Gunung Merapi Erupsi
Hujan Abu Vulkanik Gunung Merapi Tak Surutkan Aktivitas Warga, Petani Tetap Panen Hasil Ladang
Hujan abu vulkanik Gunung Merapi, tak menyurutkan aktivitas warga yang tinggal di sekitar lereng gunung tersebut.
Dengan tenang, seakan tak ada yang terjadi, mereka tetap melaksanakan pekerjaan konstruksi rumah warga.
Yani, seorang petani, mengatakan tak terganggu dengan abu vulkanik ini. Dia terlihat memanen cabai merah besar yang dia tanam di ladangnya.
"Ya cuma kotor. Tidak apa-apa," ucapnya santai kepada TribunSolo.com.
Sunari Pari, petani di Tlogolele, Kecamatan Selo, pun tetap berada di kebun karena sebagian besar tanaman warga lagi masa panen.
Sayur dan buah hasil pertanian tak luput dari abu vulkanik Gunung Merapi. Tomat yang semula berwarna merah berubah jadi putih keabu-abuan.
Begitu juga dengan cabai merah besar dan cabai hijau pun bernasib sama.
Meskipun terdampak, tapi hal itu tak berpengaruh terhadap harga jual di pasaran. Abu yang menempel itu cukup dikibaskan saja sudah rontok.
"Tidak ada. Ya harganya biasa saja tidak terdampak," kata Sunari Pari.
Dia menyebut, saat ini harga cabai merah besar dari petani sebesar Rp23 ribu/kg. Sementara harga tomat malah naik jadi Rp5 ribu/kg.
"Tomat ini lagi bagus. Kemarin habis turun harganya. Sekarang naik lagi," tambahnya
Dia mengaku, hujan abu ini juga tak berakibat pada tanaman. Bahkan, jika setelah diguyur hujan abu lalu di hujan air tanah akan menjadi lebih subur.
Kelik Suharno mengatakan hal senada. Hujan abu ini tak berdampak pada harga jual hasil pertanian warga.
Hanya saja hujan air yang masih terus mengguyur menjadikan cabai merah besar banyak yang gagal panen.
"Harga anjlok itu karena di panen dini. Karena kalau nunggu waktu panen takut malah busuk," tambahnya.

Status Gunung Merapi Level III
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.