Segini Target Omzet Warga Batam Jadi Admin Judi Online di Filipina, Tak Tercapai Gaji Dipotong

Bunga saat bekerja sebagai admin judi online di Filipina memiliki target omzet sebesar Rp500 juta.

Editor: Kamri
Net via Tribunnews.com
Ilustrasi judi online. Bunga mengaku dirinya saat bekerja sebagai admin judi online di Filipina dikenai target omzet sebesar Rp500 juta dan jika tidak tercapai maka gaji akan dipotong. 

POSBELITUNG.CO – Bunga (32), bukan nama sebenarnya warga Batam Kepulauan Riau memiliki target omszet dalam menjalankan pekerjaannya sebagai admin judi online di Filipina.

Dalam bekerja sebagai admin judi online di sana, Bunga harus mengejar target yang ditetapkan perusahaannya bekerja.

Menurut Bunga, dirinya saat bekerja sebagai admin judi online di Filipina memiliki target omzet sebesar Rp500 juta.

Ia menjelaskan apabila target omzet itu tidak tercapai, maka gaji akan dipotong.

Kendati target omzet tercapai, lanjut Bunga, pekerja juga tidak mendapatkan komisi.

Bunga mengemukakan saat bekerja di sana, tidak boleh menanyakan masalah gaji.

Yang dilakukan adalah terima gaji dan jangan komplain masalah gaji karena khawatir nanti dapat berujung masalah.

Bunga mengungkapkan selama bekerja di sana, tidak pernah menerima gaji sesuai tawaran awal saat menerima pekerjaan.

Yang lebih parah lagi, jelas Bunga, gaji banyak dipotong lantaran terkena denda.

Seperti denda terlambat masuk kerja hingga hal-hal kecil lainnya seperti buang sampah.

“Kita itu dibuat habis oleh denda, terlambat masuk meja kerja pun denda.

Cabut kabel carger hp ke listrik nempel kena denda, buang sampah pun kena denda padahal saya tak ada buang sampah.

 Jadi memang disengaja agar upah kerja kita itu habis-habis di situ, belum lagi biaya makan, minum,” kata Bunga dilansir dari Tribunnews.com.

Baca juga: 4 Bulan Jadi Admin Judi Online di Filipina, Warga Batam Ini Bak Romusha, Dipaksa Kuras Uang Nasabah

Bunga mengaku bekerja selama empat bulan sebagai admin judi online di Filipina.

Selama empat bulan bekerja menjadi admin judi online di sana, dirinya harus mendapatkan perlakuan tak mengenakkan.

Ia harus bekerja layaknya romusha dan dipaksa.  

Ia mengungkapkan ada pengalaman itu tak bisa Bunga lupakan, yaitu saat harus menguras uang  target yang menjadi korban penipuan game online.

Akibat uang yang terkuras, korban depresi hingga akhirnya meninggal dunia.

“Saya itu, pernah punya nasabah sampai meninggal dunia.

Sampai korban itu habis hartanya, semua dijualin.

Ia sampai diceraikan istrinya.

Saya melihatnya dari berita.

Korban yang pernah saya target meninggal bunuh diri,” ungkap Bunga.

Selama bekerja sebagai admin judi online itu, Bunga mengaku mendapat kekerasan fisik dan kehidupan terkekang.

Tak ada cara untuk bisa kabur dari tempat itu

Bunga hanya bisa beraktivitas dalam sebuah kawasan.

Dokumen identitas, paspor miliknya bersama buruh lainnya selalu diawasi oleh sekuriti, bodyguard perusahaan tempatnya bekerja.

Kendati demikian, jelas Bunga, dirinya banyak memegang rahasia perusahaan tempat dirinya bekerja selama di Filipina itu.

Kini ia beruntung lantaran termasuk salah seorang yang berhasil keluar dari tempat kerjanya itu lengkap dengan handphone yang digunakan selama berkerja di Filipina.

Bukti-bukti kejahatan yang pernah dialaminya, masih tersimpan dalam file ponsel genggamnya.

Bunga sore itu mencoba memperlihatkan satu-persatu gambar, foto lokasi tempat kerja, hunian tempat tinggal, makanan hingga luka fisik kekerasan yang dialami.

“Puji Tuhan, saya masih bisa selamat.

Saya bahkan masih belum sadar, kadang terngiang-ngiang tentang apa yang saya alami di Filiphina itu.

Ternyata Tuhan masih sayang samaku,” ucap Bunga penuh rasa syukur.

Tawaran Gaji hingga Rp20 Juta

Bunga menceritakan awal direkrut bekerja sebagai admin judi online ini berdasarkan informasi yang diperoleh dari telegram.

Ketika itu, ada tawaran pekerjaan menjadi admin judi online di Filipina.

Gaji yang ditawarkan sebesar Rp17 juta sampai Rp20 juta , belum termasuk bonus.

Syarat mendapatkan pekerjaan itu juga mudah, asalkan memiliki paspor.

Sebelumnya, Bunga juga semakin yakin lantaran istri temannya juga pernah bekerja seperti itu.

Merasa yakin akan informasi pekerjaan itu, Bunga pun melayangkan CV pengalaman kerja untuk tawaran kerja di Filipina tersebut.

Baca juga: Terungkap 4 Modus Pemilik Situs Gaet Pemain Judi Online, Deposit Pulsa Hingga Imingan Bonus Besar

Singkat cerita, dirinya pun bertolak ke Filipina mengunakan pesawat.

Awalnya, ia diberitahu akan bekerja di Macati, Manila.

Bukannya ke Macati, dirinya malah dibawa ke sebuah pula yang perjalanan ke pulau itu sangat sepi.

Ia membandirngkan jika Batam seperti perjalanan menuju Jembatan Lima Barelang.

Tempatnya bekerja itu namanya Island Cop atau Capite.

Lokasi ini seperti sebuah kawasan khusus industri, terdiri dari bangunan-bangunan tower dan pogo-pogo.

Masing-masing tempat di kawasan itu, ada usahanya.

Seperti pogo tempat perjudian judi, pago tempat pembuatan konten film porno dan tempat skimmer.

Tiba mes penampungan, paspor seluruh Pekerja Migran Indonesia (PMI), termasuk milik Bunga, langsung ditahan.

Seluruh PMI pada hari pertama masih mendapat perlakuan bebas.

Namun, hanya boleh berada di seputar kawasan tempat kerja.

“Jadi lokasinya itu memang seperti kawasan industri.

Kalau di Batam misalnya kawasan industri Muka Kuning Batam Indo.

Jadi ada banyak perusahaan di dalam.

Cuman dia bangunannya tinggi,” kata Bunga.

Pada hari pertama bekerja, Bunga sempat ingin keluar kawasan untuk membeli peralatan kebutuhan.

Namun dirinya saat itu dilarang sekuriti.

Bunga pun merasakan kejanggalan demi kejanggalan di setelah itu.

Hidupnya mulai terasa terkekang dari segala bentuk keinginan dan kebebasan layaknya di penjara.

Apalagi hampir seluruh sudut gedung dilengkapi CCTV.

“Paling janggal kami gak bisa keluar, handphone kami disadap.

Bahkan seluruh sudut gedung sampai kamar pun ada CCTV.

Sadisnya lagi, sekuriti kawasan di sana nenteng senjata api, biasa sekuriti kan nenteng pentungan, ini mereka pegang senjata api,” ungkapnya.

Bidik orang Indonesia

Bunga mengaku bekerja seperti romusha selama di sana.

TIdak ada waktu tidur dan dalam satu bulan hari kerja hanya ada libur istirahat dua hari. 

“Yang gak bisanya kerja nonstop 30 hari.

Jatah libur dua hari dalam satu bulan, kalau ada yang sakit kita disuruh dan dipaksa masuk itu,” katanya.

Hari pertama bekerja, Bunga diminta menangani permainan game online modus penipuan yang membidik atau mencari ‘mangsa’ orang Indonesia.

“Karena kami fasih bahasa Indonesia, kami ditugaskan meng-handle dan menarget orang Indonesia.

Kalau untuk negara lainnya di-handle sama WNA lainnya.

Kami dalam satu ruangan itu ada 40 orang, ada dari Tiongkok, India, Filiphina, jadi memang gabung tapi tanpa ada interaksi sesama kami,” katanya.

Bunga mengatakan perusahaan tempat dirinya bekerja memang seperti perusahaan besar.

Namun hanya bermodalkan layar monitor dan internet.

Di perusahaan itu, cara kerjanya hanya menawarkan berbagai permainan besar kecil kepada target.

“Bikin dulu konsumen menang, kasih menang 2 kali.

Aku pernah nipu target sampai 350 juta lewat medsos,” ujarnya.

Bunga dalam menjalankan pekerjaan ini dikenai target.

Jika target tidak tembus, maka gaji dipotong.

Ia menceritakan pernah ada teman di depan meja Bunga kerja ternyata tidak mencapai target.

Lantaran tidak tercapai target, mereka dipukul, dibanting dan ditonjok bagian perutnya.

Selain itu, jam kerjanya itu dari pukul 09.00 pagi sampai jam 2 subuh.

Kadang itu mau nanti jam 2 lebih sampai pagi subuh.

Bunga mengaku  seumur hidup gak pernah berbohong, tapi di sana dirinya malah dipaksa belajar berbohong.

Bunga mengemukakan di sana, tak boleh kerja menunjukan kemampuan.

Jika tembus target, dikhawatirkan nanti malah omzet  dinaiki, namun gaji tak naik.

Menurut Bunga, bekerja di sana, ditargetkan omzet Rp500 juta.

Jika target tak tercapai, nanti gaji dipotong.

Jika omzet tercapai, tak ada dapat komisi.

Di sana tidak boleh menanyakan masalah gaji.

Menurut Bunga, terima gaji  dan jangan komplain karena khawatir nanti bisa berujung masalah.

Parahnya lagi, selama bekerja di sana, Bunga mengaku tak pernah menerima gaji sesuai tawaran awal.

Gaji Bunga banyak dipotong karena denda.

 “Kita itu dibuat habis oleh denda, terlambat masuk meja kerja pun denda.

Cabut kabel carger hp ke listrik nempel kena denda, buang sampah pun kena denda padahal saya tak ada buang sampah.

 Jadi memang disengaja agar upah kerja kita itu habis-habis di situ, belum lagi biaya makan, minum,” kata Bunga.

(Tribunnews.com/Tribunbatam.id/bereslumbantobing)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved