Nilai Ekspor Bangka Belitung Anjlok 83 Persen pada Februari 2024

POSBELITUNG.CO, BANGKA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Februari 2024 sebesar 18,76 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Demikian disampaikan Kepala BPS Provinsi Babel Toto Haryanto Silitonga dalam Berita Resmi Statistik (BRS) perihal perkembangan ekspor dan impor Provinsi Babel Februari 2024, Senin (1/4/2024).

Toto mengatakan, secara bulanan atau month to month/m-to-m (Februari 2024 dibanding Januari 2024), nilai ekspor Babel turun sebesar 37,02 persen.

Adapun secara tahunan atau year on year (y-o-y), nilai ekspor pada Februari 2024 mengalami penurunan 83,33 persen dibandingkan Februari 2023.

Toto menyebutkan, penurunan tersebut dipengaruhi oleh tidak adanya aktivitas ekspor komoditas timah pada Februari 2024.

"Penurunan nilai ekspor didorong oleh turunnya ekspor timah sebesar 100 persen dan ekspor nontimah sebesar 40,09 persen," sebutnya.

Dari 5 komoditas utama ekspor nontimah, lanjut Toto, peran komoditas lemak dan minyak hewani dan nabati masih mendominasi.

Nilai ekspor golongan ini pada Januari-Februari 2024 tercatat 34,23 juta dolar AS atau turun 19,93 persen terhadap bulan lalu (c-to-c).

Pada Januari-Februari 2024, ekspor lemak dan minyak hewan atau nabati berperan sebesar 70,52 persen atau dengan kata lain komoditas ini merupakan komoditas yang paling mendominasi ekspor nontimah. 

"Komoditas ekspor nontimah unggulan kedua pada Februari 2024 adalah kopi, teh, rempah-rempah dengan total nilai sebesar 4,59 juta dolar AS atau 9,46 persen. Berikutnya adalah komoditas ikan dan udang dengan total nilai sebesar 3,52 juta dolar AS atau 7,25 persen," ujar Toto.

Ia menyebut Malaysia menempati urutan pertama pangsa ekspor nontimah pada Januari-Februari 2024 dengan nilai 12,57 juta dolar AS.

Peran Malaysia dalam ekspor nontimah sebesar 25,90 persen.

Posisi kedua ditempati Bangladesh dengan nilai ekspor nontimah sebesar 11,65 juta dolar AS.

Peran Bangladesh dalam ekspor nontimah sebesar 23,99 persen.

India, Tiongkok, dan AS menempati urutan selanjutnya dengan peran masing-masing sebesar 15,76 persen, 13,34 persen, dan 3,69 persen.