Wajah Presiden Perancis Dijadikan Alas Lantai Diinjak-Injak saat Masuk Toko di Libya

Poster Macron, yang dicetak dengan gambar kaki di wajahnya, ditempel pada interval sesuai protokol kesehatan di toko dekat Tripoli

Editor: Hendra
(Reuters via Daily Mail)
Sebuah toko di Tripoli, Libya, memasang wajah Presiden Perancis Emmanuel Macron sebagai alas lantai guna panduan pembatasan sosial. Langkah itu mereka lakukan sebagai bentuk protes atas keputusan Macron yang membela penayangan kartun Nabi Muhammad. 

POSBELITUNG.CO, TRIPOLI,  -- Bentuk protes dan kecaman kepada Presiden Perancis Emmanuel Macron yang menghina Islam terus terjadi.

Sebuah toko di Libya dilaporkan memasang wajah Emmanuel Macron sebagai alas lantai sekaligus panduan pembatasan sosial.

Mereka memasang wajah Macron sebagai bentuk protes atas komentar sang presiden yang mempertahankan kartun Nabi Muhammad, dan menuai kemarahan Muslim.

Poster Macron, yang dicetak dengan gambar kaki di wajahnya, ditempel pada interval sesuai protokol kesehatan di toko dekat Tripoli.

BACA JUGA:

--> Presiden Perancis Berwajah Iblis, Telinga Panjang Menyeramkan, Balasan Karena Menghina Islam

--> Ari Untung Buang Tas Branded Beharga Ratusan Juta, Geram Presiden Perancis Hina Nabi Muhammad

--> Seruan Boikot Semua Produk Perancis Muncul, Sudah Menghina Umat Islam di Dunia

Di ibu kota Libya itu, massa juga menggelar aksi di mana mereka menginjak serta membakar poster Emmanuel Macron sebagai bentuk kemarahan.

Pada Selasa (27/10/2020), Kementerian Luar Negeri Libya mengecam pernyataan yang mereka anggap sudah "sangat menyinggung dan ceroboh".

Juru bicara kementerian luar negeri seperti dikutip media setempat menegaskan, Macron harus meminta maaf kepada 1,5 miliar umat Islam di dunia.

Presiden Perancis berusia 42 tahun itu menjadi sasaran kecaman setelah berjanji bakal "menindak separatis Islam" di "Negeri Anggur".

Dilansir Daily Mail Kamis (29/10/2020), dia juga membela penerbitan kartun Nabi Muhammad yang membuatnya menuai kecaman dari dunia Islam.

Pembelaan itu disampaikannya setelah seorang guru bernama Samuel Paty dipenggal oleh remaja Chechen berusia 18 tahun pada 16 Oktober.

Guru Sejarah dan Geografi itu dibunuh setelah menunjukkan karikatur kontroversial tersebut, sebagai bagian dari materi kebebasan berekspresi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved