Kemanapun Pergi Presiden AS Bawa Tas Tombol Nuklir, Khawatir Salah Pencet, Seisi Dunia Hancur Lebur
Tas berisi instruksi, rencana serangan, dan kode untuk memulai serangan nuklir yang hanya dapat digunakan oleh presiden dan selalu dibawanya pergi
Satu-satunya batasan pada presiden AS, dalam hal ini, adalah legalitas serangan.
Hukum perang akan memungkinkan pejabat militer untuk menolak melaksanakan perintah dalam melakukan sesuatu yang ilegal.
Baca juga: Gatot Nurmantyo Sebut Ada Bukti TNI Disusupi PKI, Ngabalin: Menyesatkan, Pertanyakan Ada Agenda Apa
Laporan Congressional Research Service mengatakan, "Tetapi, pertanyaan tentang legalitas perintah - apakah itu konsisten dengan persyaratan, di bawah hukum konflik bersenjata untuk kebutuhan, proporsionalitas, dan perbedaan - lebih cenderung mengarah pada konsultasi dan perubahan dalam perintah presiden, daripada ke penolakan oleh militer untuk melaksanakan perintah itu."
Jika presiden memang memutuskan untuk memerintahkan serangan nuklir, dia biasanya akan berkonsultasi dengan kepala militer tentang pilihannya.
Dalam "koper nuklir", presiden AS akan disediakan opsi untuk menyerang dan peralatan komunikasi guna memerintahkannya secara resmi.
Presiden AS bakal menggunakan kartu kode unik untuk dirinya sendiri yang disebut "biskuit".
Itu untuk mengesahkan identitasnya sebagai panglima yang diberi wewenang memerintahkan serangan nuklir.
Selanjutnya, perintah peluncuran nuklir akan dikirim ke Komando Strategis AS.
Di sana, ada perwira yang mengonfirmasi perintah berasal dari presiden dan eksekusi akan dilakukan.
Serangan nuklir bisa terjadi paling cepat dua menit dari perintah untuk peluncuran rudal nuklir berbasis darat, atau 15 menit dari kapal selam.
Baca juga: HEBOH Warga Sekampung Tidur Tak Bangun Berhari-Hari, Alami Halusinasi Lihat Kuda Terbang dan Ular
Derek Johnson dari organisasi anti-nuklir Global Zero mengatakan, "Orang-orang dalam rantai komando mungkin secara teknis menolak untuk mematuhi perintah, tetapi perintah yang diverifikasi dianggap sah."
"Tekanan untuk patuh akan sangat besar," ungkapnya.
Dalam semua prosedur ini, tidak ada ketentuan dalam sistem komando dan kontrol nuklir untuk mengecualikan perintah, jika presiden terlihat tidak stabil secara mental dan mengabaikan nasihat para jenderalnya.
Jika memang pengaktifan tombol nuklir dilakukan presiden AS saat emosinya tidak stabil, satu-satunya pilihan adalah mengaktifkan Amendemen ke-25.
Yakni tentang pencopotan presiden dari kekuasaan.
Artikel ini sudah ditayangkan oleh Intisari.Grid.Id dengan judul: Kemarahan Presiden AS Bisa Picu 'Kiamat' Dunia, Cukup Aktifkan Tombol Ini, Hancurlah Dunia Tanpa Ada yang Bisa Mencegah