Dinkes Belitung Imbau Masyarakat Waspada DBD, Kejadian Luar Biasa Bisa Berpola 3 atau 4 Tahun Sekali
Penekanan populasi nyamuk penyebar DBD juga harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit.
Penulis: Adelina Nurmalitasari | Editor: Novita
POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung, Joko Sarjono, mengatakan, masyarakat harus mewaspadai terjadinya lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Berdasarkan data yang dikumpulkan dalam 10 tahun terakhir, kejadian luar biasa (KLB) DBD dapat berpola tiga atau empat tahun sekali.
"Kalau berpola tiga, kemungkinan bisa tahun ini. Kalau berpolanya empat, tahun depan (2023). Saya sampaikan hati-hati sekarang, terutama agar angka bebas jentik bisa mencapai 95 persen. Artinya, setiap 100 rumah, 95 rumah harus bebas jentik," jelas Joko kepada Posbelitung.co, Rabu (12/1/2022).
"Kewaspadaan dimulai tahun sekarang karena DBD ini tidak boleh dianggap sepele," imbuhnya.
Jika merujuk pola kasus tahun-tahun sebelumnya, kenaikan kasus yang disebabkan nyamuk Aides Aegypti ini terjadi mulai September. Terutama ketika terjadi peningkatan curah hujan.
Makanya, lanjut Joko, pada Juli-Agustus, pihaknya sudah mempersiapkan untuk membagi abate secara massal.
Penekanan populasi nyamuk penyebar DBD juga harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit.
Mengaktifkan kembali kader juru pemantau jentik (jumantik) akan dilakukan agar bisa membantu menggerakkan masyarakat dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Sepanjang 2021, kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Belitung sebanyak 136 kasus.
Meskipun sebaran kasus yang terjadi fluktuatif, jumlah kasus tertinggi terjadi pada Oktober, yakni 24 kasus.
Sementara kasus terendah terjadi pada April yang hanya empat kasus.
"Biasanya durasi tingginya kasus DBD terjadi selama 7 bulan, dari September sampai April. April menurun karena curah hujan yang berkurang," kata Joko.
Dari sejumlah kasus tersebut, empat di antaranya dinyatakan meninggal dunia.
Ada beberapa faktor penyebab kasus pasien DBD sampai meninggal dunia, seperti penanganan yang terlambat sehingga trombosit menurun atau hematokrit naik lebih dari 20 persen.
Joko juga mengimbau agar terjadi demam yang menandakan gejala DBD agar segera dibawa ke fasilitas layanan kesehatan.
Disamping itu, agar masyarakat menurunkan populasi nyamuk dengan melakukan PSN.
"Kalau fogging cuman kalau ada kasus. Tidak boleh terlalu sering, karena khawatirnya nyamuk menjadi resisten atau kebal," tandasnya. (Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari)