Perang Rusia dan Ukraina
Rusia Tak Tergoyahkan, Eropa sudah Kewalahan Bantu Ukraina, Stok Senjata dan Amunisi Makin Menipis
Stok persenjataan dan amunisi Uni Eropa untuk Ukraina makin menipis, para Menhan UE malah berdebat cari cara beli senjata baru untuk Ukraina
POSBELITUNG.CO -- Perang Rusia dan Ukraina kini sudah mendekati 200 hari atau tepatnya baru 195 hari.
Rupanya perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan sudah menghabiskan banyak energi dan biaya.
Ukraina yang dibantu oleh Amerika Serikat serta Uni Eropa pun mulai kewalahan untuk menghadapi serangan Rusia.
Diketahui persenjataan militer Ukraina terus dipasok oleh Uni Eropa serta Amerika Serikat.
Namun karena perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan rupanya kini membuat stok persenjataan Uni Eropa (UE) semakin menipis.
Baca juga: Rusia Gunakan Serangan Energi, Setop Kirim Gas, Zelensky Tuduh Putin Ingin Hancurkan Eropa
Sedangkan untuk memproduksinya dalam waktu yang cepat sangat sulit untuk dilakukan.
Apalagi kini sejumlah negara di Eropa dan dunia mengalami krisis sejak Perang Rusia dan Ukraina berlangsung.
Tak hanya pangan, yang paling menyulitkan saat ini industri pertahanan yang sulit memproduksi persenjataan.
Hal ini imbas dari Rusia yang menghentikan pengiriman gas dan lainnya ke negara-negara di Eropa.
Seorang Diplomat top Eropa sudah diingatkan terkait stok persenjatannya.
Saat ini stok senjata dan amunisi Uni Eropa untuk mendukung Ukraina makin menipis.
Sementara Rusia sendiri hingga saat ini belum tergoyahkan. Bahkan Rusia kini disebut melakukan strategi perang energi.
Menyetop pasukan gas ke sejumlah negara Eropa. Imbasnya harga listik dan gas di negara eropa melambung hingga 100 sampai 200 persen.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell mendesak negara-negara anggota untuk lebih mengoordinasikan pengeluaran militernya.
Baca juga: Rusia Kuras Uang Amerika, Alasan Bantu Ukraina Joe Biden Minta 11,27 Miliar Dollar ke Kongres AS
Hal ini diungkapkan Borrel dalam forum debat dengan anggota Parlemen Eropa, Senin (5/9/2022).
"Stok militer sebagian besar negara anggota (UE), saya tidak akan mengatakan habis, tetapi terkuras dalam proporsi yang tinggi, karena kita menyediakan banyak kapasitas untuk Ukraina," kata Borrel, dikutip dari The Guardian.
"Ini harus diisi ulang. Cara terbaik untuk mengisi ulang adalah melakukannya bersama-sama. Ini akan lebih murah," imbuhnya.
Jika negara UE terus memperluas kemampuan militernya dengan cara yang sama, maka akan terjadi pemborosan besar, jelas Borrel.
Borrel mengakui Uni Eropa seharusnya mulai melatih angkatan bersenjata Ukraina sejak setahun yang lalu.
Tepatnya, beberapa bulan sebelum tetangganya, yakni Rusia, melancarkan invasi.
Sebenarnya, beberapa negara anggota telah mengusulkan operasi semacam ini.
Seandainya UE merespons pada saat itu, kata Borrel, menurutnya blok ini akan berada dalam situasi yang lebih baik sekarang.
"Sayangnya kami tidak melakukannya, dan hari ini kami menyesal."
"Kami menyesal bahwa Agustus lalu kami tidak mengikuti permintaan ini, memenuhi permintaan ini," ujarnya.
Dalam pertemuan di Republik Ceko pekan lalu, para menteri pertahanan UE mendebatkan cara untuk mengumpulkan bahan dan sumber daya militer yang lebih baik
serta membeli amunisi dan senjata dalam jumlah besar seperti sistem pertahanan udara yang terus dibutuhkan Ukraina.
Bantuan Tambahan Uni Eropa
Ukraina dan UE menandatangani kesepakatan bantuan baru senilai €500 juta.
Ini ditujukan untuk mendukung pembangunan perumahan, pendidikan, dan pertanian.
Komisi Eropa mengumumkan paket tersebut dalam pertemuan di Brussel bersama Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal.
Selain paket bantuan terbaru, Ukraina juga akan dapat mengajukan permohonan ke dana ekonomi digital UE untuk mengembangkan pelatihan dan industri teknologi tinggi.
Pertemuan pada Senin (5/9/2022) ini di Brussel merupakan kali pertama sejak Ukraina diterima sebagai kandidat resmi untuk bergabung dengan UE.
Euro Merosot
Penutupan pipa gas utama ke Eropa oleh Gazprom Rusia menyeret mata uang Euro jatuh di bawah $0,99 untuk pertama kalinya dalam 20 tahun.
Kondisi ini, meningkatkan krisis ekonomi di negara-negara di Eropa yang sebelumnya sudah dilanda lonjakan harga energi.
Dilansir Financial Times, euro turun 0,7 persen ke level terendah $0,988 dalam perdagangan sore di Asia pada Senin (5/9/2022), menandai pertama kalinya mata uang tunggal itu turun di bawah $0,99 sejak 2002.
Penurunan tiba-tiba di bawah ambang batas terjadi setelah Rusia menghentikan aliran gas alam tanpa batas waktu melalui pipa Nord Stream 1.
Keputusan Gazprom, perusahaan migas negara Rusia, bakal membatasi pasokan energi ke Eropa dan meningkatkan risiko resesi di blok ini.
Menurut analis, setiap keputusan Rusia terkait gas dengan memotong aliran melalui Nord Stream 1 secara substansial dapat memperumit rencana Bank Sentral Eropa (ECB) untuk normalisasi kebijakan moneter.
"Tugas European Central Bank (ECB) sangat rumit oleh ketidakpastian atas pasokan gas Rusia," kata Brian Martin, kepala penelitian ekonomi G3 di ANZ.
"Keputusan Moskow untuk menghentikan aliran gas melalui pipa Nord Stream meningkatkan risiko pertumbuhan turun sambil meningkatkan prospek inflasi," imbuhnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Diplomat Top Eropa Sebut Stok Senjata UE Menipis karena Terus Dikirim ke Ukraina,