Berita Belitung
Terkait Kabar Penundaan Operasi Bayi Usia Tiga Hari, Ini Klarifikasi RSUD Marsidi Judono
Manajemen RSUD Marsidi Judono memberikan klarifikasi atas kabar penundaan operasi kolostomi terhadap bayi Nicky Fernando
Penulis: Dede Suhendar |
POSBELITUNG.COM, BELITUNG -- Manajemen RSUD Marsidi Judono memberikan klarifikasi atas kabar penundaan operasi kolostomi terhadap bayi Nicky Fernando anak dari pasang Sujono dan Sudiarti.
Direktur RSUD Marsidi Judono dr Hendra SpAn mengatakan dalam memutuskan tindakan kepada pasien semua dokter akan berpegang teguh pada mutu dan keselamatan pasien, baik itu dari sisi kondisi dokter yang melakukan tindakan, kondisi pasien dan kondisi sarana prasarana pendukung.
Oleh sebab itu, semuanya harus clear dan pada kondisi tertentu dokter harus memutuskan tindakan yang sangat beresiko dengan kemungkinan terburuk sehingga dibutuhkan persetujuan keluarga sebelum tindakan dilaksanakan.
"Untuk bayi yang dikerjakan di RSUD Marsidi Judono telah melalui tahapan yang saya sampaikan di atas. Sebelum tindakaan pembiusan dan operasi kondisi pasen stabil menangis kuat dan tampak masih baik. Alhamdulillah operasi berjalan lancar tanpa kendala dan bayi dikembalikan ke ruangan perawatan perinatalogi dengan kondisi stabil dan baik," jelas Hendra kepada Posbelitung.co, Jumat (6/8/2021).
Baca juga: Hari Ini 120 Orang Kasus Baru Terpapar Covid-19 di Belitung, 533 Orang Dilakukan Tracking
Baca juga: 8 Pasien Covid-19 Bergejala Berat Dirawat di RSUD Belitung Timur, Dua Orang Meninggal Dunia
Ia menambahkan tindakan selanjutnya masih menyisakan beberapa tahap lagi untuk pembuatan anus definitif pada bayi.
Kemungkinan operasi yang akan dilakukan sekitar tiga sampai empat kali lagi namun masih menunggu usia bayi di atas enam bulan.
Sementara ini kondisi bayi masih stabil dibuktikan dengan tangisan yang kuat.
"Terkait kabar penundaan, seperti yang saya jelaskan di atas perlu persiapan SDM, pasien dan sarpras pendukung yang optimal terlebih dahulu. Selain itu perlu komunikasi dan koodinasi yang baik antara semua pihak yang terkait dengan suatu tindakan operasi untuk memastikan mutu dan keselamatan pasen terjamin," katanya.
Wabup Kesal dan Kecewa
Diberitakan sebelumnya, Wakil Bupati Belitung sempat kesal sekaligus kecewa atas penundaan operasi oleh beberapa rumah sakit terhadap bayi berusia empat hari yang mengidap kelainan tanpa lubang anus.
Bahkan jabatan wakil bupati yang melekat padanya seakan tidak berfungsi karena selama tiga hari anak pasangan Sujono (37) dan Sudiarti (39) tak kunjung mendapat kepastian operasi.
Sementara bayi laki-laki yang diberi nama Nicky Fernando itu belum mendapat asupan makanan karena terkendala saluran pembuangan.
Pada akhirnya RSUD Marsidi Judono melakukan operasi kolostomi membuat lubang di bagian perut sebagai saluran pembuangan feses sekitar pukul 10.30 WIB, Jumat (6/8/2021).
"Saya minta para dokter untuk lebih mengedepankan sisi kemanusiaan ketimbang alasan medis. Saya seorang wabup saja yang punya akses menembus ke mana-mana itu sulit, apalagi rakyat biasa yang tidak punya akses, mereka harus berharap kepada siapa," sesal Isyak saat ditemui Posbelitung.co di rumah dinasnya.
Ia menuturkan awalnya mendapat informasi dari kepala dusun, Desa Pelempang Jaya, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung tentang seorang bayi yang membutuhkan pertolongan.
Menurutnya pihak RSUD Marsidi Judono awalnya sempat meminta pasien dirujuk dengan berbagai alasan.
Ia mengklaim sudah mengonfirmasi ke dokter bedah yang bersedia melakukan operasi tetapi harus mendapat persetujuan dari dokter anastesi.
Namun dokter anastesi tidak bersedia operasi dilakukan di RSUD karena merupakan rujukan Covid-19 dan lainnya.
"Karena keluarga pasien tidak memiliki BPJS Kesehatan maka menempuh jalur praktekelir di RS Utama. Tapi belum ke sana baru berkomunikasi dengan dokter bedah dan berpendapat tidak bisa ditangani di Belitung," jelas Isyak.
Baca juga: Resmi Pinangki Dipecat dari Kejaksaan, Fasilitasnya Sudah Dicabut, Hukuman Didiskon Jadi 4 Tahun Bui
Baca juga: Lionel Messi Tinggalkan Barcelona, Joan Laporta Marah Salahkan Aturan Liga Spanyol
Sempat muncul solusi dari RSUD Marsidi Judono mengarahkan agar pasien dibawa ke RSUD Belitung Timur.
Isyak langsung berkoordinasi kepada bupati beserta Direktur RSUD Belitung Timur dan mendapat persetujuan.
Namun lagi-lagi dua orang dokter bedah tidak bersedia melakukan operasi kolostomi pada bayi.
"Masalahnya adalah seluruh rumah sakit menolak sudah dirujuk ke sana-sini. RSUD Marsidi kondisinya dokter bedah bersedia tapi dokter anastesi tidak bersedia, RS Utama justru sebaliknya anastesi bersedia tapi bedahnya tidak, padahal anastesinya sama padahal manajemennya sudah oke," ungkap Isyak prihatin.
"RSUD Beltim, direkturnya setuju tapi dua dokter bedahnya tidak bersedia. Awalnya satu dokter sudah saya lobi setuju tapi semalam bilang tidak setuju akhirnya semuanya batal," sesal Isyak.
Ia menegaskan di tengah kondisi pandemi Covid-19 dan penerapan PPKM level IV, merujuk pasien akan menjadi kendala terutama transportasi.
Ditambah kondisi pasien baru berusia empat hari sehingga butuh perhatian ekstra.
Kekecewaan Isyak dilampiaskan dalam sebuah tulisan di akun media sosialnya yang berjudul sedih.
"Kita harus menggunakan akal sehat dan nurani ketika ada seorang bayi mengidap kelainan yang tanpa ditindak secara medis dalam tanda petik akan meninggal dalam waktu 48 jam secara medis walau pun kita bukan Tuhan. Jadi pilih mana dilakukan operasi dengan resiko kematian tapi ada secercah harapan atau hanya diam tanpa berbuat apa-apa," ungkap Isyak.
Menurutnya kejadian tersebut hanya contoh kasus dan dirinya mengingatkan kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Belitung terkait kode etik dokter agar jangan pernah memilih-milih pasien yang gampang dioperasi.
"Ini kita misi kemanusiaan, keluarga harus dijelaskan kondisi terburuknya dan apapun yang terjadi nantinya keluarga harus menerima. Yang kami mau itu emergency action-nya dulu untuk membuat pembuangan sementara, setelah itu selanjutnya kita rujuk ke rumah sakit di luar daerah," katanya.
Miss Komunikasi

Bayi laki-laki bernama Nicky Fernando, anak pasangan Sujono dan Sudiarti tak kunjung mendapat kepastian operasi selama tiga hari dari pihak rumah sakit.
Bayi yang mengidap kelainan tanpa lubang anus atau atresia ani tersebut bahkan belum mendapat asupan makanan karena terkendala saluran pembuangan.
Sebelumnya pihak keluarga harus berupaya ke sana kemari mencari rumah sakit yang bersedia melakukan operasi kepada bayi itu.
Barulah kemudian, Jumat (6/8/2021) sekitar pukul 10.30 WIH pihak rumah sakit umum daerah melakukan tindakan operasi kolostomi, membuat lubang di perut sebagai saluran pembuangan feses.
Menanggapi kasus yang terjadi pada bayi Nicky, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Belitung dr Ikhwan Gusnadi mengatakan kemungkinan ada salah paham.
"Mohon maaf. Bayinya ternyata sudah dioperasi tadi siang. Saya rasa mungkin ada salah paham dan miskomunikasi saja," tulisnya melalui pesan daring kepada posbelitung.co.
Ia juga menyebut, pihaknya akan terus melakukan pembinaan kepada anggota IDI. Dalam hal ini dokter yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
Pasutri Ini Bersyukur Bayinya Bisa Dioperasi

Sujono (37) dan Sudiarti (39) hanya bisa pasrah melihatnya anaknya Nicky Fernando yang berusia empat hari lahir dengan kelainan atresia ani atau tanpa anus.
Bahkan ketika mereka bersama kerabatnya harus berupaya mencari rumah sakit yang bersedia mengoperasi anaknya.
Sebagai seorang ibu, Sudiarti hanya menginginkan tindakan medis untuk anaknya meskipun dengan resiko terburuk.
Ditambah kondisi ekonomi keluarga yang berharap penghasilan suaminya sebagai penjual permen dan snack di toko-toko.
Doa keduanya terjawab, setelah berupaya dibantu Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie, putra mereka akhirnya dioperasi pihak RSUD Marsidi Judono pada Jumat (6/8/2021) pagi.
"Kami sudah mendatangi rumah sakit Belitung, kami tanya-tanya, di suruh ke sana kami pergi tapi cuma tunggu-tunggu. Tapi kami berterima kasih kepada RSUD yang berani ngambil tindakan," ujarnya saat ditemui posbelitung.co di rumah kontrakannya.
Ia menuturkan putra pertamanya bersama Sujono lahir di praktek bidan pada Selasa (3/8/2021) lalu sekitar pukul 10.00 WIB.
Setengah jam kemudian, dirinya dikabarkan bidan bahwa bayinya mengidap kelainan atresia ani atau tanpa lubang anus.
Akhirnya bayinya segera dibawa ke RS Utama dan dinyatakan harus dioperasi dengan kisaran biaya Rp40 juta karena rumah sakit tidak melayani peserta BPJS Kesehatan.
"Harus ada dana Rp40 juta karena RS Utama, lalu minta dirujuk ke RSUD. Di sana ditanya operasi apa, berapa, cuma kena Rp5,6 juta harus siap Rp10 juta untuk biaya obat, kamar segala macam karena non BPJS nanti setelah aktif baru ditanggung," ungkapnya.
Kemudian, keluarga meminta bayi mendapat perawatan di RSUD Marsidi Judono sembari mencari solusi.
Pada Rabu (4/8/2021) pihak keluarga dihubungi RSUD mengabarkan pasien akan dirujuk ke RSUD Belitung Timur.
Alasannya RSUD Marsidi Judono rawan Covid-19 dan keterbatasan persediaan oksigen.
"Kamis (5/8/2021) pagi kami dikabari RSUD Marsidi Judono kalau RSUD Beltim katanya kalau mau datang, datang saja cuman tidak janji dapat atau tidak operasi," katanya.
Baca juga: Tak Perlu Biaya Mahal, Hilangkan Flek Hitam di Wajah Cukup Pakai Lidah Buaya, Caranya Mudah Banget!
Baca juga: Tolak Tawaran Membalap, Valentino Rossi Beberkan Alasannya Pensiun dari MotoGP Musim Depan
Pihak keluarga lalu diminta kembali berkoordinasi dengan RS Utama dengan solusi operasi dilakukan di RS Utama tapi perawatan pasca operasi di RSUD Marsidi Judono.
Namun, dokter bedah di RS Utama keberatan dan disarankan di rujuk ke rumah sakit RSCM.
"Kami sempat menghubungi Pak Isyak untuk dirujuk ke rumah sakit provinsi tapi katanya ICU di sana penuh," katanya.
Akhirnya Sudiarti dan Sujono hanya bisa pasrah karena dari beberapa rumah sakit tidak bersedia melakukan operasi kolostomi kepada anaknya.
Ditambah kondisi pandemi Covid-19 dan penerapan PPKM level IV membuat beban keluarga semakin tertekan.
Tiba-tiba pada Jumat (6/8/2021), dirinya mendapat telpon dari pihak RSUD Marsidi Judono mengabari bahwa operasi anaknya siap dilakukan.
"Kami datang sekitar pukul 08.30 WIB memang sudah siap semua, tinggal tanda tangan dan dijelaskan resikonya," kata Sudiarti.
Ia dan suaminya mengucapkan terima kasih kepada Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie yang terus memberikan pendampingan dan berkoordinasi dengan semua pihak demi penanganan anaknya.
"Terima kasih banyak kepada Pak Isyak yang mau membantu, meskipun saya bukan orang asli Belitung," kata Sudiarti.
(Posbelitung.co/Dede Suhendar/Adelina Normalisari)