Sosok

Sosok Aguan Pemilik Gurita Bisnis Properti Indonesia, Kawan Tomy Winata 9 Naga

Saat peringatan HUT ke-79 RI di IKN, Kalimantan Timur, Aguan hadir bersama konglomerat lainnya.

Editor: Alza
SCBD/KOLASE TRIBUNJAMBI
Tomy Winata (kanan) dan Sugianto Kusuma alias Aguan 

POSBELITUNG.CO - Inilah sosok Sugianto Kusuma alias Aguan.

Dia adalah teman konglomerat Tomy Winata, salah satu grup 9 Naga.

Saat peringatan HUT ke-79 RI di IKN, Kalimantan Timur, Aguan hadir bersama konglomerat lainnya.

Dia mengungkapkan kekaguman perkembangan pembangunan IKN.

Aguan adalah teman Tomy Winata yang kerap disebut kelompok 9 Naga.

Sebutan 9 Naga adalah istilah yang merujuk julukan para pengusaha yang memiliki pengaruh besar dalam perekomonian di Tanah Air.

Istilah 9 Naga muncul pada era Orde Baru, di mana pengusaha dan pemerintah terlibat dalam hubungan yang saling menguntungkan.

Sebenarnya Aguan masuk dalam 9 Naga meski namanya tidak muncul di literasi internet.

Aguan dikenal sebagai bos Pantai Indah Kapuk dan Agung Sedayu group.

Nama lengkap Aguan adalah Aguan Sugianto atau Sugianto Kusuma alias Aguan Sugianto..

Pada 2018, Globe Asia mengestimasikan total jumlah kekayaan Aguan adalah US$ 970 juga atau sekitar Rp 15,8 triliun jika dihitung menggunakan kurs dolar AS saat ini.

Aguan dikenal sebagai 'guru' bagi beberapa pengusaha lainnya yang juga telah terkenal dan mengakar bisnisnya di Indonesia.

Di forum Kaskus, Aguan digelari Godfather dan sangat dekat dengan Tomy Winata, bos Grup Artha Graha.

Aguan juga berbesan dengan Eka Tjandranegara, pendiri dan pemilik Grup Mulia.

Putra Eka Tjandranegara, Ekman Tjandranegara menikah dengan Lareina Halim Kusuma yang merupakan putri dari Aguan.

Aguan memang selalu dikaitkan dengan nama-nama pengusaha terkenal di Indonesia.

Lelaki keturunan Tionghoa ini lahir di Palembang pada 1951, tepatnya di kawasan 14 Ilir.

Seperti Tomy Winata, namanya mulai berkibar di era Presiden Soeharto.

Walau pun masih aktif berperan dalam bisnisnya, Aguan kini lebih banyak terjun ke dalam kegiatan kemanusiaan.

Di antaranya aktif dalam perkumpulan keagamaan sebuah yayasan Budha bernama Tzu Chi.

Aguan banyak menghabiskan waktu untuk membantu dan menolong masyarakat.

Aguan memprakarsai pembangunan rumah susun, saat itu pertama kali di Cengkareng sebanyak 1100 unit.

Masyarakat gratis menempati rumah tanpa dipungut biaya.

Mereka hanya diminta untuk membayar uang kebersihan sebesar Rp 90.000.

Setelah itu warga hanya tinggal merawat dan memelihara saja, dan tentunya tidak boleh dijual.

Selesai pembangunan di Cengkareng, Tzu Chi kembali melakukan pembangunan tahap dua di perkampungan nelayan Angke pada tahun 2006 sebanyak 600 rumah.

Dengan menelan biaya yang tidak sedikit sekitar Rp 80 miliar.

Tidak hanya itu, bantuan lain seperti kesehatan, operasi katarak, pemberian beras 50 ribu ton untuk 2,4 juta kepala keluarga seluruh Indonesia pada tahun 2004.

Mereka pun membangun sekolah-sekolah dengan biaya murah, rumah sakit dengan biaya murah yang berada di bawah naungan Budha Tzu Chi.

Pascabencana tsunami Aceh banyak warga yang kehilangan tempat tinggal, Tzu Chi pun bergegas untuk mendirikan rumah di wilayah tersebut diantaranya, di Meulaboh, Aceh Besar, dan Banda Aceh.

Di Palembang, Aguan melalui Yayasan Budha Tzu Chi, pada September 2015, menggelontorkan bantuan untuk memperbaiki 100 rumah warga yang kumuh di tanah kelahirannya kawasan 13/14 Ilir.

Tiap rumah dapat alokasi Rp 40 juta.

Bantuan itu disampaikan pengusaha Palembang Hermanto Wijaya saat melakukan audiensi dengan Walikota Palembang Harnojoyo di rumah dinas Walikota Jalan Tasik.

Pada kesempatan tersebut turut hadir Rektor Universitas Bina Darma Prof Buchori Rachman.

Seperti diketahui, pemerintah terus tancap gas membangun di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berada di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur.

Tak hanya menggaet investor internasional, pemerintah juga menggaet sejumlah investor lokal ternama di Indonesia.

Ada nama Aguan di sana bersama pengusaha pemilik konglemarasi bisnis lainnya seperti Ciputra hingga Sinarmas.

Mereka disebut ikut berinvestasi di IKN.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat itu, mengungkapkan sejumlah nama-nama besar investor sudah masuk ke IKN.

Diantaranya ada Franky Widjaja selaku putra dari konglomerat pendiri Grup Sinar Mas, Eka Tjipta Widjaja.

"Yang sudah masuk itu Pak Aguan, Pak Anthony Salim, kemudian Pak Franky Widjaja. Mereka sudah punya konsorsium," ujar Bahlil, usai acara Rapat Kerja Nasional Hipmi di ICE BSD, Tangerang, Kamis (31/8/2023) kala itu.

Aguan dan Tomy Winata Bangun SCBD

Sepak terjang Aguan sebagai pengusaha juga menjejak di SCBD.

Tomy Winata diketahui membangun SCBD bersama Aguan sang bos PIK dan Sedayu dan juga kerap dijuluki 9 Naga membangun SCBD lewat perusahaan PT Danayasa Arthama.

Perusahaan ini didirikan Tomy Winata dan Aguan, bagian dari Artha Graha Network.

Bisnis ini bergerak dalam bidang pengembangan real estate dan properti, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan fasilitas terkait.

Ada juga penyewaan gedung, pusat perbelanjaan, kantor, menyediakan infrastruktur, pengembangan dan pengelolaan di kawasan pusat bisnis.

Bagaimana sejarah hadirnya kawasan bisnis terkemuka di Indonesia ini?

Dikutip dari website resmi SCBD, semuaanya dimulai dengan penyusunan masterplan pada 1987-1992.

"Titik awal perjalanan bisnis perusahaan sebagai penyedia jasa dan investasi real estate di bawah nama PT Danayasa Arthatama," tertulis di website dikutip dari Tribun Jambi.

Masterplan selesai, perusahaan itu melanjutkannya dengan pembangunan infrastruktur.

Pemprov DKI Jakarta masa itu disebut memberi kepercayaan kepada perusahaan mentransformasikan lahan 45 hektare jadi kawasan niaga terpadu dan modern.

Awalnya tempat itu dinilai kawasan kumuh yang terletak di setigita emas Jakarta.

Gedung perkantoran pertama di SCBD selesai dibangun dan mulai dioperasikan pada tahun 1995.

Tiga tahun selanjutnya, pembangunan gedung Bursa Efek Indonesia dan Apartemen Kusuma Chandra selesai dibangun.

Pada tahun 2002, SCBD melakukan Initial Public Offering dengan melepas 100 Juta lembar saham di BEI.

"Perusahaan melakukan penawaran umum perdana atas 100 juta saham di Bursa Efek Indonesia sebagai langkah pengembangan usaha," tertulis di situs SCBD.

Tambahan dana segar membuat bisnis ini semakin cepat juga berkembang. Apartemen SCBD Suites dan Capital Residence dibangun tahun 2006.

Selanjutnya pada tahun 2007-2011 dilakukan pembangunan gedung One Pacific Place, yang berisi bisnis retail, hotel dan apartemen eksklusif, dan Equity Tower.

Tak hanya itu, pembangunan terus dilakukan, yakni Pacific Century Place, yang merupakan gedung perkantoran Grade-A dengan green mark dan sertifikasi LEED Platinum untuk desain ramah lingkungan yang inovatif.

Pada tahun 2007 hingga saat ini, sedang pembangunan Alila and District 8.

Alila SCBD merupakan hotel bintang lima berkonsep hijau perkotaan baru.

Hotel ini menawarkan tempat peristirahatan modern yang ditujukan bagi kaum urban dan eksekutif modern.

Tommy Winata hingga kini masih ikut mengurus SCBD.

Pada struktur organisasi, ia menjadi komisaris.

Sementara komisaris utama adalah Aguan, yang memiliki nama lengkap Sugianto Kusuma.

Tiga orang komisaris lainnya adalah Ku Siew Kuan, Santoso Gunara, dan Hartono Tjahjadi.

Direktur Utama SCBD saat ini adalah Arpin Wiradisastra, dan Ariefin Surjawirawan menjabat Sekretaris Perusahaan.

(bangkapos.com/ Tribun Jambi/ Tribunnews)

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved