Militer Israel Klaim Rebut Benteng Hamas di Gaza Utara Setelah Perang 10 Jam
Selama pengambilalihan pos terdepan, tentara Nahal menemukan dan mengumpulkan skema pertempuran dan rencana operasional Hamas yang signifikan...
Penulis: Asmadi Pandapotan Siregar CC | Editor: Asmadi Pandapotan Siregar
POSBELITUNG.CO -- Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim berhasil merebut sebuah benteng militer Hamas di Jalur Gaza utara.
Benteng itu disebut telah digunakan Hamas untuk meluncurkan berbagai macam serangan ke tentara dan tank-tank Israel.
Berhasilnya militer Israel merebut benteng Hamas setelah terjadinya pertempuran 10 jam di Gaza Utara, Kamis (9/11/2023).
Dikutip dari Al-Arabiya, IDF mengatakan pasukan Brigade Nahal telah menguasai markas militer bernama 'Pos 17' yang berada di barat jauh Jabaliya di dekat utara perbatasan Gaza.
Selama pengambilalihan pos tersebut, pasukan Israel terlibat pertempuran dengan Hamas dan Jihad Islam yang berada di pos terdepan itu baik lewat darat maupun melalui jalur bawah tanah di kawasan itu.
IDF mengklaim perlu waktu sampai 10 jam pertempuran sehingga dapat mengalahkan pasukan Hamas dan Jihad Islam.
Mereka juga mengungkapkan, pasca berhasilnya menguasai pos tersebut, penyitaan senjata juga dilakukan.
Baca juga: Militer Israel Paksa Puluhan Anak yang Dirawat di RS Kanker Evakuasi Diri: Pergi Sekarang Juga!
Baca juga: Menteri Sosial Spanyol Desak Pemimpin Dunia Jatuhkan Sanksi ke Israel: Putuskan Hubungan Diplomatik
Baca juga: Nekatnya Pasangan Kekasih Pembobol ATM di Kelapa Kampit, Utang 400 Juta Hingga Teriaki Polisi Maling
Selain itu, IDF juga mengklaim menemukan terowongan di dekat taman kanak-kanak (TK) di mana terowongan tersebut merupakan rute bawah tanah yang luas.

"Selama pengambilalihan pos terdepan, tentara Nahal menemukan dan mengumpulkan skema pertempuran dan rencana operasional Hamas yang signifikan," ujar IDF.
Terkait klaim ini, Hamas belum memberikan pernyataan resmi.
Di sisi lain, media Palestina, WAFA melaporkan 65 orang tewas dan 100 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara Israel ke beberapa bangunan di kamp pengungsian Jabalia di utara Gaza pada Kamis.
Selain itu, IDF juga mengklaim telah melakukan perluasan operasi di Jalur Gaza dengan menghancurkan senjata dan terowongan Hamas.
"Pasukan yang bertempur di Gaza menghancurkan senjata musuh dan mencari lokasi, mengekspos, dan meledakkan terowongan dengan perluasan operasi darat di jalur Gaza, pasukan berhasil menghancurkan infrastruktur Hamas," kata IDF.
"Sebagai bagian dari serangan darat di perbatasan Gaza, tentara IDF tengah berusaha unutk menghancurkan terowongan Hamas. Sejak awal pertempuran, 130 terowongan telah dihancurkan," sambungnya.
Militer Israel juga Klaim Bunuh Pimpinan Unit Anti-tank Hamas
IDF juga mengklaim telah membunuh pimpinan unit anti-tank Hamas, Ibrahim Abu-Maghsib lewat serangan udara di pabrik perakitan drone dan gudang senjata Hamas di Gaza.
"Berdasarkan pernyataan Badan Keamanan Israel (ISA) dan intelijen IDF, sebuah jet tempur IDF berhasil membunuh Ibrahim Abu-Maghsib, pimpinan unit anti tank Hamas di kamp pusat Brigade."
"Maghsib memimpin dan melakukan sejumlah peluncuran rudal anti-tank yang ditujukan kepada warga sipil Israel dan tentara IDF," kata IDF, dalam pernyataannya.
Baca juga: Biodata Gunawan Dwi Cahyo, Eks Pemain Timnas U-20 yang Kepergok Selingkuh, Siap Cerai dengan Okie
Baca juga: Polisi Tangkap Sepasang Kekasih Pembobol ATM di Kelapa Kampit Beltim, Aksi HK dan SS Pernah di Jambi
Baca juga: Harga HP Oppo Reno10 5G Terbaru November 2023 dan Spesifikasi, Desain Bodi Nyentrik dan Kamera Unik
Klaim IDF ini pun belum diakui atau dibantah oleh Hamas.
IDF juga mengklaim telah mengetahui pabrik perakitan drone dan gudang senjata Hamas berada di sebuah bangunan tempat tinggal di Gaza.
"Tentara IDF menemukan fasilitas pembuatan dan penyimpanan senjata Hamas yang digunakan untuk memproduksi dan menyimpan UAV serta senjata."
"Fasilitas tersebut berada di rumah yang berlokasi di sebuah perumahan, dekat dengan sekolah-sekolah di pusat lingkungan Sheikh Radwan di Gaza Utara," sambungnya.

Israel Sebut Kepung Pemimpin Hamas Yahya Sinwar di Bunker
Israel mengungkapkan telah mengepung pemimpin hamas, Yahya Sinwar di bunkernya di Gaza.
Selain itu, militer Israel juga mengeklaim telah membunuh pengembang senjata senior Hamas, Mahsein Abu Zina.
Pengepungan dan pembunuhan tersebut dilaporkan terjadi Selasa (7/11/2023), ketika pasukan Israel masuk lebih dalam ke Gaza.
Mereka juga menargetkan penghancuran jaringan terowongan Hamas yang berada di bawah Gaza.
Juru Bicara Militer Israel Jonathan Conricus menegaskan masih banyak pemimpin Hamas yang harus dihancurkan.
“Arahannya jelas untuk membunuh dan menangkap semua pemimpin Hamas, mereka yang merencanakan, memfasilitasi dan melaksanakan pembantaian 7 Oktober di Israel,” kata Cornicus dikutip dari Sky News, Rabu (8/11/2023).
Baca juga: Harga HP Oppo A17 Terbaru di Awal November 2023 dan Spesifikasi, Ada Fitur Multi-Cooling System
Baca juga: 25 Contoh Soal dan Jawaban Pilihan Ganda PAT Ekonomi Kelas 10 Semester 2
Baca juga: Kumpulan Ucapan Hari Pahlawan 2023, Ada Pantun dan Link Twibbon, Bisa Update Status di Media Sosial
“Kami sudah mengatakannya dengan jelas. Mereka semua adalah orang mati berjalan, dan hanya masalah waktu di dalam dan di luar Gaza, sampai para pemimpin Hamas ini ditangkap atau dibunuh Israel,” ujarnya.
Sinwar yang disebut Israel telah mereka kepung dan desak disebut sebagai kepala orkestrator pada pembantaian 7 Oktober di Israel.
"Pria berusia 61 tahun itu membantu membangun sayap militer Hamas Qassam Brigades, dan kemudian dikenal sebagai “Penjaga dari Khan Younis”, karena usahanya memburu mata-mata Israel.
Ia sempat ditangkap dan ditahan pada 1989 karena pembunuhan dua prajurit Israel dan empat warga Palestina.
Dihukum selama 22 tahun sebelum dibebaskan pada 2011, sebagai bagian dari perjanjian pertukaran tahanan.
Gaza jadi kuburan anak-anak
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres kembali menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza seiring serangan Israel yang telah membunuh lebih dari 10.000 jiwa.
Diplomat asal Portugal itu menyebut komunitas internasional serta para pihak yang bertempur bertanggung jawab menghentikan "malapetaka" di Gaza.
Guterres menyoroti banyaknya korban anak-anak dalam serangan Israel ke Gaza, wilayah Palestina di mana sekitar 2,3 juta orang terjebak akibat blokade Israel yang sudah berlangsung selama 16 tahun terakhir.
Dia pun menyebut Gaza menjadi "kuburan anak-anak."
Pada Senin (6/11/2023), Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan lebih dari 4.100 anak terbunuh sejak Israel meluncurkan serangan pada 7 Oktober 2023.
Serangan tersebut menyusul serangan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, ke wilayah Israel yang disebut menewaskan lebih dari 1.400 orang.
"Ratusan anak perempuan dan laki-laki dilaporkan terbunuh atau terluka setiap hari. Lebih banyak jurnalis dilaporkan terbunuh dalam periode empat pekan dibanding dalam konflik mana pun dalam tiga dekade terkini," kata Guterres di markas PBB di New York, Senin, dikutip Al Jazeera.
"Lebih banyak pekerja kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa terbunuh dibanding periode-periode setara kapan pun sepanjang sejarah organisasi kami. Malapetaka yang sedang terjadi membuat gencatan senjata kemanusiaan semakin mendesak tiap jamnya," lanjutnya.
Guterres telah berulang kali menyerukan gencatan senjata di Gaza seiring pengeboman masif dan pengepungan yang dilakukan Israel.
Dia pun menuduh Israel menargetkan rumah sakit, kamp pengungsian, fasilitas PBB, dan tempat ibadah.
Selain itu, Guterres menuding Hamas menggunakan warga sipil sebagai "tameng." Sekjen PBB itu pun menyerukan pembebasan orang-orang yang ditawan Hamas di Gaza.
"Para pihak dalam konflik ini, dan, tentu saja, komunitas internasional menghadapi tanggung jawab fundamental dan segera: hentikan penderitaan kolektif yang tak manusiawi ini dan tingkatkan bantuan kemanusiaan secara drastis ke Gaza," katanya.
Akan tetapi, pada saat Guterres menyerukan gencatan senjata, Dewan Keamanan PBB kembali gagal mengambil tindakan usai para anggotanya tidak mencapai kesepakatan dalam pembuatan resolusi mengenai perang Israel-Hamas.
Amerika Serikat (AS) menolak penggunaan istilah "gencatan senjata" dan menginginkan resolusi yang berisi "jeda kemanusiaan."
Dewan Keamanan PBB telah beberapa kali gagal mencapai kesepakatan soal resolusi untuk menghentikan perang di Gaza.
Korban Terbunuh Serangan Israel ke Gaza Jadi 10.569 Warga Sipil, Termasuk 4.324 Anak-anak
10.569 orang termasuk 4.324 anak-anak, 2.823 wanita, dan 649 lansia tewas terbunuh per hari Rabu, (8/11/2023) dalam serangan israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober menurut Kantor Media Pemerintah Gaza.
Salama Marouf, juru bicara kantor tersebut, mengatakan kepada para wartawan hari Selasa malam, (7/11/2023), selain jumlah tersebut, 2.550 orang, termasuk 1.350 anak-anak, hilang terjebak di bawah puing-puing dan hampir 26.000 orang lainnya terluka seperti laporan kantor berita Palestina WAFA dan kantor berita Turki Anadolu, Rabu, (8/11/2023).
Dia mengatakan jumlah kematian tersebut termasuk 1.021 warga Kota Gaza dan utara Jalur Gaza yang diungsikan ke daerah-daerah yang pendudukan klaim sebagai aman di selatan Jalur Gaza dan 49 jurnalis.
Dia juga mencatat 193 tenaga medis dan kesehatan tewas, 45 ambulans hancur, 113 lembaga kesehatan mengalami kerusakan parah, dan 18 rumah sakit serta 40 pusat kesehatan ditutup.
Marouf menekankan bahwa "pendudukan melakukan 1.071 pembantaian terhadap keluarga-keluarga Palestina sementara 1,5 juta warga diungsikan dari rumah mereka."
Israel meluncurkan serangan udara dan darat ke Jalur Gaza setelah serangan lintas batas oleh kelompok Palestina, Hamas, pada 7 Oktober.
Para diplomat negara G7 hari Rabu, (8/11/2023) mengumumkan sikap bersama mengenai perang Israel-Hamas. Mereka mengutuk tindakan Hamas, mendukung serangan brutal Israel di Gaza dengan kalimat mendukung hak Israel untuk membela diri, dan menyerukan "jeda kemanusiaan" untuk mempercepat bantuan kepada warga sipil yang membutuhkan di Jalur Gaza.
Pertemuan G-7 tersebut, bagaimanapun, tidak mengkritik apalagi mengutuk Israel atas serangan brutal di Gaza.
G7 memilih untuk mendesak jeda kemanusiaan dari Israel sementara negara-negara Arab dan Muslim menuntut gencatan senjata penuh yang berlaku segera, sesuatu yang ditolak oleh Amerika Serikat dan sekutunya yang membela upaya Israel untuk memusnahkan Hamas.
Terdapat juga penolakan negara Arab terhadap pembahasan masa depan Gaza, dengan negara-negara Arab mengutamakan penanganan krisis kemanusiaan yang mendesak.
Dalam pernyataan mereka setelah dua hari pertemuan, negara-negara G7 berusaha menjaga keseimbangan antara kritik tegas terhadap serangan Hamas terhadap Israel dan urgensi untuk membantu warga sipil yang terkepung di wilayah Palestina.
"Kami mendukung jeda kemanusiaan dan koridor untuk memfasilitasi bantuan yang sangat dibutuhkan, pergerakan warga sipil, dan pembebasan tawanan," kata Menlu AS Antony Blinken seperti laporan Associated Press, Rabu, 8 November 2023.
(*/ SerambiNews.com/ tribunnews.com/posbelitung.co)
Menlu Palestina Tuntut Akhiri Genosida di Gaza, Kekebalan Hukum Bagi Israel Harus Dihentikan |
![]() |
---|
38 Warga Palestina Tewas di Jalur Gaza saat Cari Bantuan, Saksi Mata Sebut Israel Lepas Tembakan |
![]() |
---|
MOMEN Warga Israel Kesakitan Ditimpa Kulkas Hasil Rampasan dari Penduduk Palestina |
![]() |
---|
Para Mantan Pejabat Keamanan Israel Desak Presiden AS Tekan Netanyahu Hentikan Perang di Gaza |
![]() |
---|
Atlet Remaja Palestina Meninggal Akibat Kelaparan, Berat Badan Hanya Tinggal 25 Kilogram |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.