Posisi Amerika Makin Terjepit, Bentrok dengan China dan Rusia, Kejahatannya Dibongkar di Sidang PBB
China dan Rusia bela Korea Utara, musuh AS makin bertambah. Kejahatan kemanusiaan Amerika di Suriah, Irak dan Afganistan dibeberkan di sidang PBB
POSBELITUNG.CO, GENEWA, - Posisi Amerika Serikat sebagai negara terkuat di dunia kini makin terjepit.
Pasalnya dalam sidang Dewan Keamanan PBB yang digelar Rabu (12/5/2022), perwakilan Amerika Serikat terlibat konfrontasi panas dengan China dan Rusia.
Hal dipicu oleh keinginan Amerika Serikat yang seenaknya ingin menerapkan sanksi kepada Korea Utara seperti yang dilakukannya kepada Rusia.
Amerika Serikat menginginkan agar PBB menindaklanjuti persiapan uji coba nuklir ke tujuh yang dilakukan oleh pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un.
Baca juga: Amerika dan NATO Beri Senjata Tua ke Ukraina, Bisa Ditertawakan Rusia, Sekali Tembak sudah Rusak
Sementara hubungan Amerika Serikat dengan Korut diketahui memang kurang erat.
Keinginan Amerika Serikat yang ingin memperketat atau menambah sanksi kepada Korut ini terang-terangan di tentang oleh China dan Rusia.
Sebaliknya China dan Rusia malah menginginkan agar Korea Utara diberikan kelonggaran atas sanksinya.
Terang saja dua keinginan yang berbeda ini menjadi perdebatan panas di sidang Dewan Keamanan PBB.
Padahal Amerika Serikat sendiri diketahui merupakan negara yang sama dengan Korea Utara.
Sama-sama memiliki senjata nuklir.
Baca juga: Amerika Kesal India Borong Minyak Rusia, Tak Sanggup Beli BBM Rakyat Inggris Terancam Kedinginan
Pertemuan darurat badan PBB, yang bertanggung jawab atas perdamaian dan keamanan global, terjadi di tengah kekhawatiran bahwa Korea Utara akan melanjutkan uji coba nuklir dalam beberapa minggu mendatang.
"Sudah waktunya untuk berhenti memberikan izin diam-diam dan mulai mengambil tindakan," kata duta besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield sebagaimana dilansir AFP pada Kamis (12/5/2022).
"Kita harus cepat bergerak untuk memperkuat... rezim sanksi, tidak mempertimbangkan keringanan sanksi."

Thomas-Greenfield menolak rancangan resolusi dari China dan Rusia, yang bertujuan untuk meringankan sanksi yang dikenakan pada 2017.