Perang Rusia dan Ukraina
Ngotot Jatuhkan Sanksi, Kemunafikan Jerman Terkuak, Sok Bela Ukraina Tapi Butuh Minyak dan Gas Rusia
Bantu Ukraina perang lawan Rusia, Menteri Ekonomi Jerman ungkap negaranya bisa parah tanpa pasokan minyak dan gas dari Rusia
POSBELITUNG.CO, BERLIN - Sejumlah negara di Eropa sangat menentang Rusia yang menginvasi Ukraina.
Imbasnya, Rusia pun kemudian disanksi oleh negara-negara di eropa yang dimotori oleh Amerika Serikat.
Salah satu negara eropa yang menentang Perang Rusia dan Ukraina adalah Jerman.
Bahkan, Jerman sampai rela membantu Ukraina dengan memberikan sejumlah peralatan militernya.
Padahal Jerman sendiri sangat membutuhkan kerjasama dengan Rusia.
Baca juga: China Menentang Dewan HAM PBB, Penyelidikan Kejahatan Perang Rusia dan Ukraina Bermotif Politik
Hampir sebagian minyak dan gas Jerman harus membelinya dari Rusia.
Sementara Jerman sendiri malah membantu Ukraina untuk berperang melawan Rusia.
Jerman bahkan sempat sesumbar tak membutuhkan gas Rusia dan bisa beralih ke energi lain untuk listriknya.
Faktanya ternyata Jerman belum siap lepas dari gas Rusia.
Hal ini diungkapkan oleh Wakil Kanselir dan Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck.
Menurut pejabat itu, Berlin masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum mengambil langkah seperti itu.
Habeck mengatakan larangan prematur impor minyak Rusia dapat memicu kenaikan harga dan mungkin mengganggu rantai pasokan (barang).
“Kita perlu membangun infrastruktur lebih cepat” untuk mendatangkan pasokan alternatif,” kata Habeck di Berlin Kamis (12/5/2022) waktu setempat, dikutip Russia Today, Jumat (13/5/2022).
Baca juga: Posisi Amerika Makin Terjepit, Bentrok dengan China dan Rusia, Kejahatannya Dibongkar di Sidang PBB
Jerman menetapkan langkah bertahap mengakhiri ketergantungannya pada sumber daya energi Rusia terkait operasi militer Moskow keUkraina.
Berlin berencana mengganti minyak dan batu bara Rusia pada akhir tahun ini dan berhenti membeli gas Rusia pada 2024.
Sejauh ini negara tersebut memenuhi permintaan Rusia sehubungan mekanisme pembayaran gas berbasis mata uang rubel. Dua importir gas utama Jerman, VNG dan Uniper, menyatakan kesiapan mereka
Cina Ingatkan Dewan Keamanan PBB
Di Markas PBB New York, Cina memberi tahu PBB tindakan menghukum Moskow tidak akan membawa perdamaian ke Ukraina
Kampanye sanksi barat menghukum Rusia atas konflik Ukraina akan menjadi bumerang, menyebabkan penderitaan di seluruh dunia.
Aksi itu sebaliknya, gagal mempromosikan perdamaian di bekas republik Soviet. Hal itu dikemukakan Wakil Duta Besar Cina untuk PBB, Dai Bing.
Dai Bing membuat komentarnya saat Dewan Keamanan bertemu membahas krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina.
Ia menyerukan satu-satunya solusi nyata konflik Ukraina adalah kesepakatan damai yang dinegosiasikan.
Dai Bing mendorong Rusia dan Ukraina bekerja sama untuk memungkinkan lebih banyak evakuasi warga sipil dan anak-anak.
“Sanksi tidak akan membawa perdamaian tetapi hanya akan mempercepat limpahan krisis, memicu krisis pangan, energi dan keuangan di seluruh dunia,” kata Dai Bing di New York.
Baca juga: Amerika Kesal India Borong Minyak Rusia, Tak Sanggup Beli BBM Rakyat Inggris Terancam Kedinginan
Dia menambahkan, terus menjatuhkan sanksi pada Moskow akan memaksa anak-anak di seluruh dunia menderita konsekuensi pahit
Mencapai perdamaian adalah perlindungan terbaik bagi anak-anak,” kata Dai.
Solusi Konflik Ukraina Dialog Damai
“Dialog dan negosiasi adalah cara paling realistis dan layak untuk mencapai gencatan senjata dan menghentikan perang. Komunitas internasional harus mendorong Rusia dan Ukraina untuk kembali ke jalur negosiasi dan terus mengumpulkan kondisi politik untuk pemulihan perdamaian,” katanya.
Alih-alih mencoba memaksakan resolusi melalui sanksi, menurut Dai, negara-negara barat dan sekutu mereka sebenarnya menyebabkan lebih banyak kerugian bagi anak-anak.
Terutama mereka yang tinggal di tempat-tempat yang dilanda perang seperti Afghanistan, Yaman, Tanduk Afrika dan wilayah Sahel.
“Cina sekali lagi meminta pihak-pihak untuk tetap rasional dan menahan diri, mengatasi prasangka dan perselisihan, dan melakukan upaya tak henti-hentinya untuk penyelesaian awal krisis di Ukraina,” serunya.
AS dan sekutu NATO-nya telah mempelopori kampanye sanksi, mencoba mengisolasi Rusia dan menghancurkan ekonomi dan mata uangnya.
Namun, rubel sebenarnya lebih kuat hari ini daripada sebelum krisis Ukraina dimulai, rebound dari level terendah bersejarah yang dicapai pada Maret.
Faktanya, ini telah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia sejauh ini pada tahun 2022, meskipun ekonomi Rusia dilaporkan terkontraksi sekitar 12 persen tahun ini.
Sementara itu, kekurangan pangan dan energi membayangi di seluruh dunia, dan inflasi mencapai level tertinggi dalam 40 tahun di AS dan sebagian Eropa Barat.
Presiden Vladimir Putin mengklaim sanksi memicu krisis ekonomi global. Ia menimpakam kesalahan pada elite negara-negara Barat yang berusaha mempertahankan dominasi global mereka.
Rusia menyerang Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan negara tetangga tersebut untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik secara paksa.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)
Ikuti kabar terbaru Perang Rusia dan Ukraina di Posbelitung.co
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jerman Tak Siap Embargo Gas Rusia, Cina Ingatkan Ancaman Kelaparan Global,