Tingkah Febrini Wakasek SMAN 1 Mempawah Dikuliti Netizen, Usai 113 Siswa Gagal Ikut SNBP 2025

Akibatnya, 113 siswa tak dapat ikut mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025.

Editor: Alza
Kolase TikTok @pontianak_Infomedia dan Tribun Pontianak
GAGAL SNBP: Kolase foto Febrini, Wakil Kepala SMAN 1 Mempawah diamuk ratusan siswanya yang gagal ikut SNBP, Selasa (4/2/2025). Sosok guru yang dikenal sering membuat konten itu jadi sorotan.  

POSBELITUNG.CO - Mengulik sosok Febrini, Wakil Kepala SMAN 1 Mempawah yang viral karena ulahnya lupa mengirim angkalan Data Sekolan dan Siswa (PDSS).

Akibatnya, 113 siswa tak dapat ikut mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025.

Sehingga, keteledoran Febrini ini membuat kemarahan orang tua dan siswa.

Lalu beredar kabar, Febrini kerap bermain TikTok di akun pribadinya, @febrinihubiy3.

Pada akun TikToknya yang kini sudah hilang itu, Febrini sering mengunggah videonya bernyanyi di dalam ruangan mirip seperti di lingkungan sekolah.

Terlihat ada seorang guru wanita yang duduk di samping Febrini.

Guru wanita itu terlihat sedang membereskan mejanya.

Sementara Febrini tetap asyik bernyanyi dengan suara merdunya.

Namun kini akun TikToknya itu sudah hilang.

Pada akun TikToknya yang lain, Febrini juga kerap membuat video.

Ada juga video yang ia buat sambil mengenakan baju ASN berwarna cokelat.

Ia juga sering memposting video bersama dua anaknya yang masih kecil.

Sementara itu pada video yang viral di medsos, Febrini meminta maaf kepada seluruh pelajar dan orangtua murid.

Ia terlihat berdiri di depan para siswa dan orang tua sambil berpegangan tangan dengan pengajar wanita lainnya.

"Secara pribadi saya meminta maaf kepada para siswa, dan saya mengaku bersalah atas kelalaian saya," kata Febrini dikutip Tribun-medan.com dari video yang beredar, Rabu (5/2/2025).

Pihak sekolah kemudian memberikan dua solusi untuk siswa yang tidak bisa ikut SNBP.

Solusi yang pertama yakni membiayai bimbel selama 3 bulan secara gratis.

"Adapun solusi yang kami berikan dan kami sudah berdiskusi bahwa sekolah akan membiayai untuk siswa eligible mengikuti bimbel GO (Ganesha Operation), yang akan dibiayai oleh sekolah, selama 3 bulan," kata dia.

Kemudian pihaknya juga akan berangkat ke Jakarta untuk mendatangi admin pusat.

"Solusi kedua, kami akan melakukan kunjungan ke admin pusat besok, Insya Allah. 

Itu solusi yang sudah kita diskusikan bersama tim sekolah," kata dia lagi.

Dirinya juga mengakui kelalaiannya sehingga membuat ratusan siwa gagal ikut SNBP.

"Intinya secara pribadi saya meminta maaf kepada para siswa, dan saya mengaku bersalah," katanya lagi.

Kemudian seorang guru yang lebih tua terlihat ikut bicara dan langsung disoraki oleh siswa.

Sebab, guru itu menanyakan soal siapa yang mendatangkan banjir.

"Saya tanya, siapa yang mendatangkan banjir? Siapa?," katanya sambil berteriak kencang.

Mendengar ucapan sang guru, para siswa makin emosi.

"Lah? Lah!," teriak ratusan murid lebih kencang.

Orang tua kecewa

Salah satu orang tua siswa SMAN 1 Mempawah, Juli Suryadi merasa kecewa dengen keteledoran dan kelalaian pihak sekolah.

Kekecewaan tersebut disampaikan Juli kepada awak media usai dilaksanakan Audiensi antara pihak sekolah dan orangtua siswa, di SMAN 1 Mempawah, Jalan Raden Kusno, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Senin 3 Februari 2025.

"Saya mengatasnamakan Wali Murid sangat merasakan kekecewaan yang para pelajar rasakan.

Dengan kejadian ini menutup harapan anak-anak kita khusunya anak-anak berprestasi untuk masuk kampus impiannya melalui jalur SNBP," ujar Juli.

Juli mengatakan, kelalaian yang dilakukan pihak Sekolah ini sangat melukai para orang tua/wali murid dan merusak nama SMAN 1 Mempawah dengan sekolah berlabel Akreditasi A.

"Kami orangtua siswa sangat menyayangkan kelalaian ini bisa terjadi, sehingga dapat berdampak kepada psikis dan mental anak-anak kita di SMAN 1 Mempawah.

Karena sudah memupuskan harapan mereka masuk ke kampus-kampus terbaik di Kalbar maupun luar Kalbar," tuturnya.

Setelah ini kata Juli, harapan para pelajar untuk melanjutkan pendidikan ialah dengan mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT).

"Solusi tadi yang diberikan sekolah adalah para siswa akan dibimbing oleh GO Bimbel dari Pontianak yang akan didatangkan ke Mempawah.

Semoga anak-anak kita dapat mengikuti UTBK dan dapat masuk di kampus-kampus yang mereka inginkan dan cita-citakan.

Namun itu peluangnya sudah semakin kecil," ujarnya menyampaikan keluh kesah para orang tua.

Juli berharap hal serupa tidak lagi terjadi karena dapat menggangu mental dan psikis anak-anak.

Sebab tidak sedikit anak-anak yang menangis dan murung karena tidak bisa mengikuti program Eligible SNBP.

"Dengan hal ini anak-anak kita trauma, mereka mencoba meraih prestasi dari kelas 10 sampai kelas 12 untuk dapat masuk Eligible SNBP namun semua gagal karena keteledoran dari pihak sekolah," katanya dikutip dari tribunpontianak.co.id.

Dengan kekecewaan yang mendalam jelas Juli, para orangtua ingin oknum guru yang lepas dari tanggungjawab dimutasikan keluar dari Kabupaten Mempawah.

"Para orangtua ingin oknum guru tersebut dimutasikan dari SMAN 1 Mempawah dan dari Mempawah, bahkan ada yang meminta oknum guru tersebut diberhentikan.

Yang jelas para orangtua berharap oknum guru tersebut di mutasi dari Mempawah, terserah mau dimana asal jangan di Mempawah," tegasnya. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved