Berita Bangka Tengah

25 Ekor Sapi di Bangka Tengah Terjangkit LSD, DPKP: Tak Boleh Keluar Sebelum Dinyatakan Sembuh

Sebanyak 25 ekor sapi di Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terjangkit penyakit Lumpy Skin Disease (LSD).

Penulis: Arya Bima Mahendra | Editor: Novita
Bangkapos.com/Edwardi
Ilustrasi sapi. Sebanyak 25 ekor sapi di Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terjangkit penyakit Lumpy Skin Disease (LSD). 

POSBELITUNG.CO, BANGKA - Sebanyak 25 ekor sapi di Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terjangkit penyakit Lumpy Skin Disease (LSD).

Sapi-sapi tersebut adalah sapi-sapi yang baru datang dari luar Bangka.

"Itu sapi yang baru datang, terus memang tidak melaporkan kepada kami. Pas udah banyak yang sakit baru mereka (peternak/pengusaha) ngasih tau. Makanya jadi sampai 25 itu," kata Subkoordinator Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bangka Tengah, drh. Rahmawati, Kamis (8/6/2023).

Dia menyebut, 25 sapi yang terjangkit LSD berada di sebuah perusahaan yang berada di sebuah kecamatan di Bangka Tengah, sehingga tidak menyebar ke tempat-tempat lain.

Oleh karena itu, pihaknya sudah menyampaikan kepada pengusaha yang bersangkutan agar sebelum dinyatakan sembuh, sapi-sapi tersebut tidak boleh keluar.

Rahmawati menjelaskan, penyakit LSD belum pernah ditemukan menyerang hewan lain.

Sejauh ini, penyakit tersebut diketahui baru menyerang sapi dan kerbau.

"Sebenarnya kalau penyakit dari virus ini jarang yang langsung menyebabkan kematian, kecuali virus-virus yang ganas," terangnya.

Akan tetapi, yang perlu dikhawatirkan adalah ketika sapi sudah terjangkit virus, terus ada infeksi dari lingkungan, seperti infeksi bakteri yang bisa membuat kondisi sapi semakin parah.

Sedangkan untuk penyakit LSD, tingkat atau risiko kematiannya tidak lebih 10 persen dari kejadian, atau termasuk kategori tingkat kematian rendah.

"Kemudian yang penting untuk diketahui, LSD ini menyebabkan sapi mengalami benjolan-benjolan hitam semacam bisul yang ada di sekujur tubuh," terangnya.

Apabila benjolan tersebut pecah, maka dia akan keropeng (koreng, red). Parahnya, selain kulit sapinya yang rusak, kadang-kadang dagingnya juga ikutan rusak.

"Kalau sampai dia meletus (pecah benjolan), penyembuhannya lama, butuh lama sekitar 3-4 minggu, bahkan dari literatur yang ada bisa sampai 40 hari," ungkapnya.

Kemudian penularannya juga cepat, apalagi jika sapi yang sudah terjangkit dan mempunyai luka terbuka pada kulit.

Jika bersentuhan dengan sapi yang lain, kemungkinan penularannya juga cepat. Selain itu, penularan juga dapat terjadi melaui vektor.

Sumber: Bangka Pos
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved