Berita Pangkalpinang

Harga Melonjak, Penjual Cabai Untung Tipis

Melonjaknya harga komoditi bumbu dapur cabai saat ini membuat daya beli masyarakat juga ikut merosot.

Penulis: Rusaidah |
Bangka Pos/Sela Agustika
Penjual memajang berbagai komoditi bumbu dapur di Pasar Air Itam Pangkalpinang. 

POSBELITUNG.CO - Daya beli masyarakat ikut merosot menyusul melonjaknya harga komoditi bumbu dapur cabai saat ini.

Disamping tingginya harga jual yang menjadi penyebab daya beli sepi, namun faktor ekonomi yang melemah saat ini juga menjadi alasan daya beli masyarakat sepi.

Di tengah mahalnya harga komoditi cabai yang saat ini menyentuh harga hingga Rp120 ribu per kilogram diakui Penjual Cabai Yuli. Saat ini diakuinya penjual cabai hanya mendapatkan keuntungan yang tipis.

Namun meski demikian, diakuinya justru para pembeli lebih kerap berbelanja ketimbang saat harga komoditi cabai ini murah.

"Kalau sekarang ini jualannya sepi dari biasanya, kalau dulu bisa habis terjual belasan kilo sehari, sekarang cuma setengahnya. Tapi yang beli setiap hari ada karena mereka belinya sedikir-sedikit," ujar Yuli kepada Bangka Pos Group, Kamis (30/11).

Dia menyebut, keuntungan yang didapat saat ini khususnya dari warga yang membeli dalam jumlah sedikit atau dalam jumlah ons ketimbang beli dalam jumlah banyak (per kilogram).

"Kalau mereka yang belinya dalam jumlah banyak, misalkan per kilo dengan per ons kan beda harga, jadi sekarang ini lebih banyak yang beli per ons. Dari yang seperti inilah lumayan keuntungannya, ketimbang yang beli langsung per kilogram," ucapnya.

Sementara itu diketahui naiknya harga cabai ini disebabkan karena pasokan stok menipis dikarenakan para petani gagal panen akibat kemarau berkepanjangan.

Komoditi cabai di Bangka Belitung saat ini memang masih dipasok dari daerah luar Pulau Bangka dan Belitung, khususnya cabai rawit.

Diketahui, kemampuan para petani di Babel akan cabai rawit saat ini hanya mampu memenuhi 67 persen dari kebutuhan masyarakat di Bangka Belitung.

"Cabai mahal ini khususnya cabai rawit karena ketersediaan stoknya menurun dan berdasarkan proknosa hasil petani kita baru 67 persen dan masih minus untuk cabai rawit ini. Sedangkan untuk angka kecukupan cabai merah saat ini sudah cukup. Dari dulu petani nanam cabai rawit ini tidak sebanyak petani cabai merah besar," ungkap Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Edi Romdhoni.

Tak hanya cabai, Edi menuturkan hampir 80 persen kebutuhan pangan saat ini masih didatangkan dari daerah luar Pulau Bangka dan Belitung.
Dia menyebut, penyebab tinginya harga cabai ini dikarenakan para petani gagal panen akibat faktor cuaca.

"Jumlah petani di Babel saat ini belum banyak, tetapi cabai besar sudah mencukupi di Babel asal kondisi cuaca baik. Kalau untuk cabai rawit memang masih didatangkan dari luar karena para petani cabai rawit ini masih sedikit," kata Edi.

Edi menambahkan, dalam meningkatkan produksi para petani, pihaknya terus mensupport para petani melalui berbagai bantuan.

Bahkan dia menyebut, pihaknya juga telah membuat nursery sebagai tempat penangkaran benih cabai dan bawang di Air Mesu, Bangka Tengah untuk memudahkan para petani mendapatkan benih atau bibit.

"Tiap tahun kita support petani baik berupa bantuan untuk dua komoditi ini baik melalui dana APBN dan APBD. Dan mudah-mudahan dengan pusat pembibitan yang saat ini masih dalam proses ini kedepannya memudahkan para petani mendapatkan bibit dam memenuhi pangan di Babel khususnya caba dan bawang," tuturnya. (t3/posbelitung.co)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved