Perang Rusia dan Ukraina

AS dan Eropa Ditipu Ukraina, Senjata Dijual Bantuannya Dikorupsi, WNA Perancis Ngeri Kejamnya Azov

AS dan Eropa tuding Rusia penjahat perang, relawan asal Perancis ungkap fakta sebaliknya, Ukraina siksa tentara Rusia, bantuan senjata eropa dijual

Editor: Hendra
()
Rudal anti tank FGM-148 Javelins, bantuan dari Amerika Serikat untuk Ukraina melawan militer Rusia 

POSBELITUNG.CO -- Bantuan kepada Ukraina terus mengalir dari Amerika Serikat dan sejumlah negara-negara di Eropa.

Bahkan baru-baru ini Amerika Serikat memberikan bantuan sistem rudal canggihnya untuk membantu Ukraina melawan Rusia.

Tak hanya perlengkapan militer, sokongan dana juga diberikan untuk membiaya Ukraina.

Meskipun bantuan terus mengalir, tetapi Ukraina tak juga bisa menandingi kekuatan militer Rusia.

Rupanya bantuan dari Amerika Serikat dan negara di Eropa malah disalahgunakan oleh pihak Ukraina.

Tak sedikit pejabat tinggi Ukraina malah menjadi kaya dari bantuan tersebut.

Baca juga: Pejabat Rusia Marah, Ancam Habisi Separuh Eropa dengan Satan 2, Lebih Mengerikan dari Bom Hiroshima

Bantuan senjata yang diberikan bukannya untuk melawan Rusia, tetapi justru dijual lagi dan uangnya di korupsi.

Sejumlah relawan yang simpatik dan membantu Ukraina kini malah berbalik arah.

Selain mendapatkan perlakuan buruk, mereka juga mendapat intimidasi dari militer Azov, Ukraina.

Hanya sebagai umpan peluru, mereka diberikan perlengkapan dan senjata seadanya dari militer Ukraina.

Sejumlah relawan warga negara asing (WNA) pun mengungkapkan perlakuan buruk dari pihak Ukraina.

Bantuan senjata hingga perlengkapan militer yang begitu banyak dari negara-negara barat ternyata tak semuanya sampai ke tujuan.

Banyak faktor menyebabkan bantuan tidak digunakan sebagaimana mestinya karena adanya korupsi hingga campur tangan oknum.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, temuan ini dilaporkan oleh media asal Kanada Toronto Star.

Laporan dilakukan dengan mewawancarai sejumlah WNA yang menjadi tentara sukarelawan hingga sebuah kelompok di Kanada yang mengumpulkan dana untuk membantu keperluan militer para tentara Ukraina.

Banyak para sukarelawan yang berpengalaman di perang Irak hingga Afghanistan menolak untuk maju berperang di Ukraina karena minimnya senjata dan perlengkapan.

Baca juga: Inilah Sosok Politisi Wanita India Dicari Umat Islam di Seluruh Dunia Karena Menghina Nabi Muhammad

Sementara itu ada pula sukarelawan yang dengan senang hati maju memerangi pasukan Rusia hanya dengan bekal tiga buah magazin dan satu senjata AK-47 tanpa rompi dan helm.

Pemerintah Ukraina juga dituding tidak memberi pelatihan yang cukup kepada para relawan sebelum mereka dikirimkan maju ke garis depan.

Seorang tentara medis bernama Kurtis Pasqualle mengatakan, pelatihan yang seharusnya membutuhkan waktu empat bulan dipercepat menjadi hanya tiga minggu saja.

Kelompok pendonor dari Kanada turut mencurigai adanya korupsi yang dilakukan oleh oknum di Ukraina sehingga bantuan dari negara-negara barat termasuk Kanada tidak sampai ke tujuan.

Pada minggu lalu, kepala administrasi militer Ukraina di bagian barat Ukraina ditahan atas dugaan menyalahgunakan ambulans untuk layanan berbayar.

Lalu pada April seorang wali kota ditahan atas dugaan menerima suap untuk menyalurkan kendaraan minibus hasil donasi ke pihak tertentu.

Di bagian selatan Ukraina terdapat seorang oknum yang ditahan karena menjual senjata donasi dari negara lain ke pasar gelap termasuk peluncur granat anti-tank.

Berdasarkan laporan Toronto Star, pada tahun lalu Indeks Kejahatan Teroganisir Global mencatat Ukraina sebagai salah satu pasar senjata terbesar di Eropa.

Baca juga: Rusia Serbu Gudang Penyimpanan Roket Himars AS di Ukraina, Kemampuannya Bisa Tandingi Senjata Moskow

Di sisi lain, seorang sukarelawan asal Perancis menuturkan kesaksian mencengangkan saat bertugas di Ukraina.

Ia mengaku sempat ditawan tentara Azov dan melihat sendiri kekejaman mereka pada tawanan Rusia.

Diungkapkan bahwa pasukan kontroversial tersebut banyak melakukan kejahatan perang dan merupakan penganut Nazi di era modern.

Ia pun mempertanyakan mengapa Barat masih terus memasok senjata untuk kelompok berbahaya itu.

Diketahui, militer Rusia memperkirakan bahwa lebih dari 6.500 orang asing dari setidaknya 62 negara beroperasi di seluruh Ukraina.

Kebanyakan dari mereka terlibat langsung di dalam medan pertempuran.

Satu dari antaranya adalah Adrian Bocquet, mantan tentara Angkatan Darat Perancis yang menghabiskan beberapa minggu di Ukraina.

Ia bertugas mengirimkan peralatan dan pasokan medis.

Selama berada di area konflilk, Bocquet mengaku menyaksikan kekejaman yang dilakukan oleh Resimen Azov, pasukan tempur neo-Nazi yang beroperasi di bawah Garda Nasional Ukraina.

"Di sana (Ukraina), di tempat itu saya melihat kejahatan perang. Saya melihat banyak kejahatan perang. Satu-satunya kejahatan yang saya lihat selama hari-hari saya di sana dilakukan oleh pasukan Ukraina”, kata Bocquet, dilansir TribunWow.com dari Daily Telegraph, Jumat (13/5/2022).

Bocquet mengatakan dia menghabiskan beberapa minggu di negara itu untuk membantu pengiriman bantuan kemanusiaan medis ke rumah sakit dan panti asuhan.

Tetapi sebagian dari bantuan ini justru berakhir di tangan militer Ukraina.

“Saya melihat tentara Rusia yang ditawan, diikat dan dipukuli. Mereka dibawa (ke daerah penahanan) dalam kelompok tiga atau empat dengan minibus," kata Bocquet.

"Setiap prajurit yang keluar dari minibus menerima peluru dari senapan Kalashnikov di lutut. Mereka yang mengaku sebagai perwira ditembak di kepala."

Namun Bocquet merasa kaget atas banyaknya pemberitaan yang tak sesuai dengan kenyataan di medan perang.

"Ketika saya kembali ke Prancis, saya sangat terkejut dengan apa yang dikatakan orang-orang yang diundang di acara TV itu," kata Bocquet.

"Ada jurang pemisah antara apa yang saya lihat dan dengar di TV dan apa yang saya lihat di lokasi. Bagi saya itu keji."

Relawan tersebut mengatakan bahwa dia melihat pejuang Resimen Azov beroperasi di seluruh negeri, dengan ciri khas tambalan rune gaya Nazi mereka menonjol.

"Saya sangat terkejut bahwa Eropa masih memberikan senjata kepada kekuatan yang dalam pandangan saya adalah neo-Nazi, yang memiliki lambang neo-Nazi. Kami tidak membicarakannya. Ini adalah lencana SS yang diperlihatkan di seluruh Ukraina, di mana-mana," tutur Bocquet.

"Tidak ada seorang pun di Ukraina yang khawatir tentang ini, sementara kami mempersenjatai mereka dengan senjata Eropa. Mereka pergi dan melakukan kejahatan perang, saya melihatnya sendiri," tambahnya.

Mantan tentara itu mengatakan dia sempat menghadapi 10 jam menegangkan dalam penahanan oleh Azov.

Mereka menggeledah dan menanyainya tentang apa yang dia lakukan di negara itu.

Dia akhirnya diusir dari negara itu melalui Slovakia sebelum melakukan perjalanan ke Polandia, kemudian naik pesawat kembali ke Prancis.

Bocquet adalah orang asing terbaru yang berada di Ukraina untuk mengungkap dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Ukraina.

Bulan lalu, prajurit nasional Denmark di Ukraina mengkonfirmasi kepada media lokal bahwa tentara Rusia yang ditangkap telah dieksekusi.

Beredar Video Tentara Ukraina Siksa Prajurit Rusia

Pada Selasa (5/4/2022) beredar di media sosial sebuah video menampilkan aksi sejumlah tentara Ukraina melakukan penganiayaan terhadap beberapa tahanan.

Video ini muncul di tengah memanasnya konflik antara Rusia dan Ukraina.

Total terdapat dua video yang beredar di medsos.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, dalam satu video ditampilkan sejumlah tentara Ukraina secara brutal menangkap sejumlah warga sipil.

Terekam bagaimana seorang tentara menghajar seorang pria yang berdiri dalam posisi membungkuk dan berdarah-darah.

Setelah memukuli pria tersebut, pelaku pemukulan melihat seorang pria lain.

Pria lain ini juga dalam kondisi babak belur dan celananya basah karena air seni.

Para tentara Ukraina itu kemudian ramai-ramai meledek pria yang mengompol tersebut.

Setelah itu para tentara Ukraina tersebut menanyakan para pria yang ditangkap apakah mereka menghormati pasukan militer Ukraina.

Seorang pria yang ditangkap tampak ketakutan berteriak "Jaya lah Ukraina," ucap pria tersebut.

Video kedua menampilkan belasan tentara Ukraina berseragam menghajar empat orang yang terkapar di bawah.

Dalam video kedua ini, para tentara memukuli para tahanan lalu memborgol mereka.

Seorang tentara terlihat menendang tahanan di bagian kepala.

Aksi pemukulan tahanan ini telah dikonfirmasi oleh Walikota Dnipro, Boris Filatov.

Boris menyebut aksi tersebut dilakukan oleh anggota badan intelijen Ukraina yang sedang melakukan penangkapan penjahat.

Boris menjustifikasi aksi pemukulan itu dan menjelaskan bahwa para pria yang ditangkap itu merupakan bos-bos kriminal.

Mereka dituding telah melakukan penganiayaan terhadap pasukan militer Ukraina, hingga melukai warga sipil.

Boris menyampaikan, penangkapan kriminal ini merupakan peringatan terhadap para penjahat bahwa mereka tidak bisa lari dari hukuman.

Sebelumnya pemerintah Rusia menyatakan tengah melakukan penyelidikan terkait beredarnya sebuah video penyiksaan tentara Rusia oleh tentara Ukraina.

Di dalam video tersebut ditampilkan para tentara Rusia yang telah menjadi tahanan perang disiksa secara sadis hingga ada yang tewas saat diinterogasi.

Komite Investigatif Rusia menyatakan, video tersebut beredar luas di dunia maya.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, saat ini Kepala Komite Investigatif Rusia, Alexander Bastrykin mengatakan tengah mengumpulkan segala bukti yang terkait dengan insiden tersebut.

Sementara ini video itu diduga diambil di sebuah fasilitas militer milik pasukan Ukraina di bagian timur Ukraina.

Komite Investigatif Rusia menduga ada keterlibatan kelompok nasionalis Ukraina dalam penyiksaan terhadap tentara Rusia yang menjadi tahanan perang.

Ada beberapa bagian video yang beredar di internet.

Di dalam sebuah video ditampilkan tentara Rusia yang menjadi tahanan perang dalam kondisi berbaring di tanah penuh luka dan babak belur.

Tentara yang terluka kemudian diinterogasi oleh sejumlah pria bersenjata yang mana menggunakan aksesori khas tentara Ukraina.

Beberapa tentara Rusia yang terluka parah tampak tewas di tengah proses interogasi.

Pada video lain turut diperlihatkan tiga tentara Rusia kakinya ditembak dari jarak dekat. (TribunWow.com/Anung/Via)

Ikuti informasi terbaru Perang Rusia dan Ukraina di Posbelitung.co

Sumber: TribunWow.com

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved