Pencipta Kompor Bahan Bakar Air dari Beltim, Kerja Part Time hingga Harap Beasiswa Kuliah

Siswa SMA Negeri 1 Gantung Rudi Salam berhasil menciptakan teknologi terbarukan dan ramah lingkungan yaitu kompor berbahan bakar air

Penulis: Bryan Bimantoro |
Ist.rudi
Rudi Salam siswa SMA Negeri 1 Gantung yang berhasil menciptakan kompor berbahan bakar air. 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG TIMUR - Siswa SMA Negeri 1 Gantung Rudi Salam berhasil menciptakan teknologi terbarukan dan ramah lingkungan yaitu kompor berbahan bakar air.

Teknologi ciptaannya itu berhasil memenangkan Kompetisi Internasional Science and Invention Fair (ISIF) tahun 2020 kategori Physics, Energy, and Engineering tingkat SMA.

Rudi mengaku sudah suka dengan yang berbau teknologi ini sejak masih duduk di bangku SD. Ia merasa sangat senang ketika merakit-rakit dan menggabungkan beberapa sistem yang nanti bisa menjadi suatu barang baru.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini sejak kecil sudah membuat beberapa prototype namun baru coba-coba. Baru saat ia masuk SMA, banyak lomba-lomba dan mulai diseriusi akhirnya bisa menciptakan teknologi yang berguna bagi masyarakat.

Tahun 2019 lalu ia menciptakan teknologi pendeteksi dini banjir dan berhasil memenangkan juara satu dalam event Teknologi Tepat Guna tingkat Kabupaten Belitung Timur. Kemudian di event yang sama tahun 2020 menciptakan alat pengukur Ph tanah dan berhasil mendapatkan juara harapan tiga.

Kepada posbelitung.co, Selasa (18/11/2020) lelaki kelahiran Gantung, 3 April 2003 ini mengaku mendapatkan inspirasi menciptakan inovasi-inovasi itu karena sering berbaur di masyarakat dalam berbagai aktivitas.

Ia aktif dalam pramuka dan Saka Kalpataru Dinas Lingkungan Hidup Beltim sebagai Ketua Bidang Sumber Daya Baru.

"Dari berbagai interaksi itu saya terpacu untuk menciptakan berbagai teknologi ini. Supaya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat," ujar Rudi yang berhobi menggambar ini.

Siswa kelas 12 jurusan IPS ini berkeyakinan jika alat yang diciptakan dengan teman sekelasnya Gilang Ramadhan ini lebih murah dibandingkan prototype yang sudah ada. Untuk satu unit kompor air ia menghabiskan biaya produksi sebesar Rp 600 ribu. Sedangkan menurutnya kompor serupa di luaran yang ia ketahui mencapai belasan juta.

Namun, keefisienan kompor berbahan bakar air yang ia ciptakan ini menurutnya belum bisa maksimal dirasakan dari segi manfaat karena baru berupa prototype saja. Maka dari itu, ia sangat berharap Pemerintah Daerah Belitung Timur maupun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mendukung pengembangan inovasinya ini.

Ia yakin jika dikembangkan lagi maka akan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.

"Kemarin alat untuk pendeteksi dini banjir masih ada di kami. Namun karena belum ada pengembangan lebih lanjut jadi mandek produksinya," ujar putra dari Abdul Salam dan Sitti Aminah ini.

Lebih lanjut, Rudi mengaku ia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya hanya buruh dan ibunya ibu rumah tangga biasa. Karena itu untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya selama sekolah ia sambil bekerja menjadi waitress di satu cafe di Gantung.

Ia mengaku tidak malu untuk sekolah sambil bekerja karena menurutnya malu tidak bisa memberinya makan.

Ia mengatakan keseriusannya dalam berbagai lomba juga untuk mencari beasiswa kuliahnya. Ia yang berasal dari keluarga sederhana dirasa akan memberatkan orang tuanya jika ia melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri.

Jika mendapat beasiswa ia mengatakan akan berkuliah di UGM jurusan Arsitektur karena hobinya dalam menggambar. Selain itu ia juga sudah punya alternatif kuliah yaitu di UNY dengan jurusan yang berkaitan dengan pengembangan teknologi.

"Semoga dengan keahlian yang saya miliki ini bisa berguna serta membanggakan orang tua dan daerah ke depannya," harap Rudi. (Posbelitung.co/BryanBimantoro)

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved