan pertemuan itu sudah dilakukan.
Pelaku kemudian kembali menghubungi korban dan mengatakan bahwa jika ingin cepat diterima, korban harus mengirim biaya administrasi sebanyak Rp 1,5 juta.
"Awalnya saya kirim via Gopay senilai Rp 500 ribu. Setelah itu, ia kembali meminta foto bugil saya dengan alasan tes keperawanan," ucap SA.