Sudah Ada 22 Anak Putus Sekolah di Belitung Timur di Tahun 2023, Sarjano: Keluarga Juga Menentukan

Pendidikan anak itu bukan hanya dari sekolah, namun juga dari keluarga dan itulah yang sangat menentukan. Anak-anak ini kan waktunya sangat terbatas..

Tribun Kaltim
Ilustrasi anak putus sekolah 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG -- Angka putus sekolah di Kabupaten Belitung Timur ( Beltim ), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ( Babel ), terhitung Januari 2023 hingga Februari 2023 tercatat 22 anak usia SMP yang putus sekolah.

Sementara itu, di Tahun 2022 dari Januari hingga Oktober, terdapat terdapat 74 anak usia SMP di Belitung Timur dilaporkan putus sekolah

Adanya anak putus sekolah, pemerintah daerah kedepannya akan membuat sanksi bagi orang tua yang tidak mau menyekolahkan anaknya.

Kepala Dinas Pendidikan Belitung Timur, Sarjano, mengungkapkan, ada beberapa faktor yang membuat anak-anak tersebut memutuskan putus sekolah.

Adapun satu yang utama adalah faktor keluarga.

"Pendidikan anak itu bukan hanya dari sekolah, namun juga dari keluarga dan itulah yang sangat menentukan. Anak-anak ini kan waktunya sangat terbatas di sekolah, namun di luar sekolah mereka banyak menghabiskan waktu bersama keluarga," kata Sarjano, Rabu (1/3/2023).

Selain faktor keluarga, Sarjano juga menyebut faktor dari masyarakat juga jadi pendorong anak-anak itu putus sekolah.

Baca juga: Satpol PP Beltim Tutup Sementara Penginapan Tempat 11 Anak Bawah Umur Digerebek, Ini Fakta Barunya

Baca juga: BIODATA dan Profil Khofifah Indar Parawansa, Disebut-sebut Bakal Cawapres Anies Baswedan

Baca juga: Harga HP OPPO Terbaru di Maret 2023, Mulai Rp1 Jutaan, OPPO A17k, Reno8 Pro 5G Hingga Find X5 Pro 5G

Menurutnya, masyarakat harus lebih peka dengan perilaku remaja di sekitar. Kebanyakan selama ini, masyarakat tidak peduli dan membiarkan mereka berperilaku terlalu bebas.

"Saya pikir semuanya harus bertanggung jawab. Ketika melihat anak-anak perilaku dan etika sopan santunnya tidak ada, harusnya menegur. Itu termasuk dari perannya masyarakat, untuk mencegah dan mengontrol perilaku remaja ini. Bila perlu laporkan segera ke pihak yang berwenang agar ditindaklanjuti," jelasnya.

Namun, dari pihak Dinas Pendidikan akan lebih mengawasi dan membina anak-anak didik melewati para guru-guru sehingga bisa menekan angka putus sekolah.

"Ke depannya, mungkin jika ada regulasi terkait pemberian sanksi kepada orang tua yang tidak mau menyekolahkan anaknya, atau anaknya berperilaku buruk di lingkungan sekolah maupun di luar, kita akan terapkan sanksi administratrif di kemudian hari jika terbukti," kata Sarjano.

Sebagai informasi, tahun 2021 lalu, angka putus sekolah berjumlah 121 anak.

Untuk mengatasi masalah ini juga Dinas Pendidikan menjalankan program bupati Yuk ke Sekolah. Namun hingga saat ini diketahui baru satu anak yang berhasil disekolahkan kembali lewat program tersebut.

Siswa yang Terlibat Asusila di Manggar Tak Boleh Dikeluarkan dari Sekolah

DIketahui baru-baru ini, sebelas anak yang ngamar dan pesta minuman keras (miras) di salah satu penginapan di Kecamatan Manggar hari Jumat (24/2/2023), lalu diketahui sebagian masih ada yang bersekolah.

Sebelas anak dan orangtuanya itu juga saat ini sedang menjalani konseling oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Belitung Timur selama dua bulan.

Baca juga: 807 Pejabat Kemenkeu Belum Laporkan Harta Kekayaan, KPK: Ternyata pejabat Keuangan kaya-kaya

Baca juga: Harga HP OPPO Terbaru di Akhir Februari 2023, Termasuk Rekomendasi OPPO RAM Besar 6GB, 8GB, dan 12GB

Baca juga: Tengah Asyik Berduaan di Kamar Hotel, Sepasang Kekasih di Belitung Timur Digerebek Satpol PP

Bupati Belitung Timur, Burhanudin secara tegas menyatakan anak-anak yang melakukan pelanggaran atau terlibat peristiwa asusila tersebut tidak boleh diberhentikan dari sekolah.

"Sudah saya perintahkan kepada dinas pendidikan tidak boleh diberhentikan dari sekolah, justru itu lah tantangan terbesar yang harus dijalankan oleh kepala sekolah dan guru-guru," kata Burhanudin, Rabu (1/3/2023) di ruangannya.

Burhanudin mengatakan, jika pihak sekolah mampu mengubah karakter anak yang bersangkutan, maka peristiwa itu akan tercatat sebagai pembelajaran terbaik guna menyongsong masa depan sehingga tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama seperti sebelumnya.

Bupati Belitung Timur menginginkan pada saat proses pembinaan siswa yang terlibat masalah asusila guru-guru perlu melaksanakan fungsi pendekatan dan pembelajaran dengan hati nurani.

Burhanudin yakin, guru-guru di Belitung Timur mempunyai kapasitas yang luar biasa hebat-hebat, hanya saja jika upaya tersebut tidak didukung oleh para Komite Sekolah dan orangtua murid juga tidak akan bisa.

"Mereka terbatas, para guru kan bukan malaikat, karena itu, mereka sudah mencoba untuk mengimplementasikan itu dengan baik, tapi (tolong) juga didukung secara menyeluruh," jelasnya.

Kemudian, Burhanudin juga setuju dengan adanya upaya mengonseling orangtua dari anak-anak yang kedapatan berbuat asusila di penginapan beberapa waktu lalu.

Karena menurutnya, bisa saja pendidikan dan pemahaman orangtua para anak tersebut juga terbatas.

"Kalau melihat angka kemiskinan kita, banyak orangtua ini pendidikannya hanya SD dan SMP, banyak, jangan kira yang muda-muda sudah tamat SMA, banyak yang tamat SMP," katanya.

Baca juga: 6 Anak Asal Belitung dan Belitung Timur Berhasil Juarai Kompetisi Model Keren dan Beken Nasional

"Mungkin pembekalan mereka pada waktu berumahtangga, tidak dibekali oleh kondisi faktual yang ada, artinya mereka mengalir seperti air saja hidup ini, tidak seperti itu, nah itu perlu dikonseling juga," demikian kata Burhanudin.

Di Babel Ada PSK Berseragam Putih Biru dan Putih Abu-abu, Banyak yang Putus Sekolah

Jika tak segera diantisipasi, remaja di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) rentan tergiur melakukan tindak asusila, termasuk terjerumus dalam profesi PSK.

Hal ini diutarakan oleh Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Nurmala Dewi Hernawati saat menjadi narasumber dalam Seminar Exploitasi dibalik Kebebasan Berekspresi.

Seminar itu digelar bersama Ketua LPAI sekaligus Pemerhati Anak, Seto Mulyadi, Dosen Unmuh Bangka Belitung Adha Al Kodri dipandu Redika sebagai moderator, Kamis (16/2/2023) lalu di Aula Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.

"Ada PSK berseragam putih biru dan putih abu-abu. Mereka ini ajak para mucikari, terkadang mucikarinya teman sebaya mereka sendiri," sesal Dewi dalam seminar itu. 

Terkadang remaja ini melihat gaya hidup temannya yang terlihat 'wah' mengenakan berbagai barang branded dan mahal. 

Gaya hidup mewah ini dishare di akun media sosial mereka sehingga  teman-temannya tertarik untuk bisa memiliki berbagai barang branded. 

Hal ini menyebabkan remaja tersebut kemudian tergiur, dan rentan untuk menjadi PSK. 

"HP kamu bagus, asesoris pernak pernik di badannya bagus. Kok bisa? Aku kerja enak lho. Kerjanya akhirnya ikut terjun jadi PSK," kata Dewi, mengutip sebuah istilah kenapa remaja di daerah ini terjerumus jadi PSK. 

Untuk itu menurutnya, orang tua dan juga para guru harus memberikan perhatian terhadap anak-anak yang bermasalah ini. 

Sementara itu Pemerhati Anak yang juga Ketua LPAI, Seto Mulyadi menyebut, permasalahan yang dialami  anak ini ibarat fenomena gunung es. 

Ia hanya nampak di permukaan saja tetapi tidak jauh di dalamnya banyak yang tidak terungkap. 

"Untuk menjaga anak ini butuh orang sekampung. Bukan hanya orang tua atau keluarga tetapi juga masyarakat sekitar," kata Kak Seto, sapaan akrab Seto Mulyadi saat Seminar Exploitasi di Balik Kebebasan Berekspresi di Universitas Muhammdiyah Bangka Belitung beberapa waktu lalu. 

Artinya harus ada kepedulian masyarakat sekitar untuk saling menjaga dan melindungi anak. 

Kak Seto menyarankan, agar dibentuk satgas perlindungan anak dari tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, desa hingga RT/RW.

(*/Posbelitung.co/Bryan Bimantoro/Sepri/)

Sumber: Pos Belitung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved