Penembakan Istri TNI
Suami Otaki Penembakan Istri Demi Selingkuhan, Kopda M Janjikan Rp 200 Juta dan Mobil Yaris
Kopda TNI Muslimin ternyata menjanjikan uang Rp 200 juta kepada empat pelaku penembakan yakni Sugiono, Ponco, Agus dan Supriyono
POSBELITUNG.CO -- Terungkap fakta baru kasus penembakan istri anggota TNI di Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah, terungkap.
Kopda TNI Muslimin ternyata menjanjikan uang Rp 200 juta kepada empat pelaku penembakan yakni Sugiono, Ponco, Agus dan Supriyono.
Jika berhasil menembak mati Rina Wulandari, Kopda Muslimin juga menjanjikan sebuah mobil Yaris.
Hal ini disampaikan Agus "Gondrong" saat menyinkronkan keterangan tersangka yang digelar di Mapolresta Semarang, Rabu (27/7/2022).
"Awal dijanjikan Rp 200 juta.
Kalau berhasil mengeksekusi dijanjikan mobil Yaris," ujarnya.
Namun ternyata janji pemberian mobil tidak diketahui tiga pelaku lain.
"Saya ngga tahu (janji mobil)," kata Sugiono dan diikuti geleng kepala Ponco dan Supriyono.
Sosok Ponco
Sosok Ponco, salah satu eksekutor penembakan istri TNI di Banyumanik membuat orang yang mengenalnya terkejut.
Pasalnya ia dikenal warga sekitar rumah tinggalnya sebagai pemuda yang biasa saja dan tidak tercatat pernah berbuat kejahatan.
Seperti diketahui, Dua di antara 5 tersangka penembakan istri TNI tercatat sebagai warga Kota Semarang.
Mereka masing-masing Ponco Aji Nugraha (26) dan Supriyono alias Sirun (45).
Ponco tercatat sebagai warga Kampung Alas Tuo Siwalan 1 RT 3 RW 6 Tlogosari Wetan, Pedurungan.
Pelaku Sirun warga Kampung Karangtengah 1 Genuksari RT 1 RW 3, Genuk, Kota Semarang.
Penangkapan para tersangka tentu membuat warga kaget lantaran aksi mereka terhitung keji.
"Baru tahu tadi malam lewat media sosial , saya lihat kok kenal, ini kan Ponco mantan warga sini," ucap ketua RT 1 RW 6, Siwalan, Tlogosari Wetan, Subur (42) kepada tribunjateng.com.
Subur mengaku, kaget dan tak menyangka atas keterlibatan Ponco dalam aksi percobaan pembunuhan tersebut.
Musababnya, Ponco selama hidup bergaul di kampung bersikap biasa saja.
"Ya biasa saja, gaul biasa layaknya seperti pemuda pada umumnya, rapat ikut, acara kumpul-kumpul ikut," katanya.
Ia menilai, kekagetan warga tersebut itu lumrah.
Sebab, tak menyangka Ponco nekat melakukan hal seperti itu.
"Kalau kenakalan remaja seperti mabuk itu lumrah, ini mau bunuh orang sudah berlebihan, berat ini, sangar," terangnya.
Ia menyebut, Ponco dan keluarganya sudah lama tinggal di kampungnya dengan mengontrak sebuah rumah.
Ia tak tahu persis asal keluarga tersebut dan berapa jumlah anggota keluarganya.
Mereka tinggal di kampung tersebut sejak Ponco usia remaja.
Ayahnya bekerja sebagai petugas leasing motor.
"Ayahnya pendatang hingga meninggal dunia di sini, Selepas kematian ayahnya baru keluarga itu bubar pergi dari kampung sekira tiga tahun lalu sebelum pandemi Covid-19," jelasnya.
Terpisah, Ketua RT 1 RW 3 Genuksari, Ristiyono (46) menjelaskan, Supriyono alias Sirun (45) tidak tercatat sebagai warga di kampungnya.
Ketika diperlihatkan foto wajah Sirun, Ristiyono semakin menegaskan bahwa Sirun memang bukan warganya.
"Saya sudah 15 tahun tinggal di sini, tidak mengenal Sirun di antara warga kami baik sebagai warga pribumi maupun pendatang," katanya.
Ia menjelaskan, data Sirun yang tercatat sebagai warga RT 1 RW 3 Genuksari dapat saja terjadi.
Hal itu terjadi lantaran Sirun mungkin pernah tinggal di kampungnya.
"Mungkin saja dulu pernah tercatat sebagai warga sini tapi data belum pindah.
Saya pribadi tak mengenalnya, bisa saja jauh sebelum saya jadi ketua RT," paparnya.
Alasan bunuh istri
Terungkap sudah siapa di balik penembakan Rina Wulandari, istri anggota TNI, di Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan keterangan eksekutor yang dibekuk polisi, dalang di balik penembakan itu adalah suami korban, Kopda Muslimin (Kopda M).
Kopda Muslimin merencanakan pembunuhan terhadap istri sah, untuk memuluskan hubungannya dengan wanita selingkuhan berinisial W.
Rencana Kopda Muslimin yang menyewa pembunuh bayaran, berujung kegagalan.
Dua kali tembakan dilepaskan eksekutor tak menewaskan Rini Wulandari.
Kopda M sempat mengajak selingkuhannya untuk melarikan diri setelah rencananya menghabisi sang istri sah gagal.
Namun, ajakan Kopda Muslimin ditolak oleh W.
"Sudah diajak lari, namun W itu tidak mau," kata Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi di Mapolda Jateng, pada Senin (25/7/2022).
W saat ini sudah diamankan pihak kepolisian.
"Saksi berinisial W yang merupakan pacar Kopda Muslimin sudah bersaksi," kata Irjen Luthfi.
Selain pengakuan dari kekasih Kopda Muslimin, para pelaku lapangan atau eksekutor yang berjumlah empat orang itu mengaku dapat arahan dari Kopda Muslimin.
Kopda Muslimin suami dari Rina Wulandari korban penembakan di jalan Cemara III nomor 7 RT 8 RW 3 Kelurahan Padangsari Kecamatan Banyumanik Semarang.
Para pelaku lapangan mengaku dibayar Rp 120 juta untuk melancarkan aksinya.
Diketahui insiden penembakan terhadap R, istri Kopda Muslimin disebabkan karena cinta segitiga pelaku dengan perempuan lain.
"Motifnya karena Kopda Muslimin punya pacar lagi," kata Luthfi.
Peristiwa berdarah itu terjadi pada Senin (18/7/2022) lalu di sebuah perumahan Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Korban merupakan istri prajurit TNI Kopda Muslimin. yang mana pelaku saat ini masih dalam pengejaran tim gabungan TNI dan Polri.
Kopda M berkali-kali lakukan upaya pembunuhan sang istri
Upaya Kopda M membunuh Rina Wulandari, istri sahnya bukan sekali ini terjadi.
Sebelum menyewa pembunuh bayaran, Kopda Muslimin sempat berupaya membunuh istrinya dengan cara diracun. Namun, gagal.
Kopda Muslimin lantas melakukan upaya lain untuk menghabisi nyawa istrinya.
Ia melakukan pecobaan pembunuhan lewat upaya pencurian di rumah korban dengan target menghabisi nyawa korban.
Tidak berhasil juga, lantas Kopda Muslimin berupaya membunuh korban dengan cara mistis.
Lima tersangka kasus penembakan istri TNI yang diotaki Kopda Muslimin atau Kopda M di Semarang, Jawa Tengah.
"Ada pula upaya menewaskan korban dengan menggunakan cara santet," kata Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi di Mapolda Jateng, Senin (25/7/2022).
Upaya menggunakan ilmu hitam pun pun gagal, hingga akhirnya Kopda Muslimin menyewa eksekutor.
Irjen Ahmad Luthfi menjelaskan sudah sekitar satu bulan lalu tersangka Kopda M memerintahkan orang yang disewanya dengan target untuk membunuh istrinya.
"Sudah sekitar 1 bulan lalu suami korban memerintahkan dengan target menewaskan istrinya," kata Irjen Ahmad Luthfi.
Lantas, rencana pembunuhan pun dimulai.
Menurut Kapolda, sebelum mengeksekusi korban para pelaku membeli senjata api yang diduga rakitan.
Pembelian senjata api tersebut terjadi H-3 sebelum kejadian seharga Rp 3 juta.
Kemudian keempat pelaku melakukan pematangan eksekusi pada pukul 08.00, Senin (18/7/2022).
Eksekusi penembakan terhadap korban dilakukan pada pukul 11.38 WIB.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Demi Selingkuhan, Kopda M Berkali-kali Buat Rencana Bunuh Istri Sah, Tapi Selalu Gagal
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/belitung/foto/bank/originals/27072022-kopda-m.jpg)