Berita Belitung

Kasus Positif Covid-19 di Belitung Masih Tinggi, Ketua IDI Belitung Angkat Suara, Ini Tanggapannya

RSUD Marsidi Judono Tanjungpandan membuka ruang isolasi D demi mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19 yang kembali bertambah.

Penulis: Dede Suhendar |
Pos Belitung/Disa Aryandi
Kondisi ruang isolasi RSUD H Marsidi Judono Kabupaten Belitung, kamis (19/3). 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG - RSUD Marsidi Judono Tanjungpandan membuka ruang isolasi D demi mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19 yang kembali bertambah.

Berdasarkan data terakhir, pasien Covid-19 yang menjalani perawatan di RSUD berjumlah 36 orang dari 56 bed yang disiapkan.

Melihat kondisi tersebut, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Belitung Ikhwan Gusnadi menyatakan siap membantu dari sisi tenaga kesehatan.

"Semalam RSUD sudah berkoordinasi tentang kondisi full bed itu. Kami hanya bisa membantu solusi apa saja yang kurang," ujarnya kepada posbelitung.co, Kamis (25/2/2021).

Ia mengatakan, sebelumya pengurus IDI Kabupaten Belitung pernah menyampaikan usulan dan saran kepada para pemangku kepentingan untuk mengatasi penyebaran Covid-19.

Namun hingga saat ini para pemangku kepentingan masih mencari waktu yang tepat.

Oleh sebab itu, kata Ihkwan, saat ini IDI bersikap pasif dalam artian melakukan tindakan sesuai tupoksi utamanya memperkuat pelayanan kesehatan.

Menurutnya IDI tidak lagi bicara penerapan protokol kesehatan ataupun tracing karena tidak memiliki kewenangan pada ranah tersebut.

"Kami dari petugas kesehatan tergantung kebijakan pemda. Kemarin kami pernah memberikan usulan dan saran kepada pemerintah untuk mengatasi penyebaran wabah Covid-19 di Belitung bahkan sudah bolak-balik tapi pemangku kepentingan belum ada waktu. Sehingga saat ini IDI sebagai garda terdepan melakukan tindakan sesuai tupoksi kami," jelasnya.

Ia mengakui, jika kebijakan yang dilakukan pemda tidak berubah maka secara otomatis kasus Covid-19 juga akan tetap bertambah.

Menurutnya, saat ini kesadaran penerapan prokes sudah jauh menurun. Berdasarkan pengalamannya turun ke lapangan, masyarakat memang takut terjangkit virus tapi justru abai dengan prokes.

"Kalau ini begini terus maka suatu saat akan kolaps, jika berharap pada vaksin kan juga lambat," katanya.

Meskipun demikian di sisi lain menjadi sebuah dilema jika upaya penanggulan pencegahan Covid-19 dibenturkan dengan masalah ekonomi.

Misalnya terdapat warga isolasi mandiri di rumah selama dua minggu diawasi tenaga kesehatan. Jika tanpa bantuan, warga tersebut akan sulit bertahan karena mereka harus tetap mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari.

"Ini kan dilema, kami harus mengawasi tapi di sisi lain mereka harus tetap mencari nafkah. Sementara kami tidak bisa menekan," katanya.

Oleh sebab itu, kata dia, saat ini IDI hanya fokus menyelamatkan masyarakat yang tertular Covid-19 dan menyiapkan tenaga jika terjadi kondisi pasien meningkat drastis.

Sebab, IDI tidak bisa bicara terlalu jauh di luar tupoksi mereka.

posbelitung.co /dede s

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved