Wisata Belitung

Wisata Belitung: Nirok Nanggok, Tradisi Masyarakat Belitung dalam Menangkap Ikan di Musim Kemarau

Nirok nanggok adalah cara tradisional masyarakat Belitung menangkap ikan di sungai atau di danau saat musim kemarau. Usia nirok nanggok sudah lebih...

Editor: M Ismunadi
posbelitung.co/dok.
Wartawan posbelitung.co sedang memegang Tirok saat meliput pelaksanaan tradisi Nirok di Desa Batu Penyu. 

POSBELITUNG.CO -- Nirok nanggok adalah cara tradisional masyarakat Belitung menangkap ikan di sungai atau di danau saat musim kemarau.

Keberadaan nirok nanggok tidak dapat diidentifikasi kapan mulai ada, namun berdasarkan keterangan dari sejumlah informan, dapat dipastikan usia nirok nanggok ini sudah lebih dari 100 tahun.

Melansir dari kemdikbud.go.id, munculnya ritus nirok nanggok berkaitan erat dengan pola okupasi masyarakat berupa berladang (beume taun) yang sangat bergantung pada alam.

Pada masa berladang, di sela aktivitas masyarakat menanam padi dan aneka tanaman bumbu masakan lainnya, masyarakat melakukan aktivitas menangkap ikan menggunakan tirok, yaitu alat yang menyerupai tombak serta tanggok (tangguk).

Penggunaan kedua alat tangkap tersebut kemudian mempengaruhi nama dalam ritus ini, yaitu nirok nanggok.

Baca juga: Wisata Belitung: Tari Sepen, Tari Tradisional Simbol Pergaulan Masyarakat Belitung

Mengutip dari dispar.belitung.go.id, tirok adalah sebuah tongkat kayu yang di bagian pangkalnya dipasang mata tombak tanpa penyangga (ruit) yang terbuat dari besi.

Sementara tanggok adalah sebuah wadah yang terbuat dari rotan yang dijalin, digunakan untuk menanggok atau menangkap ikan.

Ritual ini merupakan wujud kearifan lokal dalam melestarikan ekosistem sungai, karena penangkapan ikan dilakukan di sungai yang telah ditentukan dan diatur oleh dukun air.

Pada zaman dulu, tradisi nirok nanggok sering diadakan di desa-desa bagian daratan Belitung. Musim sangat menentukan kegiatan ini bisa dilaksanakan atau tidak.

Saat kemarau, debit air sungai akan menyusut dan sebagian membentuk kubangan yang dalam bahasa Belitung disebut 'lembong'.

Ikan-ikan yang berada di lembong kemudian berhasil ditangkap dalam jumlah yang banyak.

Meski terkesan hanya kegiatan mencari ikan, namun sebelum melakukan aktivitas nirok nanggok, terdapat rangkaian panjang yang harus dilalui.

Bahkan, dalam beberapa rangkaian tradisi ini, ada tahap yang bersifat sakral dan berisi peraturan ketat yang tidak boleh dilanggar.

Baca juga: Wisata Belitung: Maras Taun, Tradisi Belitung yang Melegenda di Era Modernisasi

Bagian paling sakral dari acara nirok nanggok adalah ketika dukun kampung memanjatkan doa sebagai perwujudan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang telah diperoleh melalui alam semesta.

Prosesi tradisi nirok nanggok akan dipimpin oleh dukun kampung dan dihadiri oleh para pemuka kampung serta penduduk setempat. Tradisi ini bertujuan untuk menyatukan masyarakat serta melestarikan tradisi.

Nirok nanggok selalu dilakukan beramai-ramai, bahkan bisa mencapai ratusan orang. Setiap orang akan memegang satu tombak dan berdiri saling berdekatan sambil menusuk-nusukkan tombaknya ke dalam air secara acak.

Dengan banyaknya tombak yang menghujam dasar sungai, diharapkan ikan akan terkena hantaman tirok dan tidak bisa berenang menjauh.

Acara penangkapan ikan secara masal ini banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Kembiri di bagian Selatan Pulau Belitung.

Acara ini hanya diadakan pada musim kemarau panjang, yakni antara bulan September sampai dengan Oktober.

Secara umum pelaksanaan tradisi mirok nanggok terbagi menjadi dua tahapan. Tahapan pertama yaitu proses sebelum pelaksanaan, danĀ  tahapan kedua yaitu proses ketika nirok nanggok berlangsung.

Pada tahapan pertama, dukun kampung dan dukun air akan menentukan waktu dan tanggal terbaik untuk pelaksanaan acara nirok nanggok.

Setelah itu dukun kampung dan dukun air akan menentukan dan meninjau lokasi yang tepat untuk penyelenggaraan nirok nanggok.

Tidak semua sungai atau lembong yang surut amau digunakan untuk acara, sebab hanya sungai yang surut dan memiliki banyak ikan saja yang bisa digunakan untuk acara nirok nanggok ini.

Kemudian dukun kampung dan dukun air akan memberi tahu masyarakat untuk menyiapkan alat berupa nirok dan tanggok untuk acara. Setelah itu baru masuk ke tahap kedua, yaitu pelaksanaan.

Saat nirok nanggok dijalankan, semua warga baik pria maupun wanita serta anak-anak akan berkumpul di tempat atau sungai yang telah ditentukan dengan membawa perlengkapan yang telah disiapkan.

Sebelum turun ke sungai, warga akan menunggu terlebih dahulu dukun kampung dan dukun air memanjatkan doa agar acara nirok nanggok berlangsung lancar dan semua masyarakat terhindari dari kejadian yang bersifat negatif.

Dalam acara nirok nanggok bisa saja terjadi hal buruk yang tidak inginkan, seperti tirok yang mengarah ke kaki atau adanya ular dan binatang berbahaya yang salah tangkap.

Setelah doa dipanjatkan, inti acara dari nirok nanggok akan dilaksanakan, yaitu warga akan bersama-sama turun ke sungai untuk mencari ikan.

Akhir dari acara nirok nanggok adalah ketika sudah didapati wadah penuh dengan ikan. Ikan yang paling dicari dan diincar oleh warga dalam acara nirok nanggok ini adalah ikan baung.

Hal ini dikarenakan ikan baung memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Ikan ini diketahui tinggi protein dan omega 3 serta rendah lemak yang sangat menyehatkan bila dikonsumsi.

Nirok nanggok sengaja dihadirkan dengan tujuan untuk menjaga dan melestarikan tradisi setempat. Fungsi dan tujuan lainnya adalah untuk menjaga kekompakan dan persatuan warga masyarakat.

Saat hampir semua warga desa berkumpul, maka akan ada sosialisasi yang berlangsung di sana. Dari sinilah maka rasa persaudaraan antar warga kemudian terpupuk semakin tebal.

(Posbelitung.co/Fitri Wahyuni)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved