Berita Belitung

Pemberian ASI Eksklusif Harus Sukses Agar Cegah Stunting

Hasto mengatakan, gerakan seribu hari pertama kehidupan merupakan langkah penting dalam pencegahan stunting

Penulis: Adelina Nurmalitasari | Editor: Kamri
Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari
Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo saat kunjungan kerja di Belitung, Rabu (1/3/2023). 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama pada anak harus sesering mungkin dilakukan dan tidak diberikan makanan apa-apa.

Barulah setelah enam bulan baru diberikan makanan tambahan.

Pemberian ASI eksklusif harus sukses agar bayi yang lahir tidak mengalami stunting.

Begitulah yang disampaikan Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo dalam kunjungannya ke Belitung, di Gedung Serbaguna Pemkab Belitung, Rabu (1/3/2023). 

Hasto mengatakan gerakan seribu hari pertama kehidupan merupakan langkah penting dalam pencegahan stunting yang dimulai saat sperma bertemu sel telur.

Proses ini berlanjut selama 280 hari kehamilan, lalu saat bayi lahir hanya menyisakan 720 hari untuk pencegahan stunting

"Pesan saya direncanakan betul kehamilannya. Termasuk saat anak lahir, umur 24 bulan itu otak sudah optimal, makanya pencegahan stunting harus dilakukan sebelum 24 bulan. Kalau disempurnakan pertumbuhan otak sebelum 24 bulan maka tidak stunting," ujar pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Kulonprogo ini. 

Pencegahan stunting juga perlu pendampingan sejak awal sebelum menikah.

Ia menjelaskan, tim pendamping keluarga (TPK) memiliki peran penting dalam mendampingi calon pengantin (catin) agar sehat sebelum hamil. 

Pemeriksaan sederhana sebelum menikah dapat dilakukan di antaranya dengan pemeriksaan lengan.

Kalau lengan kurang dari 23,5 sentimeter akan berisiko melahirkan anak stunting

"Kalau ukuran lingkar lengannya kurang, menikah boleh, tapi hamilnya ditunda," ujarnya. 

Pemberian tablet tambah darah juga menjadi cara dalam mencegah stunting karena risiko stunting di antaranya dari perempuan yang mengalami anemia. 

Anak yang mengalami stunting memiliki tiga ciri berupa ciri fisik seperti pendek, kurangnya kemampuan intelektual, dan saat berumur 45 tahun ke atas, gemuknya di tengah sehingga mudah terkena penyakit seperti serangan jantung, tekanan darah tinggi.

Artinya, kualitas kesehatannya pun rendah. 

"Stunting pasti pendek, pendek belum tentu stunting," tegas Hasto. 

Sebelumnya, Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Eni Gustina mengatakan kesehatan reproduksi pangkal mewujudkan kesehatan individu yang berkualitas.

Supaya pasangan yang akan menikah mempersiapkan sel telur dan sperma yang berkualitas, maka intervensi dilakukan BKKBN dengan menyasar remaja.

Meski arahnya dalam penurunan stunting, tapi intervensinya dilakukan dengan pelayanan KB.

"Karena dulu setiap orang menikah 80 persen akan hamil pada satu tahun pertama ini coba cegah karena anemia 37 persen. Sekitar 870 pengisi elsimil angkanya tidak jauh berbeda, yakni 30 persen anemia. Ini yang menjadi intervensi agar setiap kehamilan harus benar-benar direncanakan," tuturnya. (Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari) 

Sumber: Pos Belitung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved