Traveling

Wisata Budaya, Makna Ruah Kubur di Bangka Belitung Bukan Sekadar Mendoakan Keluarga yang Meninggal

Berbagai budaya dan tradisi ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Tradisi budaya itu antara lain dinamakan Ruah Kubur.

Bangkapos.com/Dok
Suasana acara Nganggung pada perayaan ruah kubur Desa Keretak 

POSBELITUNG.CO - Berbagai budaya dan tradisi ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Tradisi budaya itu antara lain dinamakan Ruah Kubur.

Apa sebenarnya Ruah Kubur ?

Dikutip pada Laman Kemdikbud.go.idhttps://kebudayaan.kemdikbud.go.id dijelaskan pengertiannya.

Berikut beberapa versi asal usul dilaksanakannya tradisi ruwah kubur pada Tanggal 12 Ruwah atau 12 Sya’ban.

Umumnya informasi mengenai asal usul tradisi ruwah kubur hanya berupa cerita rakyat (folklore) yang diceritakan dari generasi ke generasi.

Seperti yang biasa terjadi di Desa Keretak Kecamatan Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah (Bateng) Provinsi Babel.

Kesibukan masyarakat Desa Keretak telah terlihat sejak satu hari sebelum hari-H.

Maklum, pada hari yang sama mereka juga akan melaksanakan Kegiatan Yasinan dan Tahlilan Ruwah Kubur. Dan pada hari yang sama dipastikan banyak tamu yang datang ke rumah mereka.

Selain tamu-tamu yang terdiri dari para pejabat juga sanak saudara dan kerabat yang datang dari desa atau daerah lain.

Makanya tidak sedikit warga Desa Keretak yang pergi merantau biasanya menyempatkan diri pulang kampung.

Bagi masyarakat Desa Keretak, ritual perayaan ruwah kubur sudah menjadi tradisi sejak dulu, di samping itu juga sebagai kesempatan untuk dapat bersilaturahmi dengan keluarga dan handai taulan.

Sebagai tuan rumah, Penduduk Desa Keretak berupaya menyambut kedatangan para tamu sebaik mungkin.

Sebagai wujud penghormatan kepada pemimpin daerahnya, spanduk ucapan selamat datang telah dipasang pada pintu masuk lokasi perayaan.

Suasana perayaan Ruwah Kubur adalah yang termeriah dibanding perayaan hari-hari besar keagamaan, seperti Idulfitri, Iduladha dan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Hampir setiap keluarga menyediakan berbagai macam makanan untuk dinikmati bersama para tamu.

Tradisi Ruwah Kubur di Desa Keretak pelaksanaannya Tanggal 12 Ruwah atau 12 Sya’ban dan ini membedakannya dari desa-desa lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang pada umumnya dilaksanakan pada tanggal 15 Ruwah atau 15 Sya’ban (bertepatan dengan malam Nisfu Sya’ban).

Seperti yang terjadi, Minggu (5/3/2023), pagi kemarin di Desa Keretak dan Desa Keretak Atas, Kecamatan Sungaiselan Bangka Tengah. Belasan kavling tenda berdiri di sekitaran Masjid Al-Ihsan, daerah setempat.

Di bawahnya ada alas berupa tikar yang digelar sebagai tempat duduk masyarakat yang hendak mendengarkan kegiatan Tabligh Akbar Perayaan Ruah Kubur 1444 H.

Semua kalangan mulai tokoh masyarakat, pejabat daerah, tokoh pemuda, anak sekolahan, ibu-ibu pengajian dan lain-lain tampak bersukacita.

Apalagi ketika waktu menyantap makanan yang ada di wadah tempat makanan yang dinamakan dulang telah dimulai.

Tudung saji motif dan warna yang khas dibuka, berbagai jenis makanan terlihat menggugah selera. 

Kebanyakan adalah makanan khas lebaran seperti rendang, opor ayam dan ketupat.

Namun ada juga beberapa kudapan pendamping lainnya seperti aneka kue dan buah-buahan.
 
Para masyarakat tampak dengan lahap menyantap hidangan tersebut sembari bercakap-cakap dan bersenda gurau.

Satu di antara masyarakat tersebut adalah Adi (54) yang menyebutkan bahwa Perayaan Ruah Kubur ini memang sudah menjadi budaya masyarakat sejak lama.

"Adat ruwahaan (ruah kubur-red) memang sudah ada sejak lama, tujuannya untuk mempererat silahturahmi," ucap Adi, Minggu (5/3/2023).

Kepala Desa Keretak, Ahmad Nurihsan mengatakan, kegiatan Ruwah Kubur ini memang sudah menjadi agenda rutin tahunan masyarakat setempat.

"Kegiatan ini sudah ada dari zaman nenek moyang dulu dan beberapa tahun kemarin sempat terhenti akibat Pandemi Covid-19," jelas Ahmad, Minggu (5/3/2023).

Kata dia, perayaan kali ini ada sekitar 1.500 dulang yang disiapkan oleh masyarakat setempat untuk acara Nganggung dalam memeriahkan perayaan Ruwah Kubur tersebut.

Menurut Ahmad, dalam momentum seperti ini, setiap rumah di Desa Keretak dan Keretak Atas bisa menyiapkan makanan berupa daging dan ayam hingga 10-20 kilogram.

"Itu semuanya disiapkan oleh masyarakat, karena hari juga kami lebaran dan open house. Jadi semua orang dari daerah mana pun boleh datang dan bersilahturahmi," ujarnya.

Seiring dilaksanakannya kegiatan ini diharapkan bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam melestarikan adat istiadat yang ada di Bangka Belitung.

Sebelum kegiatan Nganggung dan Tabligh Akbar, kegiatan Ruwah Kubur tahun ini juga disertai dengan acara Yasinan Akbar yang dilakukan di Perkuburan Desa Keretak Atas.

Ratusan bahkan mungkin ribuan masyarakat secara bersama-sama pergi ke kuburan untuk berziarah dan menyampaikan doa kepada orang yang telah meninggal.

Sedangkan Kepala Desa Keretak Atas, Agustian menyebutkan, Yasinan Akbar tersebut dilakukan untuk mengingatkan akan kematian yang senantiasa menghampiri kapanpun dan dimana pun itu.

"Ini juga menjadi pembelajaran bagi yang masih hidup tentang bekal apa yang bisa dibawa ke akhirat nanti," tambah Agustian.

Ruah di Desa Penagan Bangka

Sementara itu Ruah Kubur atau Lebaran Ruah, tak hanya dirayakan di Desa Keretak, namun juga di desa lainnya di Bangka Belitung, antara lain di Desa Penagan.

Di Desa Penagan Ruah Kubur juga dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

Ruah kubur merupakan satu agenda rutin yang dilaksanakan masyarakat Penagan dalam rangka mendoakan para pendahulu yang telah berpulang ke rahmatullah dan menyambut Bulan Suci Ramadhan.

"Urang tue bilang, ruah kubur tu, macem kite mendoakan keluarge yang la ninggal (Menurut orang tua, ruah kubur untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal -red) sekaligus ucapan terima kasih dan puji syukur atas rejeki selama ini. Plus menyambut puasa," sebut Abdul, warga Penagan, beberapa waksu silam.

Agenda yang biasa dilakukan warga, biasanya sudah dimulai sejak pagi.

Pertama kali, mereka akan berbondong-bondong menuju makam atau kuburan setempat.

Di makam warga akan membersihkan dan membaca beberapa surat A quran.

"Kami mawek  (bawa -red)Yasin. Di kubur keluarge ya kami mbace e (Baca Surat Yasin di Kubur Keluarga -red)," tambah Latif, warga lainnya.

Usai itu, kata Latif warga akan mempersiapkan diri untuk berkumpul di masjid.

Untuk membaca doa bersama atau tahlilan.

"Mawek dulang (bawa makanan), jadi la abis bedu e makan same-same (makan bersama -red)," sebut Latif.

Usai dari acara masjid inilah, semua warga kemudian kembali ke rumah masing-masing untuk acara pribadi.

Acara ruah kubur di Penagan terpusat di Kampung Lama Desa Penagan.

Di Kampung inilah, semua warga berkumpul.

Kemeriahannya, dianggap melebihi lebaran Idulfitri dan Iduladha.

Nah, menarik bukan. Tradisi ini kini menjadi sebuah wisata budaya yang memancing kehadiran wisatan lokal dan juga luar daerah. (Posbelitung.co/Edi Yusmanto/Arya Bima Mahendra/kemdikbud.go.id )

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved